This is Point of View Argiantara.
I will tell you guys from my side.
So, i hope you enjoy.-0-
Kata cinta sebenarnya begitu ambigu bagi saya atau bahkan abstrak. Saya tak pernah tahu bagaimana rasa jatuh cinta itu, saya tak paham. Apa cinta bisa disebut sebagai rasa ketertarikan pada lawan jenis atau bukan? Kalau iya, mungkin saya sekarang sedang jatuh cinta pada sosok yang menyita atensi saya sejak tadi.
Saya tak tahu siapa nama wanita yang kini sedang tersenyum lebar di sampingku ini. Wanita itu tampak mengobrol yang entah pada siapa sosok lelaki di sampingnya. Dalam acara seminar data seperti ini, ada banyak karyawan dari berbagai perusahaan, terutama mereka yang berkecimpung di bagian data.
Lelaki yang sedang mengobrol dengan wanita itu tampak menatap saya sejenak. "Bentar, gue kayak kenal samping lo, Rat." Wanita itu menoleh ke arah saya. Wajahnya begitu memikat. "Lo Argiantara Dewangga?"
Saya berpikir sejenak, saya sepertinya tahu siapa lelaki itu. "Arka Agil Winata?"
Dari situ saya mengetahui nama teman Arka yang bernama Shira Ariatih, wanita yang berhasil menarik perhatian saya. Wanita yang hinggap dalam pikiran saya selama beberapa hari, hingga saya melupakannya karena pekerjaan sebagai asisten manajer begitu menyita waktu dan pikiran saya.
Hingga beberapa bulan setelah kejadian tersebut, saya bisa melihat langsung sosok yang ternyata tak bisa saya lupakan. Shira Ariatih, kini dia bekerja menjadi Data Analyst di perusahaan tempat saya bekerja. Wanita yang menyita seluruh perhatian saya itu kini berada di tempat yang sama, hanya terhalang kaca pembatas saja.
Saya selalu memperhatikan wanita itu. Saya selalu suka cara dia tertawa, tersenyum bahkan jika wajahnya sedang kesal karena mengerjakan pekerjaan yang saya berikan. Sesekali, saat saya membentaknya karena kesalahan, saya tetap menyukai cara dia menggerutu dengan memanyunkan bibir manisnya itu.
Selama satu tahun saya hanya berani menatapnya tanpa menyapa. Saya hanya bisa memperhatikan dia. Selama satu tahun saya menahan perasaan yang semakin menggila. Saya memang begitu cemen untuk disebut lelaki, tapi percayalah, mendekati seseorang itu tak ada dalam pikiran saya selama ini.
Selama setahun mengamati, saya sering melihat Shira melamun saat meneduh jika hujan turun. Sesekali pula saya melihat dia menangis sambil meremat jemarinya. Saat seperti itu, dia tak akan sadar saya berdiri di belakangnya untuk memberanikan diri mendekatinya lebih dari sekadar atasan di kantor.
Hingga pada sore itu, saat halte bus sepi dengan mendungnya langit ibu kota, saya menghentikan mobil saya dan berjalan mendekati gadis yang sepertinya meratapi gerimis sore itu. Dengan keberanian yang entah datang dari mana, saya duduk tepat di samping wanita yang saya sukai.
Cukup lama saya hanya berdiam diri. Hingga aku berani memulai pembicaraan, "Sudah hujan, mending kamu pulang sama saya saja, daripada nunggu bus!"
Saya bisa melihat wajah terkejut dari wanita itu yang cukup membuat saya merasa gemas. Matanya bekedip beberapa kali. Obrolan ringan yang saya impikan selama ini akhirnya terwujud pada sore itu. Keinginan saya mengantarnya pulang dan saat di lift apartemen Shira, entah bagaimana saya berhasil kembali mengejutkannya dengan ucapan saya.
"Maaf jika pertanyaan saya membuatmu tak nyaman, tapi saya berniat mendekati kamu. Apa masih ada celah untuk saya, Shira Ariatih?"
Saya tahu saya gila, tapi hanya seorang Shira Ariatih yang berhasil melumpuhkan logika saya. Saya jelas tahu bagaimana dia terkejut, tapi jawaban akhir dia sore itu membuat harapan saya melambung tinggi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sela [Completed]
ChickLitCompleted. sela /se·la /n 1 tempat (ruang) di antara dua benda (barang) ; 2 celah ; 3 sesuatu yang tersisip (terletak) di antara benda-benda dan sebagainya Ratih mempunyai prinsip tak akan mengulang kembali pada masa lalu, tapi prinsipnya seolah han...