Sela Keraguan

7.1K 725 12
                                    

Aku menatap data yang baru saja kudapat dari email. Aku mendapat tugas menganalisis data tentang peforma kunjungan aplikasi dan web serta penjualan yang berhasil dilakukan. Besok siang setelah istirahat harus sudah ada visualisasi data serta keputusan yang dari data yang mempengaruhi perusahaan, serta trend datanya. Aku melihat jam yang tertera pada layar laptop, sudah pukul delapan dan email baru masuk. Luar biasa sekali Mas Argi ini. Tapi ya memang menjadi seorang Data Analyst harus siap setiap saat untuk analisis data, karena saat tiba-tiba penjualan turun atau ada masalah, sebagai tim data harus cepat dan tanggap untuk menganalisis apa pengaruh masalah tersebut dan bagaimana cara mengatasi dalam waktu secepatnya. Biasanya untuk analisis data seperti ini tim DA bisa mendapatkan jawaban dalam waktu dua jam dan langsung membuat visualisasinya untuk dikomunikasikan serta dipresentasikan.

Aku baru sampai di apartemen satu jam yang lalu setelah membantu Mbak Mira menyelesaikan masalah iklan yang memakan biaya cukup besar dan keefektifan dari iklan tersebut. Bekerja dibagian data memang cukup menguras energi serta pikiran. Ketelitian diutamakan, analisis yang kuat serta komunikasi. Menguasai Statistik, Komputasi dan Bisnis dalam satu waktu, tapi dalam tim biasanya tidak harus menguasai semua, pasti ada yang lebih menguasai salah satu bidang, sehingga bisa saling bersinergi membantu satu sama lain.

Aku merasa ponselku bergetar di sampingku. Kulihat nama yang tertera pada layar, hanya sebuah nomor, aku mengerutkan keningku, lalu kuambil ponselku untuk melihat dengan jelas foto profil akun Whatsapp orang itu. Kuembuskan napasku. Kuangkat saja telepon dari orang itu.

"Kenapa, Gam?" tanyaku langsung tanpa basa-basi.

Orang di seberang sana terkekeh. "Galak banget sih."

"Gue lagi banyak kerjaan, ganggu tahu nggak?" semburku dengan ketus.

"Aku ke apartemenmu ya? Nanti aku bantuin."

"Nggak usah. Gue bisa sendiri."

"Kamu pasti belum makan, aku bawain makan sekalian, aku bantu. Kurang baik apa sih aku ini, Rat? Balikan yuk!"

Astaga Gamilang sekarang menjadi aneh. Sepertinya dia salah posisi tidur atau salah makan. Lama-lama aku semakin tak mengenali sosok Gamilang yang seperti itu. Dulu dia memang pandai gombal, tapi tidak semenggelikan ini.

"Semakin banyak ngajak balikan, gue semakin risi sama lo, Gam."

"Aku sedang mengupayakan apa yang ingin kuambil kembali. Pasti ada celah buat aku kembali, Rat. Aku jalan ke sana. Sampai jumpa di apartemenmu, Ratih." Sambungan dimatikan sepihak oleh Gamilang.

Aku menatap ponselku dengan mulut setengah terbuka. Gamilang sudah benar-benar gila sepertinya. Gamilang tampak begitu gigih mengajakku balikan, tapi aku masih sangat ragu. Untuk memilih Mas Argi pun aku ragu karena sikap lelaki itu yang tak menunjukkan usahanya. Setelah balik dari acara nikahan sepupuku kemarin, Mas Argi sama sekali tak ada kabar, dia hanya mengirimiku email untuk kerjaan tanpa ada basa-basi lain.

Kenapa juga aku mikirin Mas Argi. Dia mungkin tidak serius. Aku mengembuskan napasku. Kenapa aku jadi uring-uringan tidak jelas begini. Aku mencoba kembali memfokuskan diriku pada data yang harus aku selesaikan.

Aku baru akan memulai membersihkan data, tapi suara dering ponsel membuatku mengerang kesal. Tanpa melihat siapa penelponnya, aku angkat saja dan aku loudspeaker.

Sela [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang