Pagi ini rumah Mas Argi sudah sibuk dengan urusan masing-masing untuk persiapan pergi. Aku membantu mengemasi barang Mas Argi yang sedang memanasi mobil yang disewa. Aku sudah memasuki kamar Mas Argi yang tampak rapi. Sepertinya ibu sudah membereskan kamar Mas Argi sebelum kami tiba ke sini, karena sungguh tak mungkin lelaki itu yang merapikan kamar.
Saat selesai dan keluar dari kamar Mas Argi, aku bertemu kakak ipar Mas Argi yang tersenyum ke arahku. Aku membalas senyumnya dan menuju kamar Winda. Di dalam kamar, Winda tampak sedang memilih baju ganti untuknya. Aku hanya menggeleng melihat tingkahnya.
"Pakai yang abu - abu aja, Win!" saranku yang membuat Winda menoleh ke arahku.
"Beneran, Mbak? Pakai yang abu - abu?" Aku mengangguk. "Makasih, Mbak. Mbak Rara emang the best."
Setelah semua siap. Kami berangkat ke tempat renang Janti. Sepanjang perjalanan banyak cerita dan canda di dalam mobil. Sepanjang perjalanan, kami melewati persawahan yang cukup luas. Aku menikmati pemandangan yang begitu hijau menghampar di sepanjang jalan.
Sesampainya di tempat tujuan, kami segera turun dari mobil. Sebenarnya Janti ini wisata pemancingan atau tadi juga sempat melewati beberapa umbul. Tempat pemancingan ini cukup ramai. Setelah memasuki pemancingan, ada beberapa gazebo di atas air yang diisi dengan ikan - ikan yang cukup besar. Semua gazebo dikelilingi kolam ikan. Suasananya nyaman dan tenang walau cukup ramai.
"Kita pilih di sana saja ya!" tunjuk Mas Argi pada gezebo yang berada di pojok dekat tumbuhan air dan tampak nyaman.
Kami segera menuju ke gazebo dan duduk untuk beristirahat. Mas Argi duduk di sampingku sambil merangkul bahuku. Ini makhluk satu kok nggak ada rasa malunya ya. Aku begitu sadar, sedari tadi kakak ipar Mas Argi yang kutahu bernama Mbak Retno ini selalu melihat ke arahku. Sejujurnya aku tak nyaman. Dan ada satu pertanyaan yang mengganjal. Mas Argi pernah bilang, nama kakak iparnya itu Ratih. Tapi kenapa sekarang berubah jadi Retno?
"Ra, ayo kita pesan makan dulu, tambahannya nanti setelah renang!" ajak Mas Argi.
Aku mengangguk dan mengikuti Mas Argi untuk memesan makanan. Ada banyak menu dari olahan ikan yang hitungannya dengan kilogram. Aku menulis pesanan yang diperintahkan Mas Argi dan menyerahkan ke petugas kasir dan Mas Argi langsung membayarnya.
"Setelah itu aku mau renang, kamu bawain tas pakaian aku ya, Ra?"
Aku mengangguk. "Sama siapa aja, Mas?"
"Sama Mas Bima dan Winda."
Aku menatap Mas Argi. "Mas, katamu nama kakak iparmu Mbak Ratih, kok namanya Retno."
Lelaki itu terkekeh. "Namanya Retno Amiratih. Dulu pas SMP temanku sekolah. Di sekolah panggilannya Ratih."
"Jadi Mas Argi manggil dia beda sendiri dong di rumah?" kataku dengan sedikit rasa kesal.
Mas Argi mengacak rambutku. "Jangan cemburu! Aku manggilnya beda sendiri di rumah, tapi malah nggak spesial, karena di luar panggilan dia ya Ratih."
Mas Argi mengajakku kembali ke gazebo dan mengambil tasnya serta mengajak Winda dan Mas Bima untuk berenang. Aku hanya mengikuti mereka sampai di pinggir tempat renang.
Aku duduk di pinggir tempat renang membawa tas milik Mas Argi. "Mbak, titip barang ya."
"Taruh sini aja, Win! Nanti aku jagain."
Winda menaruh barangnya dan menatapku. "Mbak beneran nggak mau renang?"
Aku menggeleng. "Pengin sih, tapi apa daya, nggak mau mewarnai kolam aku, Win."
"Yaudah, Mbak. Aku mau renang dulu. Itu ya, calon suami, Mbak emang nggak punya malu topless di hadapan ibu - ibu yang matanya jelalatan," kata Winda kesal yang kemudian berlari menyusul kedua kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sela [Completed]
ChickLitCompleted. sela /se·la /n 1 tempat (ruang) di antara dua benda (barang) ; 2 celah ; 3 sesuatu yang tersisip (terletak) di antara benda-benda dan sebagainya Ratih mempunyai prinsip tak akan mengulang kembali pada masa lalu, tapi prinsipnya seolah han...