"Takdir memang sulit sekali ditebak"
****
Seperti apa janji Nur yang akan mengantarkan Najma pulang.
Tuhan sore telah datang dengan rinai gerimis syahdu yang membuat rindu beberapa orang yang memang menyukai hujan. Ketiga gadis ini sudah bersiap pulang, deretan ruko tempat mereka bekerja sudah sepi hanya ada beberapa ruko saja yang memang buka sampai pukul enam sore.
"Nur hujan, ndak usah di anterin ndak pa-pa kasihan kamu," jelas Najma
"Ndak pa-pa kan aku bawa mantel betmen yang siap melindungi mu dari terpaan mantan dan tikungan teman," candaan Nur. Kedua sahabatnya tertawa, memang beginilah Nur sulit sekali ditebak.
"Jangan bilang yang menikung kamu," Najma dan Laila tertawa, sedang Nur sudah memicingkan netranya tak terima.
"Na'udzubillah,"
Suasana kembali hening sebelum sampai parkiran motor mereka. Memang antara toko dan tempat parkir lumayan jauh, harus menyebrang dulu agar bisa sampai tempat parkir. Bisa dibilang jika hujan seperti ini membuat tempat parkir serasa lebih jauh.
"Mau isi bensin ndak?" tanya Najma disela ia menunggu Nur yang masih menghidupkan motor maticnya.
"Boleh, tapi aku takut buka puasa di jalan nanti gimana?" Benar, Nur lupa hari ini hari kamis hari di mana ia selalu menjalankan Sunnah nya.
"Mampir koperasi aja, beli air putih sama biskuit buat ganjal," saran Najma, Nur tampak berpikir, haruskah? Ia takut hal yang tak diinginkan terjadi.
"Hooh, Mbak kali aja dapet rezeki lihat yang bening kan bisa buat batalin puasa," timpal Laila seenak jidat.
"Ngaco!" ketiganya tergelak termasuk Nur pun tertawa, Laila ada-ada saja.
*****
Nur dan Najma siap menerjang derasnya rintik hujan sore ini, banyak hal yang berkecamuk dalam benak Nur. Haruskah ia kembali menginjakkan kaki di koperasi pesantren?
"Nur, aku saranin sekalian beli bensin, daripada besok kan mending sekarang sekali jalan," saran Laila lagi. Nur masih diam walaupun ada benarnya apa yang dikatakan Laila.
"Ya udah deh beli aja, tapi nanti beliin air putih ya buat batalin puasa," pinta Nur.
"Oke cinca, apa sih yang enggak buat kamu," satu kata yang ingin Nur lontarkan untuk Najma "Lebay"
Keduanya kembali tertawa dengan menghiraukan gerimis kecil yang membawa kenangan.
Kenapa wajah kang sorban selalu terbayang? Nur ingat zina.
****
Saya masih di koperasi, hujan memaksakan saya tetap berdiam di sini. Tidak ada yang berubah, jalan tetap ramai dan santri tidak ada yang berkeliaran. Inilah satu kenyamanan untuk saya, meskipun dingin. Namun, tetap saja membuat saya tenang di tempat ini.
Sore ini saya tidak sengaja mampir ke koperasi asuhan kang Ali. Tidak ada yang berbeda. Namun, sudah kembali banyak jajanan bahkan dagangan yang disuguhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Rindu
General Fiction"Jika boleh di ibaratkan senyuman itu bak bulan sabit. Lengkungannya semakin memancarkan keindahan. Jika diperkenankan Tuhan rembulan itu akan selalu terngiang kapanpun Jika diibaratkan mentari, sudah sangat menghangatkan meski dari jauh. Maafkan sa...