27. Sebuah Belenggu (2)

6.1K 663 69
                                    

Wei WuXian duduk menyisir rambut Lan YiHua, ia menata rambut lembut itu serapi yang ia bisa. Rambutnya sendiri masih tergerai begitu saja, bahkan pita merahnya tergeletak bagaikan benda terbuang.

Udara di sekitar Pondok Bambu sama dinginnya dengan Cloud Racesses, angin yang berhembus di pagi hari membuat penghuninya enggan bangun. Kabut tipis masih menyelimuti pepohonan, bahkan hewan-hewan yang terbiasa terbang kesana-kemari sepertinya memilih untuk bangun kesiangan. Mengabaikan urusannya, perutnya, juga kesibukan diluar sarangnya.

Kelopak bunga yang berguguran dibawah pohonnya benar-benar nampak menggoda. Permukaan rumput tertutup lapisan kelopak yang lembut, seperti salju namun tidak dingin. Jika dilihat, itu benar-benar seperti gambaran suasana kemunculan makhluk legenda. Dimana diatas salju harum itu akan ada sosok indah yang sedang tertidur. Dengan wajah indah yang berada diatas rata-rata, kulit putih dan bulu mata panjang yang tebal. Bibir semerah ceri, dan juga rambut yang indah.

Tapi, bagi Wei WuXian, ia tidak membutuhkan gambaran dewa surgawi untuk menggambarkan kecantikan itu sediri. Baginya, ia sudah memiliki kecantikan itu bahkan dua sekaligus!

"Ibu, apa kamu baik-baik saja?"

Wei WuXian tersentak sedikit, kemudian tertawa pelan saat mengelus pipi Lan YiHua dengan jemarinya yang dingin. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit.. dingin?"

Lan YiHua diam, ia menimang tidakan selanjutnya. "Kalau begitu, aku akan mengambil selimut."

Wei WuXian sedikit menggertakan gigi. Dengan kecepatan yang luar biasa dia segera mengangkat dan menyerang anaknya dengan kecupan-kecupan ringan. Ia tertawa senang melihat Lan YiHua terkikik geli, "Ah, betapa aku sangat beruntung karena memiliki kalian disaat yang bersamaan. Lihat, lihat,  kamu bahkan sangat tampan!"

Lan YiHua mengangkat sudut bibirnya, "Tentu, karena Ayah juga tampan, dan Ibuku cantik. Jika aku tidak seindah mereka, bukan kah aku nantinya dikira anak yang dipungut dari orang lewat?"

Wei WuXian tertawa dengan keras, ia merasa bahwa anaknya begitu menyenangkan saat diajak berbicara. "Lihat! Betapa mulutmu begitu pandai berbicara!"

"Tentu," Lan YiHua kembali tersenyum kecil, "Besar nanti, aku akan menggantikan Ayahku untuk berbicara didepan banyak orang. Jika Ibu memiliki musuh, aku akan membantu Ibu berdebat dengan mereka!"

"Hei, hei, jika Ayahmu mendengar ini, mungkin dia akan menebak bahwa sifatku benar-benar menurun padamu." Wei WuXian tertawa lagi. Ia menambahkan satu ciuman di pipi kanan anak nya.

"Dan itu tidak baik?"

Akhirnya Wei WuXian tertawa kecil. "Bukan tidak baik, Baobao. Hanya saja, yah.."

Wei WuXian sedikit berpikir. Bukan tidak baik, hanya saja biar bagaimana pun ia yakin Pak Tua itu tidak akan senang. Orang itu pasti mengharapkan anaknya menjadi bocah patuh dan pendiam seperti Lan WangJi. Tapi, Lan YiHua adalah anak kandungnya, bukankah tidak aneh jika dia meniru sifatnya?

"..." Lan YiHua masih menatap Wei WuXian.

Wei WuXian sedikit gugup ditatap sedemikian polosnya oleh anak kecil. Untuk pertama kalinya ia merasa seluruh kosa katanya tersedot habis dari otaknya. "Hanya saja, itu, terlalu mirip denganku."

"Dan itu tidak bagus?"

"Itu,.. bagus, tentu saja bagus. Sudah, lupakan. Mengapa tidak membicarakan sarapan untuk saat ini? Kamu ingin sesuatu?" Wei WuXian menurunkan Lan YiHua. Dia sedikit merapikan kerah baju putra nya, sebelum mengikat rambutnya sendiri.

Lan YiHua mengangguk, "Baik. Aku ingin congee."

Congee? Benda berair itu?

Wei WuXian tersenyum mengangguk, baru saja ia akan membuka mulutnya saat dua siluet putih berjalan menuju pondoknya. Lan YiHua tidak bergerak, wajahnya sangat tenang melihat mereka dari kejauhan.

[END] LOTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang