Sela yang Tertutup

9.9K 1K 20
                                    

Aku membaca ulang laporan analisis yang baru saja selesai kubuat. Aku juga mempelajari apa saja yang kendala yang dialami perusahaan serta pemecahan masalah dan solusi yang tepat sebelum nanti divisi ini akan rapat bersama Mas Argi. Aku melihat arlojiku yang sudah menunjukkan pukul sembilan lebih lima puluh menit, yang berarti rapat akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi. Aku segera berdiri membawa laptopku.

"Ke ruang rapat yuk!" ajakku ke Fia sambil memanjangkan leherku melewati kubikel pembatas antara milikku dan Fia.

Fia yang tampak sedang memeriksa laporannya menghentikan kegiatannya, lalu mendongak. "Yang lain udah ke sana?"

Aku melihat ke kubikel yang berada di ruangan ini. "Udah nggak ada orang, tinggal kita di sini."

"Tunggu bentar, Rat." Aku mengangguk sembari keluar dari kubikelku. Aku duduk di kursi yang berada di dekat pintu masuk sambil memangku laptop. "Eh, Rat. Ini rapat divisi, 'kan?"

"Setau gue sih iya. Tapi nggak tahu kalau tiba-tiba Pak Shaka ngikut," jawabku yang kini sudah berdiri saat Fia menghampiriku.

"Ya udah, ayo cepet. Keburu diomelin si judes Argi." Fia segera berjalan cepat menuju ke ruang rapat.

Aku menggelengkan kepalaku melihat kelakuan Fia yang benar-benar aneh. Sudah ditunggu, eh sekarang malah ninggalin. Aku segera menyusul ke ruang rapat yang kini sudah ada empat orang dari divisiku yang mengisinya. Aku segera mengambil tempat duduk di samping William yang tampak serius dengan laptopnya.

"Ada masalah, Will?" tanyaku sambil melirik ke laptop William.

William melirikku sekilas. "Ini, Rat, gue kemarin kurang teliti lihat datanya. Salah menginterpretasikan datanya."

"Tapi udah aman, 'kan?" tanyaku memastikan, karena jika nanti Mas Argi tahu ada kesalahan dia bisa langsung ngamuk ke semua anggota tim, belum lagi misal Pak Shaka datang, bisa mati berdiri kami semua.

"Semoga deh, Rat. Ini gue udah benerin tapi ya belum gue cek ulang," jawab lelaki itu yang membuatku mengangguk dan bisa bernapas lega.

Suara langkah kaki mulai mendekat membuatku tiba-tiba diserang rasa gugup. Selalu seperti ini disaat akan diadakan rapat. Meski sudah sering melakukan rapat, tapi rasa takut selalu saja ada. Sungguh bentakan juga marahnya Mas Argi memang sudah biasa buat tim di divisi ini, tapi tetap saja menyeramkan dan efeknya sungguh sangat menakutkan.

"Selamat pagi, semua. Langsung saja kita memulai rapat, sebelum nanti rapat dengan tim data keseluruhan!" kata Mas Argi dengan tegas.

Lelaki itu menyalakan laptopnya dan menghubungkannya ke proyektor. Tatapan tajam Mas Argi serta suasana hening begitu terasa mencekam dan mendebarkan. Ini benar-benar terasa seperti sidang dosa saja.

"Oke, kita mulai dari pemaparan lead team, Abra, silakan!" Mas Argi menatap Mas Abra yang mengangguk.

"Kemarin dapat data komplain dari pengguna yang harus dianalisis. Setelah dapat data dari tim Data Engineer, ternyata masalah pengguna tidak bisa membayar melalui kartu debit, yang berakibat pembatalan pembelian suatu produk menjadi tak terkendali dan terjunnya data penjualan. Sekarang tim kami sedang meminta data masalah kartu debit pada tim Data Engineer serta kami teruskan ke Data Science untuk lebih detailnya." Mas Abra menjelaskan dengan begitu detai yang membuat Mas Argi mengangguk pelan.

"Selain itu, dari data itu apa ada kendala lagi? Kapan analisis masalah kartu debit itu keluar beserta solusinya, biar saya bisa segera melaporkan ke bagian tim operasi penjualan serta atasan?" tanya Mas Argi meminta kejelasan dengan nada yang begitu tegas.

"Senin, Gi. Kalau tim Data Engineer bisa secepatnya mengirim data."

"Senin? Kamu yakin nggak terlalu lama? Besok juga bisa teratasi, Abra." Mas Argi menolak mentah-mentah tawaran hari Senin yang membuat kami yang berada di ruangan seketika menahan napas. Alamat lembur lagi.

Sela [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang