48. Perubahan

5K 593 130
                                    

Awan gelap yang menggantung diatas langit berlahan menghilang, namun sebagai gantinya butir-butir salju mulai berjatuhan. Udara yang berdesir dingin mencekam sampai tulang-belulang, angin yang tenang seolah akan mencabik tubuh dalam sekejap.

Jauh di bawah kaki mereka, rumput kering justru mulai bersemi, tunas-tunas mungil berwarna hijau muda memanjang dalam sekejap. Bagaikan musim semi, bunga-bunga bermacam warna justru tumbuh di tepian danau yang membeku. Wangi semerbak terhanyut oleh angin, membuat orang-orang bertanya apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Saat salju yang turun dengan cara aneh itu berhenti, jauh di atas langit sana bulan purnama yang cerah timbul diantara kekeruhan suasana. Cahayanya yang lembut menerobos melalui celah-celah dedaunan yang rimbun. Kerlap-kerlip bintang yang cerah dan berserakan dilangit bagaikan butiran daun di musim gugur.

Belum sempat semua orang tersadar dari kekaguman ini, ribuan burung berwarna seputih salju berhamburan di langit. Mereka mengepakan sayap seolah tengah menikmati musim semi yang damai, bulu-bulu sehalus sutra berjatuhan di tanah menciptakan pemandangan yang indah. Setelah itu mereka menghilang begitu saja.

Tak lama setelahnya, sinar bulan merambat menyinari bebatuan di sekitar danau yang membeku. Tampak sosok pemuda kecil duduk dengan kaki yang disilangkan dengan santai di atas sana. Dia sedikit menunduk memandang orang-orang di bawah, posturnya yang rupawan bagaikan batu giok tampak sangat anggun dengan balutan jubah luar seputih salju. Topeng setengah wajah yang berwarna hitam dengan sedikit bulu merak tersemat manis pada wajahnya. Ia tertawa pelan, suaranya yang lembut layaknya sutra dewa surgawi mengalun pada kebekuan danau yang dingin.

Semua orang menatapnya dengan tanya, tidak terkecuali Wei WuXian. Saat ia menatap pemuda itu, jantungnya berpacu dengan cepat, ia merasa sangat familiar dengan mata itu. Mata itu, yang terlihat dingin dan malas, kelam dan berwarna sedikit keemasan, bagaimana mungkin dia bisa lupa?

"Menarik." ucapnya dengan suara yang sedikit dalam dan halus. Jemarinya yang panjang dan putih menyentuh topeng hitam di wajahnya. Ia tidak tersenyum, kebekuan terlihat akrab di sepasang bibirnya yang kemerahan.

Jemari Wei WuXian bergetar, tanpa di sadari olehnya, ia beringsut maju kepada sosok asing itu. Kedua bola matanya yang bening bertubrukan dengan milik orang itu, geleyar aneh merayap kedalam hatinya yang telah lama memiliki luka.

"Kamu..?" bisik Wei WuXian lirih. Lan WangJi memandang teman hidupnya sejenak, kebekuan dalam bola matanya memudar sebelum sekali lagi berdiri lebih dekat padanya.

Orang asing itu menatap Wei WuXian, bibirnya bergerak sedikit namun karena jarak pandang yang jauh, tak ada seorang pun yang menyadarinya. Aura dingin di sekitar tubuhnya menguar, dan tanpa sepatah kata pun dia bergerak turun dari bebatuan tinggi. Suara ketukan sepatu dengan batu es berapadu dengan dentingan bunyi rantai yang jernih. Aura yang berat segera menipis seiring dekatnya jarak diantara mereka.

Semua orang menahan napas, mereka bisa merasakan bahaya yang kuat tengah berada di sekitar mereka. Semua senjata yang mereka pegang segera terangkat dan memasang posisi bersiaga. Namun berbeda dengan Lan WangJi, seseorang yang masih terlihat tenang seperti biasa. Bahkan Wen Ning yang terlihat kaku sekalipun, meski dia terlihat berjaga di depan mereka, namun wajahnya terlihat kebingungan dengan aura dari orang ini.

Angin kembali berhembus membawa kelopak bunga terbang, aroma yang lembut menguar menciptakan suasana yang damai. Orang itu berhenti tidak jauh dari Wei WuXian dan Lan WangJi. Ia hanya seorang remaja bertubuh ramping dan tidak begitu tinggi, ia menunduk sedikit dan tak lama setelahnya sebuah topeng yang berhiaskan bulu merak terbang ke arah Wen Ning yang menatapnya.

Sebuah wajah muda yang putih bagaikan sepotong giok murni terpampang dengan jelas. Keningnya yang bersih dan sepasang alis yang tajam dan rapi menggambarkan sebuah ketegasan dan perasaan yang kuat. Bulu matanya yang panjang terayun berlahan menebarkan bayang-bayang di pipinya yang seputih susu. Hidungnya yang lancip, serta bibir kemerahan yang terkatup rapat. Wajah ini, wajah yang tidak ada seorang pun di dunia yang percaya bahwa ada makhluk seperti ini hidup di alam fana. Wajah yang bagaikan pangeran di negeri dongeng, keindahan wajah Dewa Surgawi itu hanya di miliki oleh satu orang yaitu seseorang bermarga Lan.

[END] LOTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang