Setelah seminggu dari lamaran yang begitu membuatku merasa bahagia, kehidupan kembali normal. Mas Argi masih sering marah - marah jika di kantor. Aku dan Mas Argi sudah berbicara pada Pak Shaka dan Pak Tino. Hasil yang kami dapatkan adalah, aku bisa resign setelah mendapatkan karyawan baru yang bisa menggantikan posisiku, dan setelah ada karyawan baru, aku harus membimbing terlebih dahulu selama minimal dua minggu. Ini setidaknya lebih baik daripada sebelumnya. Dalam minggu ini akan dibuka recruitment.
"Aduh calon manten bengong mulu," celetuk William yang membuatku mendelik.
"Jangan diganggu, Will! Dia lagi galau nikahnya terancam mundur," timpal Fia yang membuatku semakin kesal.
"Kayaknya sih emang harus setelah lebaran deh gue nikahnya," kataku lemah.
"Mas Argi sudah iyain?" tanya Fia yang membuatku hanya mengangguk lemah.
Lelaki itu sedikit melunak. Kalaupun sudah didapatkan penggantiku, tidak mungkin kami menikah saat bulan Ramadhan. Jadi, pilihan tepat memang setelah lebaran. Persiapan sebulan juga terlalu terburu - buru, maka keputusan terbaik memang setelah lebaran.
"Gue denger HRD udah mulai buka perekrutan buat DA, Rat," kata William membuatku menoleh ke arahnya.
Aku mengangguk. "Kayaknya besok sudah mulai dipublikasi."
"Yah, lo beneran mau keluar, Rat? Gue nggak ada teman curhat dan yang bisa gue palak dengan mudah," kata Mbak Mira yang kini berdiri di depan kubikelku dengan wajah lesu.
Aku mendengkus kesal. Melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Masih pukul sepuluh, tapi kenapa mereka malah bergosip ria di sini? Aku mengetikkan sesuatu di ponselku untuk memberi tahu Mas Argi tentang kelakuan anak buahnya.
Lagi - lagi aku mendengkus, janganlan dibalas, dibaca saja tidak. "Kalian ya, jam kerja malah gosip di kubikel gue."
"Mentang - mentang calon istri bos, lo bisa negur kita ya. Sombong." William menatapku sengit.
Aku memutar bola mataku. "Mas Abra ke mana?"
"Dia keluar sama Argi. Masa lo nggak tahu?" Aku menggeleng saat mendengar pertanyaan Fia.
"Ngapain?" tanyaku penasaran.
Mbak Mira mengangkat bahunya. "Kayaknya presentasi keluar sama Pak Shaka buat jelasin ke investor tentang insight perusahaan."
Aku kembali mengerjakan analisis data. Mereka sudah kembali ke kubikel masing - masing. Aku fokus mengerjakan analisis sampai lupa waktu, hingga perutku rasanya begitu lapar. Aku segera mematikan laptopku dan menghampiri William.
"Will, makan yuk!"
Lelaki itu mendongak. "Tanggung, Rat. Nanti aja!"
"Mbak Mira, ayo makan!" teriakku yang mengundang gerutuan dari wanita yang usianya dua tahun di atasku itu.
"Tungguin gue nyelesain ini dulu kalau mau!"
Aku menghela napasku. "Fi, ayo makan, gak usah diet deh!"
"Nggak! Gue udah bawa bekal," tolak Fia yang membuatku menggerutu dalam hati.
Tanpa pamit, aku segera keluar dari ruangan dengan menghentakkan kakiku kesal. Mas Argi juga tidak di kantor, males juga kalau harus pesan makanan via ojek online. Aku sepertinya harus menerima keadaan makan sendiri di kantin.
Aku berjalan menuju lift yang hampir tertutup. Segera kutekan tombol sebelum menutup sempurna. Aku melebarkan mataku saat melihat hanya ada Gamilang di dalam kotak besi itu.
Dengan langkah ragu, aku masuk ke kotak besi itu. Aku berdiri di sisi terjauh dari Gamilang. Kalian tahu rasanya begitu canggung dan aneh. Dia mantan yang belum lama ini masih mengejar dan aku sudah memiliki calon suami. Intinya rasanya tak nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sela [Completed]
Genç Kız EdebiyatıCompleted. sela /se·la /n 1 tempat (ruang) di antara dua benda (barang) ; 2 celah ; 3 sesuatu yang tersisip (terletak) di antara benda-benda dan sebagainya Ratih mempunyai prinsip tak akan mengulang kembali pada masa lalu, tapi prinsipnya seolah han...