Sela Kegilaan

7.1K 781 18
                                        

Bersama Mas Argi aku merasa tak perlu bicara apapun. Semua terasa hening dan ya sudah, semua benar. Tapi aku merasa ada yang kurang. Komunikasi hanya sedikit, tanpa bertanya, lelaki itu akan melakukan apa yang dia pikirkan. Dia tidak pernah menanyakan pendapatku, intinya dia melakukan improvisasi.

Seperti saat ini, kami jalan berdua. Mas Argi tanpa bertanya padaku ingin ke mana, tapi dia yang menentukan. Dia akan bertanya apa yang aku suka dan tidak aku suka setelah itu dia yang menentukan sesuai kriteria yang cocok untuk kami berdua. Bukan berarti dia tak melibatkan aku dalam menentukan pilihan, tapi dia mencoba mencari yang terbaik untuk kami.

"Kamu mau makan di apartemen atau di luar?" tanya Mas Argi yang membuatku menoleh.

"Mas Argi lagi ingin makan sesuatu nggak? Ingin makan di apartemen, tapi bahannya terbatas, Mas," kataku yang membuat Mas Argi menghentikan langkahnya.

Mas Argi menatapku. "Delivery saja. Kamu nanti capek."

Aku terkekeh pelan. "Mas, saya nggak capek. Saya sudah biasa masak malah."

"Delivery saja!" tegas Mas Argi tanpa bisa dibantah.

Aku tersenyum, lalu mengikuti dia melangkah ke eksalator untuk menuju ke parkiran pusat perbelanjaan ini. Mas Argi memang ditaktor, tapi aku tidak merasa tertekan. Bersama Mas Argi, semua terasa lebih mudah dan simpel.

Sesampainya di parkiran, kami segera memasuki mobil untuk perjalanan menuju ke apartemenku. Jangan tanya sebanyak apa obrolanku dan Mas Argi selama berada di dalam mobil, kami lebih banyak diam karena kami bukanlah orang yang suka berbasa-basi.

Sesampainya di apartemen, Mas Argi tampak sedang mengutak-atik ponselnya, mungkin dia mau memesan makanan. Aku segera pamit untuk membersihkan badan yang terasa lengket ini.

Selesai mandi, aku melihat ponselku ada satu panggilan tak terjawab dari Gamilang, lalu aku melihat suatu pesan dari orang yang sama.

Gamilang Setan (Ex)

Rat, aku ke apartemenmu ya. Aku tunggu di bawah.

Mau ngapain lo?!

Apel kamu 😘

Aku mematikan layar ponselku sambil mengumpat. Ini setan satu mau ngapain. Dia kurang kerjaan atau bagaimana ya. Bisa-bisanya dia datang. Aku segera keluar dari kamarku, dan hal pertama yang kulihat adalah penampakan Mas Argi dengan berbagai bungkus makanan yang dia pesan. Sial, aku lupa masih ada Mas Argi di sini.

"Mas, aku ke bawah bentar ya, ada temenku." Aku izin ke Mas Argi sebelum aku berlalu pergi tanpa menunggu jawabannya.

Aku segera mencari sosok Gamilang di lobi. Aku melihat sesosok manusia dengan wajah orientalnya yang tampak kusut dan mungkin sedang ada masalah. Aku segera menghampiri sosok Gamilang dan duduk di sampingnya.

"Gam," panggilku pelan.

Gamilang menoleh, menatapku dengan tatapan sendu. Kenapa setan satu ini? Apa ada masalah? Ah, tapi bukan urusanku. Biar saja dia bermasalah.

"Rat, boleh aku menginap di tempatmu?" Wajah Gamilang sungguh memelas.

Sebenarnya setan satu ini mau cari mati? Ya kali mau nginap di apartemenku. Aku melotot. Bodo amat mau dia ngemis atau mengiba dengan muka melasnya itu, aku jelas akan menolak.

Sela [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang