Part 32

2.5K 92 42
                                    


Sudah tiga hari sejak kejadian di mobil itu, Lucy juga tidak melihat Nathan sejak saat itu. Entah apa yang terjadi Lucy tidak tau dan ia tidak mau tau. Walaupun ia sangat merindukan Nathan tapi ia masih marah dan kecewa dengan Nathan.

Pagi ini Lucy akan berangkat kembali ke kampusnya, setelah itu ia akan bertemu dengan Kayla dan Zidane sahabat nya.

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, dan Lucy baru saja selesai dari kelasnya ia bergegas ke arah halte berharap ada bus yang sudah menunggu jadi ia tak perlu menunggu terlalu lama.

Ah sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya, beberapa orang masih menunggu bus di halte. Lucy menghembuskan nafas melangkah lesu ke arah halte.

Jika saja ada ponsel, pasti ia tidak akan kebosanan seperti ini. Mungkin setelah pulang dari kafe ia akan mengambil ponselnya di rumah orang tua Nathan, mungkin.

Dia masih belum siap untuk bertemu ibu mertuanya ditambah dengan sang anaknya. Mungkin dia sudah kembali ke Amerika, terbukti dengan di tidak mengunjunginya setelah kejadian di mobil itu, ah seharusnya Lucy ingat mungkin juga dia kesana bersama sang kekasih.

Miris, ya itulah yang bisa menggambarkan keadaan Lucy.

Apa yang harus ia harapkan dengan pernikahan ini selain kesakitan? Ia tau jika pernikahan dengan awal perjodohan terasa sulit, tapi bisakah Lucy berharap jika kesulitannya akan berbuah manis?

Mereka memang tidak saling mencintai, tapi bukankah cinta akan tumbuh dengan seiring berjalannya waktu?

Lalu apa salah kini Lucy mencintai suaminya, walupun ia tau jika suaminya tidak mencintainya. Dia tau bahkan sadar jika dirinya tidak lebih cantik dari perempuan itu.

Tapi haruskah Lucy diabaikan seperti ini dengan status pernikahan yang masih terikat dalam hubungan mereka.

Lucy menghapus air matanya yang tak sadar mengalir, bus sudah datang tapi kini bus sudah penuh dan mengharuskan dirinya kembali menunggu bus selanjutnya.

Jika dulu sang ayah akan menjemput nya ketika pulang sekolah, tapi sekarang Lucy hanya menatap lurus ke depan dan mengingat momen indah itu.

Suara klakson membuyarkan lamunan Lucy, ia mendongakkan wajahnya tepat ketika air matanya mengalir lagi dengan kasar ia menghapusnya dan melihat siapa pemilik mobil yang mengklakson didepannya ini.

Nafas Lucy tercekat menatap siapa seseorang dibalik kemudi mobil itu. Nathan, ya seseorang itu Nathan. Ia menyuruh Lucy untuk cepat naik ke mobil, karena beberapa orang yang ada di halte sedang memperhatikan mereka, ditambah dengan wajah Nathan yang tampan membuat para perempuan yang melihatnya tak berkedip.

Suasana di mobil begitu hening, tak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan Lucy yang menatap keluar jendela mobil sedangkan Nathan fokus menyetir.

Hingga mobil sampai di pelataran rumah yang dulu Nathan dan Lucy tempati setelah menikah, dan Lucy masih diam di kursi mobil tak berniat untuk keluar sedangkan Nathan sudah keluar duluan.

Suara ketukan dari kaca mobil membuatnya tersadar dan turun dari mobil, pelayan mengantarkan ke ruang kamar yang dulu ia tempati disini.

Ia tidak tau kenapa mau saja dibawa Nathan kemari, tapi ia bersyukur tidak dibawa ke mansion ayah mertuanya itu. Tapi tetap saja Nathan seakan semena-mena baginya, lalu kenapa dirinya tidak protes kenapa dirinya diam saja seakan ia mengikuti semua kemauan Nathan sekarang.

Ah Lucy benci pemandangan didepannya ini, lebih tepatnya dari arah balkon ini mungkin dulu ia akan senang menatap pemandangan seperti ini tapi setelah ia tau taman diseberang sana dibuat oleh suaminya untuk seorang yang mungkin sangat istimewa, ah lebih tepatnya memang sangat istimewa terbukti dengan dibuatkan taman seindah itu dan juga jangan melupakan kejadian tiga hari yang lalu.

Young Marriage (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang