56. Kisah (3)

5.1K 512 158
                                    

Hantu itu tersenyum sambil mengikuti langkah Jenderal Hua, dia terus berbicara dan menceritakan semua pengalaman miliknya setelah tiba di sini.

"Wei-gege, didi ingin mengajak gege untuk bertemu seorang kawan lama apakah gege keberatan?"

"Sama sekali tidak, apakah didi akan pergi?"

Jenderal Hua menggandeng hantu itu dengan lembut, "Uhm, ya, hanya sebentar karena ada sebuah urusan. Setelah urusan itu selesai, didi ini akan menjemput gege."

"Hahahaha..tidak masalah, tidak masalah. Tolong jangan terburu-buru, lakukan tugasmu dengan baik, didi." Hantu Wei itu tertawa.

Jenderal Hua segera menuju istana kediaman Iblis Mimpi. Sesampainya di sana, dia bisa melihat bahwa si pemilik rumah sedang bermalas-malasan. "Aku membawa seseorang."

Saat itu, Jenderal Hua bahkan sampai hampir melewatkan ekspresi kaget yang dimiliki Rong Hu. Namun ia tak memiliki banyak waktu saat dirinya terdesak oleh tugas di daerah selatan. Dalam perjalanan, mereka masih sempat bertukar percakapan melalui array komunikasi spiritual secara pribadi.

Setelah menyelesaikan tugasnya dengan cepat, entah bagaimana Jenderal Hua mulai berlarian di dunia fana. Dia mengunjungi berbagai tempat di Jiangnan, menyinggahi beberapa hutan di wilayah sekte besar. Mengumpulkan informasi secara mandiri, sebelum dia kembali ke istana milik Rong Hu dengan membawa beberapa kendi minuman yang terkenal di daerah itu.

Sesampainya dia di Istana Iblis Mimpi,  jenderal muda itu tidak mendapati Wei-gege nya di rumah utama. Rong Hu berkata bahwa hantu itu merasa bosan sehingga dia ingin pergi berjalan-jalan sebentar. Jenderal Hua mengangguk, lalu membuka tutup kendi yang di bawanya. Aroma yang harum yang lembut tercium di udara. Rong Hu tersenyum, "Selera yang bagus, aku lebih penasaran dengan rasanya."

"Cobalah,"

Satu tegukan, aroma harum berkumpul di sekitar indera penciuman. Dua tegukan, rasa manis yang kuat membakar tenggorokan sampai pada hatinya, rasanya sangat lembut namun memabukan. Jika seseorang meminum ini disaat dia patah hati, maka Rong Hu benar-benar tidak akan menyalahkan orang itu.

Rong Hu mengangguk puas, dia tersenyum dan menuangkan minuman untuk dirinya sendiri. "Sangat baik, ini jauh lebih baik daripada minuman terenak yang pernah ku coba. Ini, apa namanya?"

"Emperor's Smile." jawabnya singkat.

Tepat pada saat itu Rong Hu menoleh pada pintu, dia mendapati Hantu Wei itu telah kembali. Senyuman itu masih sama, namun ada getar samar diantara dua netranya yang berkilau. Dia mendekat lalu tertawa kecil, "Maaf apakah aku mengagetkan kalian?"

Jenderal Hua meletakkan cangkir, lalu tersenyum tipis menatap hantu itu. "Tidak. Gege, apa yang kamu lakukan hari ini?"

"Aku?" Wei menunjuk dirinya sendiri dengan jarinya yang putih, lalu tersenyum sedikit. "Aku pergi berjalan-jalan cukup jauh. Aku mendengarkan seseorang bermain guqin."

Rong Hu "..."

Jenderal Hua mengerutkan sedikit alisnya, "Guqin?"

Wei mengangguk, diam-diam dia melirik kendi yang masih berada di meja. "Untuk suatu alasan aku seperti pernah memiliki ingatan tentang ini, tapi aku tidak bisa ingat."

Jenderal Hua, "Seperti apa orang ini?"

"Aku tidak melihatnya dengan jelas, namun sepertinya dia berpakaian putih. Dan sepertinya dia mencari kekasihnya," jawab Wei dengan sederhana.

"Kasihan sekali, dia pasti sudah menunggu lama." Rong Hu.

"Memang," Wei mengangkat dagunya, dia ingin menyentuh kendi Emperor's Smile namun jari-jarinya hanya dapat menggapai ruang kosong. "Aku sudah melihat dia sangat lama. Dia terlihat sangat kesepian, aku bertanya-tanya bagaimana bisa kekasihnya meninggalkan orang sebaik itu sendirian?"

[END] LOTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang