Lan WangJi menarik Wei WuXian kembali kedadanya. Menghela napas, ia akhirnya berkata, "Wei Ying, tabib mengatakan ada sesuatu diperutmu."
Ia bisa merasakan, Wei WuXian sedikit menegang dalam dekapannya. Kembali ia mengusap punggungnya dengan lembut. "Apa itu?"
Lan WangJi menggeleng, "Dia tidak tahu. Kita tidak bisa mengeluarkan nya sebelum ia keluar dengan sendirinya atau.."
"Atau apa, Lan Zhan? Berhenti ditengah kalimat bukan gayamu." Wei WuXian.
Lan WangJi mengeratkan pelukan dipunggung Wei WuXian, "..Atau aku akan kehilangan kamu."
Matanya terbuka lebar, sehebat itukan makhluk didalam perutnya? Sebagai pasangannya, ia tahu bagaimana Lan WangJi merasa tidak nyaman dengan kenyataan ini. Sebagaimana yang ia rasakan setelah menjadi pasangan Lan WangJi. Tapi ia tetap tersenyum dan balas membelai punggung Lan WangJi. "Ssh, tidak apa-apa. Kita akan menunggunya keluar."
Lan WangJi mengangguk, "Mn."
Sekarang apa lagi? Hanya karena keduanya belum tahu bagaimana nasib mereka kedepan, tapi Wei WuXian selalu yakin mereka akan baik-baik saja. Dua kehidupan ia jalani, tidak takut mati, tidak takut rasa sakit apalagi hantu. Namun sekarang ia benar-benar takut akan satu hal, yaitu sebuah rasa yang di sebut dengan kehilangan.
Wei WuXian sudah pernah kehilangan semuanya, orang tuanya, shijie-nya, kepercayaan shidi-nya, seluruh Sekte Jiang yang sudah ia anggap rumahnya beserta Paman Jiang yang memanjakan dia.
Ia takut kehidupan yang sekarang ini hanyalah sebuah mimpinya saja. Wei WuXian khawatir suatu hari ia harus terbangun dan hanya mendapati debu yang berhamburan di Bukit LuanZhang. Wei WuXian hanya terlalu bosan selalu ditinggalkan.
"Lan Zhan, aku pikir ini seperti mimpi. Aku hidup bahagia, dengan kamu disini. Aku berpikir, akan-kah suatu hari nanti Sang Pencipta menyesal telah memberikan kamu padaku? Apakah Dia akan membawamu pergi dariku?" Wei WuXian terpejam, dan itu terdengar seperti gumaman setengah tidur.
Lan WangJi membeku sesaat, namun ia mengeratkan pelukannya mengikuti Wei WuXian yang memejamkan matanya. "Tidak akan. Setiap manusia memiliki haknya. Mereka punya hak untuk menyayangi dan disayangi."
Wei WuXian menyamankan kepalanya, "Lan Zhan, jangan pikirkan. Aku semakin menua, aku mulai khawatir dengan hal-hal yang bahkan hanya kulihat..dalam mimpiku. Aku..merasa bahwa..sekarang, aku bahkan takut..takut bermimpi." ia jatuh tertidur dengan kepala yang bersandar di bahu Lan WangJi.
Lan WangJi membelai rambutnya lebih lembut. "Bahkan sekalipun itu dalam mimpi atau kematian, aku akan tetap bersamamu. Jika harus pergi maka, ayo pergi bersama, Wei Ying."
Lan Zhan sangat manis.
Tanpa Wei WuXian sadari, ia meneteskan air mata dalam tidurnya.
**
"A-Jia, kau tidak ingin mendalami ilmu di Sekte lain?" Shen Yuan mengibaskan kipas kuning emas miliknya, dengan elegan ia duduk menghadap adiknya.
Di suatu sore pada musim panas, ada dua orang yang memiliki paras hampir mirip tengah berhadapan. Mereka duduk di sebuah paviliun yang kecil dan cantik. Dengan pepohonan disekitarnya, serta kain sutra yang menjadi sebubung tipis berkibar menciptakan keanggunan tersendiri.
Sinar kemerahan merembes masuk kedalam bagaikan api yang hidup berkedip menimbulkan gambaran tersendiri. Mengisi kekosongan sutra kekuningan yang berlahan mulai terayun oleh hembusan angin, menebarkan bayang-bayang seorang pemuda dan seorang gadis yang duduk berhadapan.
Bulu matanya yang semula terkulai saat tengah menulis, kini berlahan terangkat menatap saudara laki-laki nya. Ia menghela napas tersenyum, "Gege, tentu jika ada kesempatan aku ingin pergi juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] LOTUS
FanfictionKehidupan Lan WangJi dan Wei WuXian setelah kematian Jin GuangYao. Mereka menikah dan membuat rumah kecil di daerah sekte GusuLan yang biasa disebut Pondok Bambu dan memulai hidup bahagia. Untuk beberapa lama, kehidupan damai di dunia kultivasi mula...