Hari Sabtu pagi rumahku sudah terlihat sibuk, karena siang nanti akan ada acara lamaran resmi dari keluarga Mas Argi. Aku di dalam kamar sedang menyiapkan kebaya yang nanti akan aku kenakan.
"Kak, itu temenmu datang tuh!" Itu suara Dyon yang kini kepalanya muncul di sela pintu yang sedikit terbuka.
"Siapa?"
"Kak Arka sama teman-teman kantor, Kak." Tanpa memedulikan tanggapanku, Dyon sudah pergi begitu saja.
Aku segera bangkit dari kasurku dan berjalan keluar untuk menemui teman - temanku. Di ruang tamu aku bisa melihat Arka, William, Mbak Mira dan Fia sedang duduk dengan pakaian batik.
Aku segera menghampiri mereka dan duduk di samping Arka. "Katanya sibuk lo, Ar!"
Lelaki itu hanya tertawa tak enak. "Demi lo mah, gue free, Rat."
Aku hanya bisa mencibir lelaki penuh dusta ini. Mulut Arka itu bahaya, untung dulu aku tidak sempat baper sama lelaki model mulut manis dan suka obral sana - sini itu. Gebetan Arka itu ada di seluruh wilayah Indonesia. Setiap desa di Indonesia dia ada gebetan. Aku pernah sekali lihat aplikasi pesan daring miliknya yang sudah seperti asrama putri itu.
"Rat, udah jam sepuluh, lo nggak mau dandan gitu?" tanya Fia yang membuatku mengernyit.
"Dandan mah nanti bisa kali, Fi."
Fia berdecak kesal. "Ini hari spesial lo, dan gue nggak mau temen gue kelihatan buluk dan dandanannya biasa aja ya. Ayo ke kamar lo, gue poles lo!"
"Aduh Fia, kamu memang cewek idaman deh." Mulut manis penuh dusta milik Arka menggelegar yang membuatku ingin muntah.
"Sinting lo, Ka. Nggak ikhlas gue, kalau Fia sama lo!" timpalku dengan sewot yang kemudian langsung ditarik Fia dan Mbak Mira.
"Lo mau lamaran sama Argi, jangan bikin rusuh!" peringat Mbak Mira sembari terus menarikku ke kamar.
Sesampainya di kamar, Mbak Mira langsung duduk di kasurku. Fia langsung menggeledah laci meja riasku. "Lo mandi dulu aja, Rat. Gue siapin alat - alat make up lo!"
Mau tak mau aku menurut dan segera bergegas ke kamar mandi. Selesai dengan aktivitas membersihkan diri, aku berganti pakaian dengan mengenakan kebayaku dengan bawahan celana leging hitam selutut. Saat keluar kamar mandi, aku sudah melihat Fia begitu lengkap dengan semua alat make up.
"Sini, Rat!" Aku menurut dan duduk di hadapannya.
"Mbak Mira mana, Fi?" tanyaku yang sudah tak melihat Mbak Mira di dalam kamarku.
"Udah keluar, mau ngobrol sama yang lain katanya." Aku mengangguk dan mulai pasrah saat tangan Fia dengan lihainya menjamah wajahku.
Dandan ini cukup lama. Sungguh aku merasa pegal duduk menghadap Fia selama ini. Aku tak tahu seperti apa sekarang bentuk wajahku. Yang aku tahu, Fia sedang berkonsentrasi penuh dengan alisku.
"Rat, itu Arka kerja mana?" tanya Fia secara tiba-tiba.
"Temen gue waktu di bank Central," jawabku seadanya.
Aku melihat Fia mengangguk. "Udah ada cewek dia?"
Aku merasa tidak enak, sepertinya ada yang baper pada Arkampret. "Lo suka sama dia?"
"Eh? Kagak, dia tadi modus ke gue dan tampang dia lumayan juga, Rat." Fia menyengir sambil menaruh pensil alis ke meja riasku.
Aku berdecak, "Jangan baper! Dia tuh buaya, Fi. Gebetannya banyak banget kayak penumpang MRT."
Setelah itu tak ada tanggapan dari Fia, dia kembali fokus dengam memulas bibirku dengan lip cream. Setelah selesai, Fia menyodoriku kaca dan aku puas dengan hasil make up Fia yang tak terlalu berat.
![](https://img.wattpad.com/cover/205824847-288-k607063.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sela [Completed]
ChickLitCompleted. sela /se·la /n 1 tempat (ruang) di antara dua benda (barang) ; 2 celah ; 3 sesuatu yang tersisip (terletak) di antara benda-benda dan sebagainya Ratih mempunyai prinsip tak akan mengulang kembali pada masa lalu, tapi prinsipnya seolah han...