37. Bunga yang Tumbuh di Bawah Kabut (2)

6.1K 584 62
                                    

Langit tampak mendung, gumpalan awan hitam menggantung di atas tampak seolah bisa runtuh kapan saja. Sesekali nampak kilatan di langit, putih dan sangat cepat. Angin yang berhembus terasa berbeda, sesekali membawa pepohonan ikut terayun dengan tak menentu. Burung-burung kecil yang bersarang tampak ketakutan, mereka mencengkeram dahan dan melindungi anak-anak mereka dengan bulunya. Ada juga sekelompok tupai saling berpelukan, bulu-bulunya yang lembut dan tebal sedikit menggembung. Cicitan anak-anak mereka yang masih kecil membuktikan bahwa mereka takut dan kedinginan.

Rintik hujan mulai turun disertai angin yang bertiup. Suara tetes-tetes air hujan yang jatuh terdengar riuh dan berisik. Derasnya hujan yang turun, membuat tak seorang pun bisa menatap kedepan mereka. Semuanya putih dan suram, serta udara yang lembab menjadikan semua makhluk bumi enggan untuk beranjak dari tempatnya.

Bagi Lan YiHua, hujan memiliki kisah tersendiri. Mereka seringkali datang dengan cara yang tiba-tiba, namun patut disyukuri ketika dia mengingat Ibunya tidak perlu lagi menyiram tanaman di kebun. Dia tersenyum sedikit, manik matanya yang bening berkilau tertimpa cahaya lilin. Jari-jarinya yang ramping menggenggam kuas yang menari diatas kertas putih. Cantiknya tidak memudar, kulitnya yang putih dan halus bagaikan batu giok nampak sangat pas berbalut dengan pakaian putih.

"SiZhui, ku dengar kemarin banyak mayat ganas yang menyerang daerah perbatasan Lanling."

Lan YiHua berhenti sejenak, lalu matanya sedikit melirik pada dua orang lainnya di dalam ruangan. Lan SiZhui meletakan kuasnya sejenak, "Benar. Dan mayat ini sama sekali tidak biasa."

"Bagaimana itu tidak biasa, gege?"

Lan SiZhui dan  Lan JingYi menoleh serentak, saat suara yang menyenangkan itu terdengar dunia memang seolah ditakdirkan untuk mendengar suaranya.

"Dia lebih kuat dari mayat biasa, dan mereka memiliki aura setengah hidup yang aneh." Lan SiZhui.

"Ya, beberapa dari mereka sepertinya adalah mayat baru. Mungkin usianya hanya sekitar satu tahun lebih, atau bahkan beberapa minggu." Lan JingYi menggoreskan tintanya sambil menopang dagu dengan sebelah tangan.

Lan YiHua tampak mengernyit sedikit, lalu ia mengangguk tanpa bertanya lebih jauh. Kedua seniornya berpandangan sesaat, sebelum mereka sama-sama menggeleng tak mengerti. Lan JingYi berkata, "SiZhui, kau ingat tentang ramalan yang pernah menggemparkan dunia kultivasi beberapa waktu lalu?"

"Yang mana?"

"Anak iblis." Lan YiHua menyahut dengan tenang. Bahkan wajahnya tak terangkat sedikitpun, tenang, tanpa beban seolah dunia yang mereka bicarakan bukanlah dunia dimana tempat dia tinggal.

Lan SiZhui dan Lan JingYi sekali lagi menoleh serentak. Kemudian Lan JingYi benar-benar menjawab pertanyaan itu, "Benar, itu... sangat mengerikan. SiZhui, apa menurutmu peramal itu mengatakan sebuah kebenaran?"

"Sulit dikatakan," Lan SiZhui mengambil buku lain dihadapannya, dia membalik buku itu sebentar. "Seorang peramal bisa saja melakukan kesalahan, itupun jika kakek itu benar-benar seorang peramal. Selebihnya, bisa saja orang itu hanyalah suruhan seseorang untuk menjatuhkan orang lain."

"Bencana alam, dan kekacau-an mayat ganas, kematian, dan sesuatu yang tidak biasa. Tunggu, tunggu," Lan JingYi mengernyit, dia berpikir dengan keras. "Bukankah ini yang disebutkan dalam cerita itu?"

"Cerita..?"

"Itu benar!" Lan JingYi menjadi lebih bersemangat dari biasanya, seolah dia sudah menemukan seasuatu. "Kau sendiri yang menceritakan kisah itu padaku, kisah Si Jenderal Hua."

Lan YiHua mengangkat  wajah, sebelah alisnya ikut terangkat. Dia meletakan kuasnya, dan menatap kedua seniornya dengan tenang.
"Xi Hua? Atau Hua Ling?"

[END] LOTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang