Ghost Hunter 1

581 23 13
                                    

"Jadi hantu ini bernama Mike, dulunya dia anak yang baik dan pintar. Sayangnya kehidupan keluarganya tidak berjalan mulus seperti yang diharapkannya, orang tuanya cerai dan Mike dibunuh orang tuanya sendiri. Mike bersumpah akan membalas dendam pada orang tuanya, maka dari itu dia di sembah oleh anggota Darkness Claw dengan syarat mengambil hati manusia sebagai tumbalnya," jelas Shino sambil menyeruput teh.
"Artinya dia termakan oleh rasa sakit hati, kebencian, sedih dan dendam yang membara pada orang tuanya?" Duga Taro.
"Tepat sekali nak," jawab Shino.
"Tapi kenapa dia harus mengorbankan orang lain?" Ace tak habis pikir dengan hantu bernama Mike ini.
"Yah terkadang hati seseorang bisa berubah tanpa bisa diprediksi oleh kita," balas Jack.
"Maka dari itu kita harus memulangkan dia ke alamnya," Shino menyerutput tehnya lagi.
"Bagaimana caranya kita memulangkan Mike?" Tanya Seven.
"Kita harus pergi ke tempat Darkness Claw, kemudian kita bicara dengannya. Jika dia tidak mau pulang, terpaksa kita harus bertarung dengannya," jawab Shino.
"Kurasa ini akan sulit," Ultraman menghela nafas.
"Tenang aja kita akan menghadapinya bersama-sama," Zoffy menepuk pundak Ultraman.
"Kami juga berpikir begitu," saudara yang lain berkata dengan serempak.
"Baiklah kita akan menghadapinya," Ultraman pun tersenyum.
"Nah sekarang kita akan berangkat," Shino bangkit dari duduknya.
"Apa!? Masa jam 12 tengah malam?" Taro terkejut.
"Ya lah harus sekarang biasanya hantu itu berkeliaran jam 12 tengah malam," jawaban Shino membuat Taro jatuh pingsan.
"Ya Allah Taro pingsan di saat yang kurang tepat," Ace menggelengkan kepala.
"Aku gendong dia," Zoffy menggendong Taro dengan gaya pengantin.
"Iiiihhhh jijik aku ngeliatnya," Zoffy menatap Jack dengan matanya yang mengisyaratkan kemarahan. Jack menyusut, sementara 3 kurcaci (Ultraman, Seven dan Ace) menahan tawa dan master Shino menghela nafas.
"Ayo kita berangkat sekarang," master Shino memimpin Ultra Brothers menuju markas Darkness Claw.
.
.
.
"Astaga caranya bang Taro pingsan gak keren," komen Mebius.
"Emangnya kalau mau pingsan harus gaya dulu?" Tanya Toki.
"Iya, biasanya pingsan yang keren itu adalah pingsan setelah bertempur melawan musuh," jawab Mebius.
"Itu namanya kelelahan bego!" Hikari memarahi Mebius.
"Kita ikut mereka nih?" Mina bertanya.
"Yoi, kita juga harus siap jika sesuatu terjadi pada mereka," jawab Seth dengan mantap.
"Inilah tujuan untuk melatih kekuatan kita supaya dapat membantu di saat darurat," Hikari berkata.
"Semoga latihan kita gak sia-sia," Seth mengingat latihan mereka beberapa hari yang lalu.

Flashback on
"Guys, mulai sekarang kita harus sering latihan," Hikari memimpin rapat kecil di counter pulsa.
"Kenapa?" Tanya Mina.
"Kita sekarang memiliki kekuatan dan bisa menggabungkannya, aku khawatir jika kita tidak bisa mengendalikannya musuh dapat memanfaatkan kita untuk menghancurkan alam semesta," jawab Hikari.
"Buset! Jauh amat pikiranmu kapten," Toki gak paham dengan pola pikir Hikari.
"Hei justru mulai sekarang kita harus memikirkan masa depan kita, kalau seandainya kita dibutuhkan kita bisa membantu orang-orang," ujar Mebius.
"Aku setuju sama maknae kita," Seth menganggukkan kepala.
"Nah maka dari itu, mulai besok kita harus melatih kekuatan kita," Hikari berkata.
"Setuju!" Semua menjawab dengan kompak.
"Tapi kita harus latihan diam-diam," kata Hikari.
"Kenapa?" Tanya Seth.
"Kita tidak mau semua orang tau kita memiliki kekuatan bukan? Kita memang latihan di sekolah tapi kita akan melanjutkannya disini," jawab Hikari.
"Iya juga sih," Toki memasang pose berpikir.
"Ya udah ikutin aja apa kata kapten," kata Mina.
"Aku ikut aja," celetuk Mebius.
.
Keesokan harinya...................
Mebius melatih kemampuan apinya dengan mencoba mengendalikan api pada lilin, Mina mencoba membuat air di ember bergerak, Seth melatih kekuatan listriknya dengan menggunakan tiang listrik (sampai satu planet mati lampu gara-gara korsleting listrik selama 3 hari), Toki mencoba membuat tanah bergetar dan Hikari fokus untuk mengendalikan cahaya. Mereka terus berlatih hingga berhasil. Tak lupa mereka juga berlatih menggunakan senjata seperti pedang, pisau, pistol, senjata laras panjang, belati, tongkat, nunchaku, sampai shuriken. Mereka juga latihan bertarung dan latihan fisik (mereka menggunakan standar latihan orang dewasa). Jadi bagi kalian yang mikir mereka anak biasa, kalian salah besar! Mereka adalah anak-anak super!
Mereka berlima terus berlatih hingga hari ke 14 (alias 2 minggu). Tak lupa mereka sering menyapa penggemar lewat akun resmi mereka (udah jadi artis dadakan).
"Kemajuan kita sangat pesat, tak kusangka kita bisa seperti ini," Mina tersenyum.
"Yah aku juga gak menduga kalau kita punya kekuatan dan mampu mengendalikannya secepat ini," Toki menyetujui perkataan Mina.
"Tapi biarpun begitu kita tetap terus mengasah kemampuan kita, dengan begitu kita akan semakin kuat," kata Seth.
"Aku setuju," Mebius mengangguk.
"Baiklah, jika hantu itu muncul lagi, kita akan melawannya atau memulangkannya ke alam baka," Hikari berkata.
Flashback off

"Oi jangan ngelamun ntar kerasukan Mike," Mina menyadarkan Seth.
"Iiiihhhhh jangan gitu aing takut," Seth cemberut.
"Jijik aku," timpal Toki disusul ketawa kecil dari Mebius.
"Udah ayo kita ikutin mereka," Hikari memimpin teman-temannya.
.
.
.
"My honey Seven mana?" Tanya Risa setelah mendobrak pintu hingga membangunkan Lucky dan Run, alhasil mereka pun terjatuh.
"Aduh ganggu orang tidur aja," Lucky memegang pinggangnya yang sakit.
"Woy! Aku nanti gepeng gara-gara kamu menindihku," tanpa sadar Run sedang menderita karena Lucky mendarat diatas tubuhnya.
Lucky langsung menghindar agar Run bisa bangun. Yuka tertawa melihat tingkah mereka.
"Tadi kamu tanyakan Seven?" Ultra Mother muncul.
"Iya dimana dia?" Tanya Risa lagi.
"Dia pergi membasmi hantu bersama yang lain," jawab Ultra Father.
"Kasihan nih Zero nangis terus pengen digendong sama papanya," Risa nampak kesulitan menangani Zero yang terus menangis.
"Sini biar aku yang gendong," Risa menyerahkan Zero pada Ultra Mother dan ajaibnya Zero langsung diam.
"Kok bisa diam?" Risa dan yang lain hanya cengo ngeliat Zero yang anteng di gendongan Ultra Mother.
"Mungkin dia hanya butuh seseorang untuk menemaninya sampai papanya kembali," jawab Ultra Mother.
"Ternyata Zero pintar juga ya," Run menatap ke Zero penuh gemas.
"Aku tak habis pikir dengan anakku ini," Risa menghela nafas.





Author up 2x hari ini!!!!!!
Karena kemarin author gak up, jadi sebagai gantinya author up 2x. Seneng gak????
Ikuti kelanjutannya😁😁😁😁😁

ULTRAMAN MEBIUS (Season 1): THE LITTLE BROTHERS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang