Surat Kedua

601 39 0
                                    

Assalamu'alaikum

Mohon maaf sudah lancang, bukan saya menggombal hanya saja saya ingin lebih berkenalan dengan sampean.

Jika rembulan saja tahu nama sampean, kenapa saya tidak mencoba bertanya meskipun caranya lebih menarik dari bintang yang bersinar bersma dengan terangnya rembulan.

Ijinkan saya mengenal sampean, hanya ingin berkenalan untuk saat ini.

Maafkan atas cara saya yang salah ini...

Syukron

Muh.Nur

*****

Aku sudah membaca surat balasan dari kang santri yang selalu dititipkan kang koperasi yang ternyata bernama kang Ali.

Aku yakin surat itu dibuat ketika malam hari. Cuma ingin menerka, bahasanya terlalu kentara, tapi yang aku pikirkan kali ini, kenapa bukan tentang malam dan hujan? Yang aku terima kemarin saja malam dan rembulan. Sepertinya kang ini suka rembulan, mungkin saja begitu.

****

Memang pagi ini aku tidak berangkat bekerja, itupun karena larangan budhe dan tidak lupa ning Firda yang sudah aku anggap seperti kakak sendiri.

Alhamdulillah Allah memberiku sakit di saat bos pemilik toko tempatku bekerja sudah pulang tadi pagi. Jadi ketika izin pun aku langsung diperbolehkan karena memang sedang sakit beneran kan?

Tentang kedua temanku, duo berisik yang selalu membela dan mengatakan jomblo akut tentang diriku ini. Sejak pagi mereka berdua sudah berdebat karena liburku yang memang terlalu mendadak ini.

Mutiara Cantik

Nur
Assalamu'alaikum, sobat kerjaque. Hari ini aku izin ndak berangkat dulu ya, selamat bekerja:-)

Laila
Wa'alaikumussalam. Hee kamu kabur ya ada bos?

Najma
Hoo jelas kabur!!!

Nur
Suudzan bae sih! Aku sakit, cinta

Najma
Dapat balasan kok malah sakit, cuma Nur seorang huhu

Nur
Ngaco, udah aku mau istirahat lah

Najma
Dih nesunan!

Laila
Ciee ada yang mau jadi nih, pacaran apa nikah?

****

Nur hanya membaca chat dari grub teman kerjanya itu. Ia masih merasa pusing, tapi tidak mungkin juga jika harus tetap berdiam di kamar, tapi Nur juga tidak yakin jika keluar pasti banyak santri, terlebih ini hari ahad jadi banyak santri yang libur sekolah, ia tidak ingin kembali melihat tatapan aneh santri yang mengira aneh-aneh tentangnya.


Setelah berpikir cukup lama, berakhirlah Nur keluar, bermaksud mencari mbak Fara, santri sekaligus khadamah yang waktu itu mengantarkannya berangkat kerja.

"Loh, Nduk kok ndak istirahat?" Nur menghentikan langkahnya dan berbalik memastikan siapa yang bersuara tadi.

"Eh Ning, Riza mau bantuin masak saja, Ning. Di kamar terus buat Riza semakin pusing jadi ndak sembuh-sembuh nanti, Ning," penjelasan Nur membuat ning Firda wanita yang bertanya ini tersenyum.

Salam RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang