Sela yang Kembali

9.2K 800 9
                                    

Rasanya makan sambil ditatap tanjam nan mengintimidasi serta penasaran membuat selera makan anjlok tiba-tiba. Aku menatap balik manusia di depanku yang bahkan sedari tadi tak menyentuh makanannya.

Aku meletakan sendok dan garpuku, kutatap balik manusia satu ini. "Mbak, ini udah jam tujuh malam dan gue butuh asupan. Jangan tatap gue seakan gue narapidana seperti itu ya!"

Wanita di hadapanku itu mendengus. "Cerita kek, Rat. Tentang Gamilang dan gebetan baru lo."

Aku menyeruput es kopi yang ada di meja. "Santai, Mbak! Makan dulu gih!"

"Cerita, Ratih! Cerita!"

"Gamilang itu mantan gue. Dua tahun yang lalu putus," jelasku sambil kuembuskan napasku lelah.

"Kenapa putusnya? Siapa yang mutusin?" Boleh tidak sih, aku lakban mulut Mbak Mira.

"Gue diselingkuhin, padahal nih ya, Mbak, gue sama dia udah pacaran empat tahun, dari sejak kuliah. Tapi dasar lelaki mulutnya licin banget, Mbak." Tiba-tiba saja aku merasa semangat untuk bercerita. Terimakasih kepada Mbak Mira.

Mbak Mira memincingkan matanya. "Dia yang mutusin lo dan milih selingkuhannya? Pilihan yang baik, Gamilang. Emang seharusnya gitu sih."

"Dasar teman tak berguna, bukannya belain gue malah belain setan, eh mantan. Guelah yang mutusin dia, enak aja selingkuh dari gue." Aku menatap sengit Mbak Mira yang tampak terkekeh.

"Bagus, jadi cewek jangan lemah! Buktiin lo ke Gamilang lo bisa dapat lebih dari Gamilang! Gebetan lo kali ini harus di atas dia!"

Aku mengangguk. "Iya, gue buktiin ke dia, kalau gue sekarang lagi dideketin asisten manajer, Mas Argi. Biar merasa kalah tuh orang."

Mbak Mira tertawa mendengar celetukanku yang sebenarnya tidak berguna itu, namun tiba-tiba saja dia menghentikan tawanya lalu menatapku penuh selidik. Alamat aku baru ingat, aku keceplosan tentang Mas Argi. Dasar mulut nggak tahu diri.

"Argi? Lo lagi deket sama Argi?" tanya Mbak Mira penuh selidik yang tiba-tiba saja membuat nyaliku ciut.

Aku merasa gugup sekarang. "Eh, itu permisalan aja, Mbak."

Aku tertawa garing untuk membuatnya percaya. Tapi ini Mbak Mira, mana mungkin dia percaya begitu saja. "Nggak usah ngeles lo!"

"Iya, gue lagi deket sama Mas Argi. Baru sekali keluar bareng sih, tadi siang gue makan di luar sama dia." Mending aku buka sajalah, sudah tidak berguna lagi menutupi ini dari Mbak Mira.

Mbak Mira mengibaskan rambutnya. "Argi berarti normal dong ya. Gue sih nggak papa lo deket sama Argi, walau dia udah gue incer."

Aku memutar bola mataku. "Inget sama tunangan, Mbak!"

***

Selesai makan dan acara curhat dengan Mbak Mira, aku memilih mengintari GI seorang diri dikarenakan Mbak Mira sudah dijemput oleh sang calon suami. Aku mendatangi stan kosmetik brand lokal yang menjadi andalanku untuk make up sehari-hariku. Aku mencoba beberapa warna lip cream yang kurasa cocok untuk diriku. Setelah kujatuhkan pilihan pada warna yang menurutku cukup natural, aku berjalan meninggalkan stan kosmetik.

Saat ingin keluar dari gedung pusat perbelanjaan itu, aku mendengar namaku dipanggil, "Ratih!"

Aku menoleh ke sumber suara. Astaga, aku melihat setan eh, mantan maksudnya, sedang berdiri dengan senyum yang bagi sebagian orang terlihat manis, tapi bagiku memuakkan. Ini setan kenapa ada di sini coba? Semoga saja tidak bersama setan betina yang menyebabkan putusnya hubunganku dengan setan ini. Eh, atau pasangan setan itu sudah putus ya. Ah, tapi aku tidak peduli.

Sela [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang