Part 31

2.5K 104 17
                                    

Part khusus untuk penyemangatku 😘

Pagi-pagi sekali Lucy sudah berada di bandara, Nathan tidak mengatakan apapun dia hanya menyuruh pelayan untuk membantu Lucy bersiap-siap.

Lucy tidak tau jalan pikiran Nathan yang begitu membingungkan, apa susahnya coba mengatakan tujuan nya kini.

Setelah membawa dirinya ke Amerika, dengan alasan yang tidak jelas kini dia kembali pulang ke Jakarta. Lucy menghela napas, ia menatap awan dari jendela pesawat. Entah kenapa ia merasa ingin sekali menangis perasaannya juga tidak enak ia merasa seperti kehilangan sesuatu yang membuatnya ingin sekali menangis.

Tak sadar air matanya lolos, ia menghapus air matanya dengan ibu jarinya. Sungguh ia tak tau apa yang terjadi yang membuat nya ingin sekali menangis.

Lucy tidak tau jika sedari tadi seseorang menatapnya dari sebrang tempat duduknya, Nathan memejamkan matanya. Dia tidak tau bagaimana menyampaikan kabar ini, dia masih diam tidak mengatakan apa yang seharusnya ia katakan.

Nathan melangkah ke arah Lucy, ia duduk disebelah kursi istrinya itu. Membuat Lucy langsung mengalihkan pandangannya pada dirinya.

" Nathan, ada apa? " Tanya Lucy menatap Nathan penuh tanya.

Nathan tersenyum sekilas.

" Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. " Ucap Nathan, walaupun sulit tapi ia harus mengatakannya sebelum pesawat mendarat beberapa jam lagi.

Nathan memejamkan matanya, ia menggenggam tangan Lucy menguatkannya sebelum dirinya mengatakan sesuatu yang entah apa yang terjadi nanti.

" Ayah... Ayah meninggal dalam perjalanan ke luar kota. " Nathan menundukkan kepalanya ia tak sanggup menatap Lucy.

Suara kekehan Lucy membuat Nathan yang tadinya menunduk kini mendongak, menatap Lucy bingung.

" Kau bercanda kan Nat, gurauan mu itu kurang berkelas! " Ucap Lucy menatap Nathan.

Nathan dengan cepat memeluk Lucy, dan mengatakan jika dirinya tidak berbohong. Daddy nya yang mengatakan nya tadi malam, ya panggilan tadi malam dari Jack yang mengatakan jika Amar ayah-Lucy meninggal ketika sedang dalam perjalanan bisnis nya, mobil yang dikendarai supir hilang kendali hingga menghantam pembatas jalan.

Tangis Lucy pecah, dia masih tidak percaya. Tapi hatinya merasakan sakit sekali, jadi ini jawaban atas kegelisahan nya tadi.

Dia ingin menangis, sekarang sungguh benar-benar menangis. Ikatan batinnya ya dengan ayahnya.

Nathan dengan setia memeluk Lucy, yang semakin terisak. Lucy juga menginginkan untuk cepat sampai di Jakarta agar bertemu sang ayah.

" Nat, ini tidak mungkin... Hiks... Hiks... " Isak Lucy, ia menenggelamkan wajahnya di dada Nathan. Meremas kuat kemeja yang dipakai suaminya ini berharap bisa menyalurkan rasa sedihnya.

Lucy menatap kosong ke arah luar jendela kamarnya, setelah mengantarkan sang ayah ke peristirahatan terakhirnya. Lucy langsung mengurung diri di kamar, sudah tiga jam dia di kamar bahkan tidak menghiraukan panggilan dari ibunya ataupun Nathan yang membujuknya untuk keluar.

Air matanya masih mengalir membasahi pipinya, dia tidak menyangka jika sang ayah akan pergi secepat ini. Baru kemarin dirinya mengobrol dan bercanda gurau, tapi setelah Lucy ikut Nathan ke Amerika ayahnya malah meninggalkan nya dengan sang ibu, seharusnya dia menolak dengan keras ikut Nathan mungkin saja tidak seperti ini.

Lucy melangkah ke arah meja rias dan mengacak semua barang yang ada disana, buku yang tadinya ada di lemari kini berserakan di lantai, seprai bantal pun luput dari pelampiasan nya. Hingga ruang kamar ini begitu berantakan, dengan dirinya duduk menenggelamkan wajahnya diantara lututnya menangis sesenggukan.

Young Marriage (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang