Alhamdulillah sinyal mendukung hehe
Jadi langsung double yaSelamat membaca cerita gus Arif dan Nur, jangan lupa klik bintang dan komentarnya ditunggu yaa
Dah gausah lama-lama
Happy Reading❤️❤️
"Tak tahu saja jika sebuah pertemuan sudah terencana dengan sebaik mungkin. Namun jika takdir mengatakan belum saatnya. Meski raga dekat tapi sebuah pertemuan tak akan terjadi"
***
Pagi ini saya masih bersama dengan Rafa, ponakan kecil saya yang sudah merengek meminta pulang padahal belum dijemput oleh kedua orang tuanya.
Saya bingung, harus mengantar atau menunggu mbak Firda dan gus Adnan datang menjemput putra bawelnya ini.
"Om mau pulang, Abi sama Umi ndak jemput Lafa," sedari tadi rengekannya tetap sama. Mengatakan bahwa mbak yu dan kang mas tidak menjemputnya.
"Rafa sama Om dulu, ya. Habis ini Om telepon Umi deh." Saya lupa, kenapa tidak menelepon saja daripada dari tadi saya bingung harus menghadapi dengan cara apalagi.
Umi dan abah sudah tindak pagi-pagi sekali, katanya mau menghadiri undangan pernikahan tetangga sebelah.
Tidak mungkin Rafa di ajak, karena setahu saya biasanya kedua orang tuanya pasti akan menjemput Rafa pagi-pagi. Tidak seperti hari ini.
"Assalamu'alaikum mbak" telepon sudah tersambung dengan mbak Firda, tapi kenapa ramai sekali.
"Wa'alaikumussalam, Dek. Kalau Rafa nangis minta pulang tolong anterin, ya. Mbak sama Mas Adnan lagi cari Riza. Dia tiba-tiba menghilang. Maaf ya, Dek." Saya terdiam, lagi-lagi yang disebutkan Riza, tapi siapa gadis itu sebenarnya? Kenapa perasaan saya juga tidak enak seperti ini.
"Iya Mbak, Aziz antarkan Rafa,"
"Terima kasih, ya Dek, Assalamu'alaikum" saya mengangguk.
"Wa...." Sambungan telepon sudah terputus sebelum saya menjawab salam dari mbak Firda.
Gadis itu merepotkan saja. Sudah tamu, ada acara sakit sekarang tambah lagi acara menghilang. Kan saya juga yang kena.
"Astagfirullah, Ziz. Bantu orang ndak boleh misuh-misuh dulu baru bantu," saya bermonolog sendiri, semoga saja apa yang saya lakukan ini memang berdasarkan lilahita'ala.
Saya mengajak Rafa pulang. Masih menggunakan mobil milik abah, karena motor saya sedang digunakan abah untuk ke acara kondangan bersama umi tadi.
Suasana masih hening, sepertinya Rafa masih marah karena kedua orang tuanya tidak menjemputnya.
Sampai setengah perjalanan ternyata Rafa tertidur di jok sebelah saya. Sepertinya kemarahannya membawanya pada kantuk hingga tertidur sepulas ini.
Saya mengemudikan mobil dengan setenang mungkin. Pikiran saya kembali melayang pada gadis bergamis yang saya pun tidak tahu akan membalas surat saya atau bahkan tidak dihiraukannya sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Rindu
Ficción General"Jika boleh di ibaratkan senyuman itu bak bulan sabit. Lengkungannya semakin memancarkan keindahan. Jika diperkenankan Tuhan rembulan itu akan selalu terngiang kapanpun Jika diibaratkan mentari, sudah sangat menghangatkan meski dari jauh. Maafkan sa...