⚫ Sembilan Belas [ Author POV]

56.9K 6.4K 802
                                    

   

            "Tapi ijinin gue buat di cintai sama orang lain."

      Calvin terdiam di tempatnya berdiri. Dia melangkah mundur agak menjauh dari Jeha.

"Kenapa? Lo keberatan?"

Namun Calvin hanya diam, dengan wajah yang tertunduk, Jeha bisa melihat ada ekspresi tak biasa di wajah Calvin.

Tak lama kemudian, Calvin mengangkat wajahnya lalu menarik senyum tipis.

"Oke."
Jawaban Calvin membuat Jeha kaget tidak percaya. Bagaimana bisa seorang suami merelakan istrinya di cintai orang lain. Oh maaf, Jeha lupa kalau di antara mereka memang tidak ada cinta, jadi toh wajar saja jika Calvin tak keberatan jika Jeha bersama dengan cowok lain.

Cukup. Jawaban Calvin ini sudah cukup memberikan jawaban untuk kebaperan perasaannya selama ini. Baper dengan Calvin saja sebenarnya sudah termasuk kesalahan fatal. Ngapain juga gue kebawa perasaan cuma karena Calvin natap mata gue?

Tatapan sialan. Hanya karena eye cathcing antara dirinya dengan Calvin, Jeha sampai di buat bingung dengan perasaannya sendiri.

Jeha pasrah, untuk apa juga dia menaruh sedikit perasaannya untuk Calvin. Sekarang Jeha akan menarik kembali semua rasa yang pernah ia beri untuk Calvin selama mereka menikah.

"Oke?"tanya Jeha masih tak percaya Calvin bisa seegois itu. "Gue lupa Vin, followers lo kan lebih penting daripada gue."

Jeha yang sudah terlalu nyesek bersama Calvin di sini, langsung berbalik badan untuk pergi mencari udara segar di halaman belakang rumah.

"Jeha." panggil Calvin dengan suara pelan.

Langkah Jeha terhenti saat Calvin memanggil namanya.

"Jeha, gue gak pernah keberatan kalo ada cowok baik di luar sana yang cinta sama lo,"
Ujar Calvin, tetap berdiri di tempatnya.

Gue udah tau kali, ngapain juga lo ngulang lagi? Bikin kesel aja sih lo!

"Em. Gue udah denger kok Vin."
Saut Jeha.

"Je,"

Jeha menoleh saat kali kedua Calvin memanggil namanya.

"Kenapa lagi?"
Jawab Jeha dengan malas.

Namun Calvin justru menarik senyum manisnya. Membuat hati Jeha kembali ambyar tak jelas.

"Je, gue gak akan pernah masalah kalo ada cowok lain yang cinta sama lo, perihal mencintai seseorang itu adalah sebuah hak bukan sesuatu yang harus di larang."

"Bahasa lo terlalu melankolis , udah kayak Fiersa Besari lo." respon Jeha.

Tapi yang di lihat Jeha justru berbeda. Calvin berjalan maju ke arahnya berdiri sekarang.

Jeha mengeryitkan kening karena bingung Calvin mau ngapain lagi setelah ini.

Sekarang cowok itu berdiri tepat di depan Jeha, jarak mereka sangat dekat. Sampai sendal jepit Jeha bersentuhan dengan ujung sendal Calvin.

"Je, biarin aja kalo ada cowok yang cinta sama lo," lanjut Calvin, jeha yang tadinya hanya menunduk, sekarang mendongakkan wajahnya melihat wajah Calvin. Calvin itu sangat tinggi, jadi wajar jika Jeha harus butuh extra mendongak agar bisa melihat ekspresi wajah Calvin lebih jelas.

Tangan Calvin lalu menepuk perlahan pucuk kepala Jeha. "Tapi gue gak akan pernah biarin lo ngasih cinta lo buat cowok itu."

"Ya--ya? Gimana maksudnya?"

Theory of 'Bucin'  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang