14. Sebuah Takdir (4)

7.9K 756 75
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Matahari terbit dengan cara yang mengagumkan, sinarnya yang berwarna keemasan menembus salju yang putih dan bersih. Kebekuan dari putihnya tumpukan salju tidak terusik, memantulkan cahaya matahari yang indah nyaris seperti kristal yang bening. Yang ada diseluruh permukaan adalah hamparan putih yang indah. Sesekali embun yang akan menetes membeku oleh dinginnya udara disekitar, membuat seolah-olah dunia sedang dibekukan sepenuhnya.

Tak berselang lama, seekor burung berbulu merah yang cantik dinggap diranting. Berkicau, menggugurkan salju dari tempat pijakan kaki-kaki kecilnya. Sayapnya terbuka, akhirnya ia terbang turun dan hinggap di sebuah pohon yang rindang.

Dari arah jalanan terdengar suara kaki yang melangkah semakin banyak. Disebuah ruangan yang rapi, dengan pedupaan yang mengeluarkan bau khas dua orang terlihat duduk berhadapan. Lan Qiren meminum teh seperti biasa, didepan nya, Lan XiChen duduk dengan keanggunan seperti alakadarnya.

"Paman, bagaimana menurutmu?"

Lan Qiren mengerutkan kening sedikit. Sejujurnya, ia lebih senang, berkali-kali lebih senang jika Lan XiChen tidak mengangkat topik berat sepagi ini. Tapi sekeras apapun dia berusaha, akhirnya ia tetap harus membahas ini. Apa lagi? Kehidupan rumah tangga murid kesayangannya. Lan Qiren mau tidak mau harus mengakui keberadaan Wei WuXian disamping Lan WangJi. Ia tidak mau mengakui, tapi sungguh, perihal Lan WangJi dan Wei WuXian itu adalah hal yang sangat populer di GusuLan sekalipun mereka hanya diam-diam saja. Bahkan itu berlaku untuk kultivator wanita!

Lan Qiren benar-benar tidak habis pikir.

Lan Qiren menghela napas, "XiChen, aku tidak bisa mengatakan banyak. Tapi, aku berpikir jika mereka harus memikirkan tentang ini juga."

Lan XiChen menunduk, "Akhir-akhir ini banyak kekacauan diluar sana. Paman, apa menurutmu ini ada hubungannya dengan Tuan Muda Wei?"

Lan Qiren menggeleng, "Aku tidak tahu. Tapi, berdoa saja semoga apa yang aku pikirkan tidak nyata."

Lan XiChen menatap paman nya, "Paman, haruskah WangJi menyembunyikan..dia?"

Lan Qiren menatap keluar jendela, matanya menerawang jauh kedepan jatuh pada seekor burung bersayap merah yang hinggap di ranting pohon.
"Menyembunyikan nya, apa..itu belum terlambat? Aku khawatir jika disembunyikan atau tidak itu tidak akan berpengaruh pada keadaan. Kau tau bagaimana keadaan WangJi dulu yang sempat membuatku terpukul."

Lan XiChen menelisik ekspresi Lan Qiren dengan hati-hati, "Paman, apa kamu memikirkan sesuatu?"

Lan Qiren berkedip, "XiChen, aku tidak bisa mengatakan apa-apa kali ini. Aku hanya berharap apa yang aku pikirkan tidak akan jadi kenyataan. Aku khawatir, badai lain akan segera datang. Dan kali ini, bukan hanya WangJi yang terlibat tapi seluruh Sekte GusuLan mungkin akan terkena dampaknya."

Lan XiChen, "Paman, tapi kamu tidak akan..?"

"Aku belum bisa memutuskan sekarang, akan lebih baik jika kamu mulai bicara pada WangJi." Lan Qiren menuang teh pada cangkirnya.

[END] LOTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang