29. Sebuah Belenggu (4)

6.1K 653 65
                                    

Hari itu adalah hari yang sedikit mendung, Jin Ling berjalan menyusuri keramaian jalanan di Dermaga Teratai. Bersama dengan Fairy, dia beberapa kali berhenti untuk melirik penjual di sekitar sana. Tentu saja ia tidak terang-terangan untuk melihatnya.

Setelah beberapa lama, dia berhenti di sebuah kedai teh yang mencolok. Ia bukan tidak memiliki pekerjaan, justru dia sedang bekerja. Beberapa hari yang lalu, dia juga melakukan hal yang sama di daerah sektenya. Jin Ling berusaha mengumpulkan informasi apakah orang-orang disekitar mereka masih ada yang hilang secara misterius atau tidak.

"Hei ku dengar, gadis yang baru menikah dua bulan lalu ditinggal pergi suaminya."

Tak jauh dari meja tempatnya duduk, sekumpulan orang-orang sedang berbicang sambil menyantap kacang di depan piring masing-masing.

Pemuda pertama itu meminum seteguk dari cangkirnya sebelum melanjutkan, "..padahal mereka pengantin baru. Bahkan sekarang wanita itu sedang hamil muda."

Seorang pria paruh baya sedikit terbatuk, "Ya, aku sudah mendengarnya. Kasihan sekali dia, suaminya menghilang begitu saja setelah dia pergi mencari kayu bakar di hutan."

Seorang lelaki berumur sekitar 30 tahunan duduk di sebelah pemuda pertama menyahut, "Menurut kalian apakah dia benar-benar hilang atau menemukan dewi di hutan kemudian jatuh cinta dan menikah lagi?"

Seorang pria tua berusia 50-an menampar kepala pemuda itu dengan kipas tangan. "Bodoh! Dasar keponakan bodoh."

Yang lain ikut tertawa. Tak berselang lama saat tawa itu mereda, si pemuda pertama berkata, "Tapi sejauh ini semuanya kembali aman. Kurasa segalanya akan baik-baik saja."

"Ya benar. Selain itu, Cao Yun, kapan kamu mendapat seorang istri? Ibumu sudah hampir berkarat menunggumu menikah!" pria tua itu melirik keponakannya.

Cao Yun menggaruk tengkuknya saat teman-teman satu mejanya mulai tertawa. "Paman, itu tidak mudah, kau tau? Kalian hidup dijaman seorang anak masih saja menikah karena dijodohkan. Tapi aku ini jelas berbeda."

Si pria tua itu mendelik, "Tapi cinta mereka sampai akhir. Lihat saja kamu, sudah dewasa tapi belum menikah. Sungguh sangat disayangkan."

Pemuda pertama menepuk punggung Cao Yun, "Jangan khawatir, banyak wanita cantik diluar sana yang mau menikah denganmu."

"Hei, hei," pria paruh baya itu menggosok telapak tangannya, matanya bekilat gembira. "Sudahkah kalian dengar? Adik pemimpin Sekte Bai sedang mencari seorang pendamping."

Cao Yun segera menanggapi, "Ah, benar. Tapi kudengar dia jatuh hati pada salah satu dari Dua Jade Gusu Lan."

Si pemuda pertama mengelus dagu, "Bagaimana kamu bisa tau, Cao Yun?"

"Tentu saja aku tau. Seorang temanku adalah pelayan adik Pemimpin Sekte Bai!" Cao Yun.

"Dari beberapa kabar yang beredar, kudengar Pemimpin Sekte Bai akan segera mengirim surat lamaran ke Gusu. Ahh..sangat disayangkan!" si pemuda pertama mendesah putus asa.

Pria paruh baya tertawa sebentar. "Apa yang perlu disayangkan? Kita ini orang biasa, tidak mungkin bisa bersanding dengan mereka. Lagi pula, Dua Jade itu tidak buruk juga. Sangat pas jika disandingkan dengan Shen Jia yang cantik itu."

Omong kosong macam apa ini? Hei, hei, bahkan salah satu dari Dua Jade itu sudah memiliki putra!

Jin Ling mendengus, ia merasa menyesal telah mendengarkan sejauh ini. Dia meletakan uang diatas meja sebelum bangkit dari sana. Jin Ling bergegas menuju Kediaman Utama Sekte Yunmeng Jiang. Suara pedang beradu menjadi hal pertama yang menyambut dirinya saat tiba di pintu.

[END] LOTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang