Bahaya

569 50 2
                                    

"Jangan takut, ingatlah Allah akan selalu memberikan pertolongan pada hambaNya"

****

Saya sudah pamit pulang, waktu yang sudah saya rencanakan, pukul lima.

Saya sudah berada di bus, sepertinya bukan bus terakhir. Awalnya abah melarang saya menggunakan bus, tapi saya tetap ingin menggunakannya, saya tak mau merepotkan siapapun.

Berakhirlah saya disini, duduk dengan berdesakan karena maklum bus jurusan ke desa kang mas memang jarang. Sesekali saya melihat ke arah kiri di mana saya disuguhkan dengan pemandangan sawah yaang terkena hujan.


Iya sore ini hujan jadi menambah dingin dan sepi sekali jalan kali ini. Semoga tidak ada apa-apa, cuma itu doa saya.

Sampai di pertengahan sopir berhenti dan mengatakan bahwa bus yang saya tumpangi hanya sampai pertigaan saja. Dan itu berarti masih jauh jika menuju ke pesantren kang mas.

Saya bingung, di sini tidak ada lagi alat transportasi selain bus. Ojek pun sudah tidak ada karena sudah sore.

Jadilah saya putuskan untuk jalan kaki saja. Lagipula ini bisa buat saya jadi lebih sehat kan, ingat saya tidak mau merepotkan siapapun walaupun saya mengantongi nomer telepon kang Idris ataupun mbak yu dan kang mas. Sampai saat ini saya akan jalan dulu.

Setengah jam saya berjalan, ternyata masih jauh dan jalannya pun kanan kiri hutan ditambah gerimis jadi semakin membuat takut saya saja.

"Tolong...."

Saya berhenti karena sebuah teriakan, tapi tidak ada siapapun di sini. Saya mencoba kembali berjalan, suara wanita minta tolong itu semakin terdengar. Sampai saya melihat di depan saya ada seorang laki-laki dan perempuan. Sepertinya ada yang tidak beres.


Saya segera berlari menghampiri wanita yang minta tolong tadi.

"Tolong..." teriaknya dengan disertai tangisan.

"Bodoh, ndak akan ada orang di sini," bentak lawan bicara wanita itu, ternyata laki-laki.

Saya semakin mendekat dan menghampiri mereka, semoga tak terjadi apa-apa.

"Berhenti!" saya berteriak setelah laki-laki yang berada tepat di depan wanita itu ingin menyentuh pipi wanita yang sudah menangis bahkan sesenggukan itu.

"Siapa kamu?" bentaknya.

"Bukan urusan sampean siapa saya," laki-laki itu semakin menggeram. Saya tidak takut, yang saya takutkan justru terjadi apa-apa dengan wanita itu.

"Beraninya kamu campuri urusanku!" bentaknya lagi hingga membuat wanita di depan saya jatuh dan ternyata pingsan.

Saya diam membeku melihat wanita yang ternyata itu adalah gadis bergamis, tapi apa yang dia lakukan di sini?

"Maaf bukan saya mencampuri urusan sampean, tapi ndak baik sampean membentak perempuan seperti itu," saya melihat wajahnya menahan marah.

Hingga akhirnya laki-laki di depan saya menyerang saya.

Ya saya berkelahi dengan laki-laki yang entah apa maunya, untung saja saya bisa sedikit bela diri dan bisa mengalahkannya.

Salam RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang