Sela Masa Lalu

11.1K 1K 14
                                    

"Ratih, lo tahu nggak? Kabarnya ada pegawai baru di bagian Data Science?" celetuk Fia saat aku baru saja duduk di kubikel.

Aku memutar bola mataku malas, sungguh aku tak begitu tertarik dengan gosip menyangkut adanya karyawan baru. "Fia, kalau mau tanya soal gosip atau karyawan baru, jangan sama gue!"

Gadis itu berdecak sambil menarik kursi untuk mendekat ke arahku. "Masalahnya Mbak Mira belum datang buat ngegosip dan adanya juga baru lo."

Di divisi ini, ada lima orang dalam tim, pertama aku sendiri, kedua Fia yang begitu senang dengan gosip, ketiga ada Mbak Mira sang partner gosip Fia, keempat Mas Abra sang lead team, dan terakhir William yang baru saja masuk sekitar dua bulan lalu. Selain itu, atasan kami ada Mas Argi yang menjabat sebagai asisten manajer dan sang manajer yaitu Pak Shaka.

Kali ini baru aku dan Fia yang datang, aku yang tak tertarik dengan gosip mengabaikan Fia dengan diam sambil mulai menyalakan komputer di meja kerjaku. Aku sesekali mendengar Fia menggerutu karena sikap cuekku. Aku biarkan saja dia yang kini mulai bosan dan memainkan ponselnya yang entah membuka apa yang membuat wajahnya tersenyum sumringah.

"Kenapa lo senyum-senyum gitu?" tanyaku yang sedikit penasaran dengan perubahan mimik wajah Fia.

Senyum Fia semakin lebar sambil menunjukkan ponsel miliknya ke arahku. "Gila, anak baru ganteng pake banget."

"Gue kira apaan," kataku kesal dan kembali fokus untuk membuka laman SQL yang tadi sempat tertunda.

Fia menarik tanganku untuk mengambil alih perhatianku. "Lo lihat dulu!"

Dengan malas aku mengambil ponsel yang disodorkan gadis itu dan melihat sebuah foto yang tertera jelas di layar. Aku menahan napasku sejenak. Foto seorang lelaki dengan kemeja lengan panjang berwarna biru langit serta celana biru tua sungguh mengganggu seluruh kesadaranku. Aku begitu tahu wajah rupawan dengan senyum menawan itu. Dengan tangan sedikit gemetar, aku mengembalikan ponsel Fia yang kini berhasil membuatku kehilangan konsentrasiku secara penuh. Bagaimana aku nantinya jika aku memang benar-benar sekantor dengan manusia satu itu setelah aku menghilang dari hidupnya dan perselingkuhan yang dia ciptakan itu.

Aku menghela napasku dalam. Sungguh, ini di luar ekspektasiku. Aku harus sering bertemu dengan seorang Arfiandi Gamilang Rumaksa, karena memang divisiku dan divisi dia saling berkaitan. Aku yang berada pada divisi Data Analyst yang bisa disebut juga Junior Data Science akan sering melakukan rapat dengan bagian Data Science ataupun Data Engineer. Sungguh aku tak tahu, apakah aku akan siap jika bertatap muka secara langsung dengan Gamilang nantinya.

"Lo kenapa diem aja, Rat? Syok lihat betapa gantengnya Mas Gamilang?" Aku diam tak menanggapi dan mulai menekuri beberapa email yang masuk dan membacanya.

Tak butuh waktu lama, Mbak Mira datang yang langsung disambut oleh teriakan melengking dari Fia yang sedang bahagia itu. "Mbak Mira, tahu anak baru bagian Data Science 'kan?"

"Iya tahu, gila ganteng ya! Tapi bagi gue Pak Shaka tetap di hati," seru Mbak Mira yang tak kalah heboh dari Fia.

"Sadar, Mbak! Pak Shaka udah ada buntutnya." Aku masih setia mendengar obrolan antara kedua manusia ini sambil berharap kedatangan Mas Abra atau William atau bisa juga Mas Argi. Tapi mengingat Mas Argi dan perkataannya kemarin malam, entah dia serius atau tidak, sepertinya dia hanya asal bicara saja.

"Yaudah, dapat Argi gue juga udah seneng," celetuk Mbak Mira yang membuat Fia tertawa dengan keras.

"Apaan, Mas Argi. Mana mau dia sama lo, dia mah penggemarnya ada di setiap sudut, Mbak. Tapi 'kan dasar Mas Argi gay, banyak cewek yang suka mukanya tetap lempeng aja. Bahkan nih Mbak, lo mau telanjang di depan dia, muka dia bakal lempeng-lempeng aja." Sungguh aku ingin menyanggah dan mengutuk mulut sialan Fia itu. Nyatanya Mas Argi normal.

Sela [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang