Saat itu Jenderal Hua membuka kedua kelopak matanya. Sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamar tidurnya yang memiliki kelambu. Ah, sepertinya hari sudah pagi.
Ia membuka mulut dan berkata, "Ba!"
Keningnya berkerut sedikit, lidahnya benar-benar tidak lentur sama sekali. Kemampuan berbicaranya tidak lagi ada, dia mengangkat tangan kanan miliknya. Sejenak hening.
Astaga, apa-apaan jari-jari gemuk ini?!
Dia tidak bisa menyembunyikan tawa bayi khas miliknya, tanpa sadar dia memegang telapak kaki yang tak kalah menggemaskan sambil sedikit berguling ke samping. Rasanya lucu, dia benar-benar telah berubah menjadi seorang bayi. Memiliki tubuh kecil yang lemah rasanya merepotkan, tapi juga menyenangkan. Ia merasa tidak sabar untuk menjalani hari-harinya bersama orang tuanya.
Saat dia tengah memikirkan hal-hal yang menarik, tiba-tiba kelambu di sekitar ranjangnya tersibak oleh jari-jemari yang putih. Jenderal Hua tertegun sejenak, sosok wajah tampan yang dingin berada tepat di atasnya. Berkedip sejenak dia berusaha mengingat sesuatu yang sangat penting. Rasanya dia benar-benar telah melihat wajah ini sebelumnya, tapi dimana?
Namun sepertinya kali ini ia tak ingin repot memikirkan itu, dia mencetak sebuah lengkungan yang indah. Orang itu juga menarik sudut bibirnya dengan samar, namun kelembutan pada kedua bola matanya yang berwarna emas tidak dapat di sembunyikan. Anak itu terdiam, sekarang sepertinya dia sudah ingat. Orang ini benar-benar tuan muda yang ia jumpai beberapa tahun silam, yang dengan tubuh terluka rela mengunjungi bukit tandus Yiling demi kekasihnya.
Tunggu, tunggu, ia benar-benar dilahirkan oleh mereka, bukan?
Tuan muda ini tidak mencari seorang maiden untuk menggantikan kekasihnya...kan?
Jenderal Hua meneguk ludahnya pelan, saat bibirnya terbuka yang muncul hanyalah gumaman khas seorang bayi. "Aoo..ma, ma!"
Entah mengapa, ia mulai merasa dapat menerima keadaan ini. Saat kedua tangan milik orang itu terulur, jenderal kecil itu tersenyum. Menyentuh pantat bulatnya sejenak, orang itu menjawab dengan tenang sambil memastikan celananya kering. "Dia belum bangun."
Dia yang mana? Siapa?
"Ma..ma?"
Orang itu mengusap kepalanya dengan lembut. Samar-samar bayi itu dapat menjumpai bayangan wajahnya sendiri yang terpantul pada kedua netra cerah milik orang itu. Saat dia berkedip, bulu matanya yang panjang ikut terayun berlahan. Indah sekali.
"Panggil aku Ayah." ucapnya pelan. Saat dia menunduk, sebuah kecupan ringan mendarat di antara alis anak kecil tersebut.
"Ngg.. Lan Zhan?"
"Wei Ying?"
Jenderal Hua menoleh berlahan, ia menjumpai sosok laki-laki lain yang hanya mengenakan pakaian dalam dengan kerah bengkok. Rambut tidak diikat, serta kelopak mata yang masih setengah terpejam.
Lan Zhan, Wei Ying.
Lan WangJi, Wei WuXian.
HanGuang-Jun, YiLing Laozu.
Ia kembali tersenyum, jadi tentu saja sekarang dia adalah putra Lan WangJi dan Wei WuXian.
▪
Mungkin dia salah, atau mungkin ia tak sepenuhnya salah. Bagaimana pun, biasanya seorang dewa tidak akan membuka jati dirinya dengan mudah kepada manusia.
Namun sedekat apapun dia dengan manusia, selama apapun dia berada di alam fana, ia masih lah seorang dewa. Yang mana itu artinya dia akan memiliki beberapa urusan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] LOTUS
FanfictionKehidupan Lan WangJi dan Wei WuXian setelah kematian Jin GuangYao. Mereka menikah dan membuat rumah kecil di daerah sekte GusuLan yang biasa disebut Pondok Bambu dan memulai hidup bahagia. Untuk beberapa lama, kehidupan damai di dunia kultivasi mula...