Bermuram durja, mungkin itu sebutan yang cocok untuk disematkan pada diriku saat ini. Sudah jam istirahat masih berkutat dengan data dan jangan lupakan rambut yang sudah tak tertata lagi. Salahkan saja Bapak Argiantara yang memang sudah kesurupan setan itu. Aku sudah dipanggil ke ruangannya sebanyak tiga kali dan hanya untuk dibentak - bentak ditambah dengan corat - coret pada kertas hasil print out, diakhiri dengan robekan yang begitu menyayat hati.
"Shira Ariatih, dipanggil yang kuasa maha raja Argiantara Dewangga!" seru Mbak Mira yang baru saja keluar dari ruangan sang maha raja.
Aku mengembuskan napasku kasar dan membawa laptopku ke ruangan iblis berbentuk manusia itu. Aku mengetuk tiga kali pintu kaca buram di mana ada manusia setengah iblis itu bersemayam. Tanpa menunggu sahutan di dalam, aku langsung membuka pintu itu dan masuk. Pemandangan pertama yang aku lihat adalah sesosok iblis dengan wajah lelah dan kusut sedang duduk sambil memandang laptop dengan tatapan lelah.
Aku memilih duduk di hadapannya tanpa menunggu komandonya. Masa bodoh dengan kesopanan kepada atasan. Aku masih kesal setengah mati dengan lelaki ini. Mas Argi menatapku sambil menghela napasnya. Kenapa ya dia? Lelah gitu lihat wanita cantik satu ini? Aku juga lelah lihat Mas Argi marah - marah seharian ini. Kutatap wajah Mas Argi yang tampak lelah dan banyak pikiran. Tampangnya tampak kusut dan berantakan layaknya diriku ini. Jangan harap wajah seseorang akan tetap terlihat cakep saat stres dan tekanan tingkat tinggi. Orang normal seperti kami ini sudah pasti bertampang layaknya orang tak mandi satu minggu.
"Kirim ke email saya revisi laporan terakhir kamu!" Aku segera mengirim apa yang sang baginda raja minta.
Suasana kembali hening. Mas Argi tampak mengamati dengan serius hasil laporanku. Aku di hadapannya harap - harap cemas sembari berdoa agar tak ada lagi revisi. Sungguh kalau bisa rebahan, aku sudah rebahan di sofa ruangan ini. Sungguh sofa itu sangat menggoda imanku.
"Oke. Sudah baik." Akhirnya tak ada bentakan lagi. "Kamu sudah makan?"
Aku menggelengkan kepalaku. "Belum, Mas. Deadline sedang gila - gilaan."
Lelaki itu meraih tanganku untuk digenggamnya. "Kamu harus makan. Jangan sampai lupa makan, Ra! Saya pesankan makanan ya?"
"Eh, nggak usah, Mas. Saya mau makan di luar sama Mbak Mira dan William. Mas juga jangan lupa makan! Jangan marah - marah terus! Cepat tua nanti, saya nggak mau ya sama Mas Argi," candaku untuk melepaskan penat dan ketegangan di antara kami.
Lelaki itu mengecup tanganku. "Makan di mana? Saya nanti boleh nyusul? Ini masih ada sedikit kerjaan."
Aku mengangguk. Tangan kiriku yang bebas kuangkat untuk mengelus kantung matanya yang terlihat memghitam. Sungguh seberapa besar beban yang Mas Argi tanggung akhir - akhir ini. Aku yakin dia benar-benar lelah.
"Mas, kalau capek istirahat! Jangan terlalu dipaksa. Kantung mata Mas jelek tahu." lelaki itu tersenyum lalu meraih tanganku yang ada di wajahnya.
"Maaf kalau saya tadi bentak - bentak kamu. Sekarang kerjaan numpuk, Ra. Sebentar lagi Pak Shaka akan pindah ke kantor cabang. Saya dipilih buat gantiin dia. Sebentar lagi promosi. Jadi bulan ini tugas gila - gilaan, Ra." Mendengar ucapan Mas Argi membuatku bangga pada lelaki ini. Dan saat mendengar dia mengeluh, aku merasa diriku benar-benar berarti buat dia.
"Mas, kalau pengen ngeluh, ngeluh aja, Mas. Saya siap dengerin. Gak ada yang salah kok kalau sesekali mengeluh. Yang penting tetap menjalankan tugas sebaik mungkin." Kini aku yang berganti menggenggam tangan lelaki itu.
Lelaki itu tersenyum. "Kamu makan dulu sana! Saya nanti nyusul."
Aku segera melepaskan genggaman tanganku, lalu aku berdiri dan bersiap keluar. Saat aku memegang gagang pintu, panggilan dari Mas Argi membuatku menghentikan kegiatanku.
![](https://img.wattpad.com/cover/205824847-288-k607063.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sela [Completed]
ChickLitCompleted. sela /se·la /n 1 tempat (ruang) di antara dua benda (barang) ; 2 celah ; 3 sesuatu yang tersisip (terletak) di antara benda-benda dan sebagainya Ratih mempunyai prinsip tak akan mengulang kembali pada masa lalu, tapi prinsipnya seolah han...