Sela Kesempurnaan

6.2K 686 29
                                    

Tumpukan laporan yang baru saja aku selesaikan ini sungguh membuatku mual. Tiga hari ini tim data benar-benar kerja gila - gilaan. Aku berdiri dari tempat dudukku.

"Mas Abra, ini laporan gue kumpulin ke lo?" tanyaku setengah berteriak sekalian pamer pada manusia yang berada di ruangan ini.

"Gaya banget lo, Rat. Nggak usah teriak bisa kali," kesal William yang tampak berdecak kesal di balik kubikelnya.

"Ke Argi, Rat. Lo masuk aja sana!" jawab Mas Abra yang masih berkutat dengan laptopnya.

Aku segera keluar dari kubikelku dengan setumpuk laporan di tanganku. "Kalau di dalam jangan lama - lama, Rat! Takut kebobolan."

William sialan. Aku menghampiri lelaki itu dan menjitak kepalanya sampai ia mengaduh kesakitan. "Sukurin! Siapa suruh rese!"

Aku segera berlalu ke ruangan Mas Argi sebelum William membalas jitakanku. Aku membuka pintu Mas Argi tanpa mengetuknya karena lupa. Mas Argi tampak menatapku dengan tatapan tajamnya. Salah sudah. Bodoh banget aku lupa mengetuk segala.

"Maaf Mas, tadi saya lupa ngetuk," cicitku pelan sambil ingin kembali keluar dan menutup pintu untuk mengetuk lagi pintu itu.

"Mau ke mana?" Pertanyaan retoris Mas Argi menginterupsiku untuk kembali keluar.

"Mau ngulang ngetuk pintu, Mas."

Mas Argi mengembuskan napasnya begitu jelas. "Nggak perlu, langsung duduk sini!"

Aku yakin Mas Argi pasti gemas dan kesal dengan kelakuan bodohku ini. Aku segera menaruh laporanku di meja Mas Argi dan duduk di seberang lelaki itu. Mas Argi masih menatapku tanpa bersuara. Aku menunduk takut.

"Maaf Mas, saya mau ngumpulin laporan ini," ucapku masih dengan menunduk tanpa berani menatap wajahnya.

"Kamu bicara sama lantai?" Aku segera mendongak dan menggeleng dengan cepat. "Jangan nunduk terus!"

"Iya Mas, maaf."

Mas Argi menatapku tajam. Marah dah ini iblis. Kelakuan cerobohku benar-benar tidak tepat. Selamat tidak ya? Mas Argi kalau begini cakep sih tapi benar-benar seram.

"Kenapa minta maaf?" Pertanyaan model apalah ini Mas Argi. Kenapa dia absurd begini sih?

"Ya kelakuan saya tadi, Mas. Lupa ngetuk pintu, nggak melihat lawan bicara."

Mas Argi terkekeh. "Lucu kamu, Ra." Mas Argi berusaha menghentikan kekehannya. "Ini laporan sudah semua? Mau langsung pulang?"

"Iya, Mas. Sudah dua hari lembur. Mumpung bisa pulang cepat," jawabku dengan semangat.

"Tunggu saya bentar ya, Ra! Kita pulang bareng sama temani saya belanja," pinta Mas Argi yang jelas tak bisa kutolak.

"Iya, Mas. Kalau gitu aku keluar dulu ya?" pamitku seraya berdiri dari kursi.

Mas Argi segera mencegahku untuk melangkah. "Bentar, Ra! Kamu lupa sesuatu."

Aku menatap Mas Argi yang kini sudah berdiri. "Apa? Nggak ada yang ketinggalan kok."

Mas Argi berjalan mendekat. Aku terdiam dan masih mengamati. Lalu berbisik, "Aku belum cium kamu, Sayang."

Demi apapun aku melotot. Ini orang hobi banget bikin seorang wanita cantik bernama Shira Ariatih ini jantungan. Mas Argi mulai mendekatkan bibirnya ke dahiku. Aku memejamkan mata dengan jantung yang berdebar gila.

Belum sempat bibir itu mendarat di keningku, pintu kaca buram ruangan ini terbuka lebar yang seketika membuatku dan Mas Argi saling menjauh. Di balik pintu terdapat sosok Fia dengan mata terbelalak lebar dan mulut terbuka. Aku sedikit ngeri kalau ada lalat masuk bagaimana ya.

Sela [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang