⚫ Enam Belas

64.2K 6.6K 889
                                    

  

          Sial. Jeha sedikit pun tidak bisa tidur malam ini. Bagaimana mau tidur? Lah baru nutup mata saja, hembusan hangat nafas Calvin menyentuh belakang leher Jeha.

Sembriwing Sembriwing gimana gitu. Ya paham lah gimana rasanya jadi Jeha. Baru kali ini dirinya di kekepin sama cowok, sama bapaknya saja gak pernah. Tapi malam ini, Calvin terus memeluk Jeha.

Jeha tidur memunggungi Calvin. Entah kenapa Jeha seakan tidak mau menunjukan rasa gugupnya di depan Calvin, untuk itu sebagai antisipasi dia lebih baik tidur dengan posisi seperti ini.

Tiap kali Jeha ingin melepaskan tangan Calvin dan juga kakinya yang memeluk erat tubuhnya bagai guling, selalu saja gagal. Tiap Jeha mau mencoba menyingkirkan tangan Calvin pelan-pelan, cowok itu seketika menggumam. Membuat hati Jeha ketar ketir sendiri.

Sialnya lagi, ternyata sejak tadi hanya Jeha yang berpikiran cabul di sini. Jeha pikir setelah Calvin menarik tubuhnya ke atas tempat tidur, akan terjadi adegan-adegan erotis layaknya sebuah drama yang ia tonton. Nyatanya? Hahhha persetan saja dengan semua bisikan setan cabul dalam pikiran Jeha.

Wajah Jeha memerah sendiri mengingat segala skenario joroknes yang sudah ia rangkai dalam khayalannya, seperti adegan melepas kaitan beha misalnya.

Gila, mikir apa sih gue?

Jeha mencubit pipinya sendiri. Mencoba membuat dirinya tetap dalam keadaan waras.

Inget Je, lo gak boleh baper. Masa di peluk aja baper sih? Ahelah Je! Lemah lo!

Jeha berbicara sendiri dalam hatinya. Jeha tidak mengerti, ini memang dia yang terlalu baper atau memang ini efek karena terlalu lama jomblo?

"Ungh." Calvin terdengar menggumam.

Membuat Jeha buru-buru memejamkan matanya. Sebisa mungkin dia tak kaget saat bunyi petir menyambar di luar sana biar Calvin gak ikut bangun, apalagi sekarang di luar lagi hujan deras.

Berkat Calvin, Jeha jadi tau gimana rasanya di peluk pas lagi hujan gini, itu yang selalu ia inginkan lakukan dari dulu dengan cowok yang dia suka. Katanya di peluk sama doi saat hujan itu sensasinya lebih enak daripada makan mie sedap soto dengan potongan cabe di kala hujan.

Eh tapi tunggu, Calvin kan bukan cowok itu. Lalu kenapa Jeha mendadak merasa berbunga-bunga?

Apalagi saat tangan hangat milik Calvin menarik tubuh Jeha semakin dekat ke arah tubuhnya, Jeha merasakan sensasi panas dingin secara bersamaan. Semacam di panggang di kutub Utara. Nah gitu deh pokoknya yang di rasain Jeha sekarang ini.

Terjebak satu ranjang dengan Calvin membuatnya mulai memikirkan hal-hal yang tidak seharusnya ia pikirkan, Calvin saja bisa tidur begitu lelapnya, lalu kenapa hanya dia sendiri yang sibuk membuat skenario itu? Masalah Jeha tuh sebenarnya ada di bagian mana sih?

Calvin eek! Bisa-bisanya dia tidur pulas dalam keadaan meluk gue, emang dia gak ngerasa gugup sama sekali gitu?

Penasaran melanda pikiran Jeha, apa memang hanya dirinya sendiri yang grogi gak jelas begini? Kalau begitu ceritanya, memang dialah yang bermasalah di sini, bukan masalah Calvin memeluknya atau tidak, tapi ini masalah hatinya sendiri.

JDARRRRR!

"Ahh!" suara petir yang kencang membuat Jeha kaget, spontan dirinya berbalik badan ke arah Calvin, lalu dengan bodohnya dia main asal peluk tubuh Calvin begitu saja.

Hembusan nafas Jeha saling berbenturan dengan nafas Calvin.

Plis jangan sampai lo bangun Vin.
Mohon Jeha dalam hati dengan mata terpejam dan tangan yang memeluk kuat tubuh Calvin. Dia tidak tau harus memasang tampang wajah seperti apa jika nanti Calvin sampai melihatnya dalam posisi nemplok manja ala tokek begini.

Theory of 'Bucin'  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang