Sela Berantakan

6.3K 680 4
                                    

Memasuki apartemen milik Mas Argi setelah berbelanja atau lebih tepatnya aku memaksa belanja apa yang menjadi kebutuhan pokok manusia aneh bernama Argiantara Dewangga ini. Hal pertama yang dapat aku gambarkan untuk keadaan apartemen lelaki ini adalah, berantakan. Ternyata ada hal buruk lainnya pada diri Mas Argi.

Aku menghela napasku, lalu menatap si pemilik apartemen dengan tajam. "Mas, apartemen kamu nggak pernah kamu beresin ya?"

Lelaki itu meringis. "Minggu lalu belum sempat panggil orang buat beresin, Ra."

"Mas, beresin apartemen nggak harus manggil orang. Kamu bisa beresin sendiri bisa, Mas. Minimal habis ngemil sampahnya dibuang di tong sampah bisa, 'kan, Mas?" kataku gemas.

Oke sekarang kugambarkan keadaan apartemen milik Mas Argi ini. Di sofa ruang tamu yang juga ruang santai penuh dengan bungkus makanan ringan serta kaleng kopi atau soda, ditambah lagi tersampir beberapa kaus, kemeja serta sarung di sandaran sofa. Di bagian meja serupa ditambah dengan bantal serta kulit kacang maupun kuaci. Oke berpindah ke karpet yang ada satu cangkir serta satu gelas ada piring beserta sendok dan garpu bekas mi instan. Di pojok ruangan ini terlihat beberapa sepatu tergeletak begitu saja, oh iya, di karpet juga ada beberapa kaus kaki yang aku yakini belum dicuci dan ada plastik laundry yang sudah dibuka tinggal beberapa potong baju.

Sudah bisa dibayangkan seberapa berantakan apartemen yang bisa disebut gudang ini? Di dekat pintu masuk sebenarnya ada rak tempat sepatu, tapi tak ada fungsinya, karena tak ada satupun sepatu di rak itu. Aku melepas sepatu hakku dan menaruhnya di rak kosong itu. Mas Argi menaruh barang belanjaan di dekat rak lalu menyusulku yang berjalan menuju sofa.

Aku mengambil jedaiku untuk menjepit rambutku yang terurai ini. Kutaruh tasku di sofa yang kosong. Aku menatap Mas Argi yang sedari tadi mengikutiku.

"Ada sapu nggak?"

Lelaki itu menggeleng. "Nggak ada, Ra."

Aku mengembuskan napasku, lalu segera mengambil cangkir, gelas dan piring untuk kutaruh di dapur. Kondisi dapur Mas Argi tak kalah mengenaskan. Bungkus mi instan betebaran. Di wastafel banyak mangkuk dan piring teronggok. Ya Allah, ini sudah berapa abad tidak dibersihkan? Mataku benar-benar sepat melihatnya.

Oke urusan dapur dan cuci - mencuci nanti saja. Kita fokuskan ke ruang tamu. Aku mengambil kantuk keresek yang cukup besar di dapur ini dan kembali ke ruang tamu. Aku harus membereskan kekacauan entah karena badai atau apa ini.

"Ra, besok saya panggil yang bersihin saja, kamu capek nggak usah beresin ini," ucap Mas Argi saat aku mulai memunguti sampah - sampah yang berada di sofa.

Aku menatap tajam lelaki itu. "Mata aku perih lihat kayak begini, Mas."

Mas Argi tampak meringis, lalu dia mengambil beberapa sampah di karpet dan dimasukkan di kantung keresek yang aku bawa. Aku meletakkan kantung itu agar mudah untuk memasukkan sampah - sampah ini. Aku mengambil beberapa kain kotor di sandaran sofa.

"Mas, ini taruh di keranjang baju kotor kamu!" Aku menyerahkan beberapa kain itu.

Mas Argi menerimanya lalu segera ngacir ke ruangan yang aku yakini sebagai kamarnya yang tak bisa kubayangkan bagaimana bentuknya. Aku meraih kantung bekas laundrynya dan segera berjalan ke arah Mas Argi tadi masuk ke ruangan. Aku mengetuk pintunya.

"Mas, ini taruh di lemarimu!"

Mas Argi membuka pintu dan menerima plastik yang sudah kurapikan tadi. "Ra, kamu istirahat saja ya! Aku aja yang beresin, takut kamu capek."

"Sudah kamu taruh saja ini pakaian di lemari! Nanti balik lagi ke ruang tamu!" perintahku tanpa mau mendengar protes darinya, aku segera berbalik ke ruang tamu.

Sela [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang