28. Sebuah Belenggu (3)

6.3K 702 160
                                    

Dua hari setelah kepulangan Lan WangJi, keluarga kecilnya menerima surat dari kediaman utama. Surat itu mengatakan bahwa, Lan WangJi harus segera mengirim putranya pergi.

Wei WuXian tentu tidak rela dengan itu, dia mengatakan kata-kata seperti.. Aku bahkan baru memeluknya beberapa kali dan sekarang Pak Tua itu ingin mengambilnya dariku? Aku bahkan baru saja membuat congee yang enak kemarin, tapi dia bahkan akan segera melupakan rasanya?

Tapi Wei WuXian tetaplah Wei WuXian, dia berusaha menekan keegoisan hatinya. Dengan penuh ketidak-relaan, akhirnya dia hanya meminta mereka bertiga tidur bersama. Dan Lan WangJi tentu saja tidak keberatan. Kenapa? Sebab jatahnya sudah terpenuhi pada sore hari. Uhuk.

Matahari sudah mulai meninggi, kicauan burung terdengar semarak bersanding dengan dedaunan yang berbisik tertiup angin. Lan WangJi sudah bangun terlebih dahulu, menyisakan Lan YiHua dan Wei WuXian yang bergelung dalam selimut. Sebenarnya bukan karena keduanya masih tidur, lebih tepatnya Wei WuXian yang masih tidur. Kedua kelopak mata putranya terbuka lebar, ia menatap langit-langit kamar menunggu Wei WuXian bangun.

Masalahnya adalah jika Wei WuXian belum bangun maka dia tidak bisa bangun. Lan YiHua bagaikan dibelit oleh ular raksasa, ketika ia bergerak hendak melepaskan diri maka Wei WuXian akan segera tau. Dan tentu saja dia tidak ingin mengganggu tidurnya.

Setelah penantian panjang, akhirnya Wei WuXian membuka mata menatap Lan YiHua yang membuka matanya lebar. Wei WuXian mengerjap, hanya dengan menapap wajah anak nya dari samping, dia sudah bisa mengatakan bahwa itu benar-benar indah.

"Selamat pagi, Ibu."

Ia tersenyum, "Selamat pagi, anak baik. Ayo kita mandi?"

Wei WuXian menggendong Lan YiHua, dia melangkah dengan sedikit terhuyung hendak menuju dapur. Baru saja ia akan mencapai pintu, Lan WangJi sudah tiba di depan mereka.

"Selamat pagi, Lan Zhan."

Lan YiHua juga menoleh kebelakang menatap Ayahnya. "Selamat pagi, Ayah."

"Selamat pagi." Lan WangJi mendekat untuk memeluk keduanya. Tangan besarnya mengusap kepala putranya dengan lembut. Menunduk, ia mencium puncak kepala mungil itu. Lan YiHua tersenyum tipis, dia kembali menatap kedepan.

Wei WuXian menyeringai seksi dan itu membuat Lan WangJi tidak tahan, dia meraih bibir Wei WuXian dan memagutnya dengan lembut. Wei WuXian memejamkan matanya, rasanya sangat menyenangkan ketika kedua bibir mereka bertemu. Perasaan menggelitik yang mendebarkan itu masih sama sejak dulu. Karena posisi Lan YiHua yang memunggungi Lan WangJi, jadi mereka tidak takut jika putra satu-satunya akan melihat tindakan tidak senonoh itu. Tangan kiri Wei WuXian menutup sebelah telinga Lan YiHua, sedangan telinga yang lain ditutup oleh Lan WangJi.

Setelah pagutan terlepas, Wei WuXian tertawa. "Dosa! Benar-benar berdosa, Lan Zhan, kamu berdosa!"

Telinga Lan WangJi sedikit memerah, dia tidak menjawab apapun saat mengambil Lan YiHua dari tangan kecil Wei WuXian. Dia menuntun Wei WuXian ke kamar belakang untuk mandi.

Hari ini tidak begitu terasa panas. Saat waktu menunjukan hampir tengah hari, Lan WangJi membawa Wei WuXian dan putranya pergi meninggalkan pondok. Dengan menunggang Little Apple, mereka bertiga bergegas memulai perjalanan menuju kediaman utama Sekte Gusu Lan.

Lan WangJi memegang kendali, sedangkan di belakang Wei WuXian duduk dipunggung Lil Apple sambil memegangi Lan YiHua yang sedang memakan buah loquat. Dipayungi oleh pepohonan disisi jalan, kulitnya tampak membentuk bayang-bayang samar dedaunan yang tertiup angin. Lan WangJi melihat keduanya yang asik berceloteh, pemandangan yang sangat indah melebihi apapun. Selamanya, dia tidak akan lupa.

[END] LOTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang