"Terimakasih Tuhan sudah memberikan begitu banyak kebahagiaan, termasuk mempertemukan ku dengan orang-orang berhati tulus"
****
"Arghhhh..." Suara erengan Nur yang sepertinya sudah sadar dengan beberapa kali mengerjap kan mata untuk menyesuaikan sinar lampu di kamar yang ia tempati saat ini.
"Nduk, sudah bangun?" tanya ning Firda memastikan.
Nur mengangguk dan berusaha tersenyum. Dilihatnya orang-orang disekitarnya. Masih banyak yang perduli dengan Nur ternyata.
"Sudah Ning. Maaf, Riza selalu merepotkan," kata yang keluar dari Nur terasa sendu dan parau.
Semua terlihat khawatir akan keadaan Nur, tapi yang dikhawatirkan justru merasa dirinya selalu menyusahkan.
"Sudah-sudah, ndak usah dipikirkan dulu, yang penting sampean sehat dulu. Saya ndak merasa direpotkan apapun, nduk." Nur kembali tersenyum dan menatap satu persatu orang yang ada di kamar yang sepertinya baru juga buat Nur.
"Maturnuwun Ning, Mbak Fara sama Mbak Tita dan..." Nur menggantungkan bicaranya dan menatap seorang anak laki-laki kecil didepan ning Firda. Nur tifak tahu dia siapa.
"Lafa, Mbak Liza," jelas Rafa dengan bahasa cadelnya.
"Rafa Nduk, anak saya." Nur kembali mengangguk dan menggenggam tangan Rafa.
"Maturnuwun, Gus." Rafa mengangguk begitu juga dengan ning Firda.
****
Aku sudah sadar, sudah juga bertemu dengan gus Rafa yang ternyata lucu karena suara cadelnya.
Mbak Fara dan mbak Tita pun masih setia menemaniku di kamar yang aku saja tidak tahu ini kamar siapa.
Dan jangan lupa dengan keceriaan gus Rafa yang ternyata sangat aktif dari awal mungkin setengah jam yang lalu aku kenal.
"Mbak Liza cepat sembuh ya, Lafa pengen main baleng." Aku terkekeh dengan ucapan gus Rafa, sepertinya sangat senang jika ada orang baru dan yang jelas tidak pemalu.
"Aamiin, doakan ya, Gus. Mbak Riza juga pengen main bareng sama Gus Rafa," kataku yang juga mendapat kekehan dari ning Firda dan kedua kakak baruku.
"Iya Mbak. Nanti Lafa ajak Mbak Riza ketemu sama Om Aziz," aku tak paham dengan yang diucapkan gus Rafa kali ini.
"Hus ngawur, Rafa kenapa mau nemuin Om Aziz sama Mbak Riza?" Pertanyaan itu dari ning Firda. Aku hanya diam, tidak paham apa yang dibahas beliau berdua.
"Om Aziz minta dikenalin sama Mbak Liza, Mi," aku tersentak kaget, apa maksudnya berkenalan? Ini tak sungguhan kan?
"Besok bilang sama Om Aziz, kalau mau kenalan suruh ke rumah Mbak Riza saja ya, temuin orang tua Mbak Riza." Aku menatap ning Firda tidak percaya, maksudnya apalagi?
"Lafa, halus bilang itu, Mi?" Ning Firda mengangguk.
Sejenak suasana menjadi hening, akupun hanya diam memikirkan apa yang dikatakan ning Firda tadi.
Ada rasa aneh ketika menyebutkan nama Aziz, apa itu gus Axix adik dari ning Firda? Tapi kenapa meminta berkenalan denganku? Sudahlah Nur tidak usah dipikirkan.
Sampai lamunanku buyar karena ning Firda dan gus Rafa pamit karena sudah malam dan rengekan gus Rafa yang meminta tidur.
"Istirahat, jangan pikirkan apa pun. Kalau bisa besok izin ndak usah kerja dulu. Saya sama Rafa pamit dulu, assalamu'alaikum," pamit ning Firda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Rindu
Genel Kurgu"Jika boleh di ibaratkan senyuman itu bak bulan sabit. Lengkungannya semakin memancarkan keindahan. Jika diperkenankan Tuhan rembulan itu akan selalu terngiang kapanpun Jika diibaratkan mentari, sudah sangat menghangatkan meski dari jauh. Maafkan sa...