35. Sebuah Mahkota (3)

5.9K 642 58
                                    

Lan YiHua melangkah di jalan setapak yang sepi, rerumputan di sisi kakinya bergerak dengan lembut. Dia memeluk sekantong penuh dengan buah loquat yang manis. Ia tidak membeli, tapi shifu-nya yang membelinya saat dia turun gunung pada pagi hari. Dia bilang, Ibunya suka makan loquat dan itu sebabnya Lan XiChen membeli dua kantong. Satu untuk dirinya, dan kantong yang lain ia berikan kepada adik iparnya.

Sinar matahari yang lembut menerpa wajah rupawan yang berkulit putih bersih layaknya salju yang lembut. Bibirnya yang  kemerahan dan lembab memantulkan cahaya lembut dan menciptakan pemandangan yang sensual. Bulu mata yang panjang menyapu lembut seiring kelopak matanya yang terayun dengan anggun. Alisnya rapi dan memiliki garis-garis tajam yang cantik. Bola matanya membiaskan sinar sedikit keemasan, yang mana itu adalah keturunan dari Lan WangJi yang berbaur dengan milik Wei WuXian. Bila dia tersenyum pada orang tuanya, dia akan terlihat sama dengan Ibunya. Jika dia tersenyum pada orang lain, maka dia akan terlihat sama dengan Ayahnya.

Lan YiHua melirik jalanan yang semakin gelap, dia berhenti sebentar untuk mengamati pemandangan sekitarnya yang semakin terlihat remang-remang. Dia melihat kebelakang lalu tersenyum, "Ayah, ayo sedikit lebih cepat. Nanti Ibu menunggu lama."

Lan WangJi melirik kebawah dan sedikit tersenyum samar, ia membungkuk untuk mengangkat anaknya ke lengan. "Mn."

Lan YiHua tersenyum menatap Lan WangJi dari samping, kedua tangan kecilnya memeluk kantong loquat dengan hati-hati. "Ayah..?"

Lan WangJi menoleh sedikit, "Ada apa?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin memanggilmu." diam-diam anak itu tersenyum senang pada dirinya sendiri. Sementara Lan WangJi tidak menjawab lagi, hanya sebelah tangan nya yang yang menopang Lan YiHua menjadi lebih erat memegangi kakinya agar tidak jatuh.

Hanya beberapa saat sebelum mulut kecil itu kembali terbuka untuk bertanya. "Ayah, aku ingin membawa Ibu turun gunung. Bisakah aku?"

Lan WangJi menoleh lagi sebentar, sepertinya dia sedang berpikir. Dia sedang sibuk akhir-akhir ini, dan besok ia harus pergi untuk mengatasi masalah di kediaman sebuah klan. Melihat ini Lan YiHua segera tersadar akan ucapannya, "Itu jika Ayah mengizinkan. Jika tidak, maka aku tidak akan melakukannya."

"Aku mengizinkanmu," Lan WangJi kembali terdiam sejenak, "..tapi aku tidak bisa pergi menemani."

Lan YiHua melihat kesuraman yang terlintas di depan matanya. Wajah yang biasa tenang terlihat memendam suatu keinginan. "Apa Ayah ingin pergi bersama kami?"

Lan WangJi diam, tidak menyangkal atau pun mengiyakan. Dia terlihat memikirkan jawaban yang tepat. Saat bibirnya terbuka hendak menjawab, Lan YiHua segera memotongnya,
"Aku tau Ayah ingin pergi. Kalau begitu, kita akan menunda waktunya."

"Tidak perlu," Lan WangJi menepuk kaki Lan YiHua dengan pelan,
"... kalian bisa pergi."

Lan YiHua menggeleng, lalu dia tersenyum. "Tidak, tidak, aku tidak akan turun gunung besok. Aku mau melihat kebun Ibu saja. Atau belajar berenang."

"Belajar berenang?"

"Ya, Ibu mengajak aku melihat ikan. Lalu aku mandi disungai waktu itu."

Lan WangJi menggeleng kecil dengan tatapan lembut. Bibirnya yang tipis sedikit bergerak seolah dia tidak tahan untuk tidak tersenyum. "Lalu?"

"Lalu aku belajar memanjat pohon. Ibu bilang, seorang laki-laki harus bisa memanjat pohon."

"Begitukah?"

Lan YiHua mengangguk, jemarinya menyentuh gagang Bichen yang dingin. Sedikit mengguncang gagangnya main-main, "Benar. Memanjat pohon selain untuk melindungi diri, juga bisa digunakan untuk bersenang-senang atau menolong orang."

[END] LOTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang