Haruskah bahagia?

643 86 17
                                    

Assalamu'alaikum

Yang minta dilanjut mana suaranya hehe

Alhamdulillah saya lanjutkan, jangan lupa tinggalkan jejak ya. Entah vote entah komentar tuh buat saya semangat, apalagi beberapa hari ini bener-bener ngurusin kerjaan yang sedang Subahanallah banget. Maaf-maaf jadi curhat hehe

Selamat membaca📖 jangan lupa baca basmallah dulu....

******

Bismillahirahmanirahim❤️

"Tak ada yang tahu bagaimana takdir bahkan rencana Tuhan yang semua memang membahagiakan"

****

Hari dimana Nur akan merubah statusnya menjadi seorang istri. Bukankah ini masih seperti mimpi?

Nur sudah di rias dengan make up bahkan baju pengantin yang melekat, meski ia sendiri tak yakin akan secepat ini. Meski Nur sendiri tak yakin akan bahagia setelah ini.

Tapi melihat kedua orang tuanya bahkan kerabatnya sangat kentara akan bahagia hingga mereka begitu antusias membuat seulas senyum terbit di bibir ranum seorang Nur yang terbilang judes.

"MasyaAllah cantiknya, mana senyum-senyum sendiri pula." Nur terkikik melihat pantulan kedua sahabat kerjanya yang tiba-tiba masuk kamarnya. Mereka selalu saja begitu.

"Kalian, kapan datang?" tanya Nur membalikkan badan, ingin rasanya Nur memeluk kedua sahabatnya ini.

"Udah dari tadi jam enam pagi, tapi bantuin Ibu beresin ruangan buat ijab nanti," jelas Najma.

"Duh mau ijab, mau jadi istri tapi aku yang deg-degan, Mbak. Doain aku sama Najma besok nyusul, ya!" Nur terkekeh, sahabatnya yang satu ini mengingatkan akan dirinya yang sebentar lagi akan berubah status jadi istri.

"Aamiin, semoga disegerakan ya!" Laila dan Najma mengangguk.

Hingga mereka memutuskan untuk menemani Nur sampai pintu akan diketuk kedua orang tua Nur yang akan menjemputnya menuju memberikannya pada suaminya nanti.

Terkesan terlalu terburu-buru, Nur bahkan tak menyangka beberapa menit lagi ia akan berubah status, semoga rumah tangganya akan berkah dan berlimpah kebahagiaan serta banyak cinta yang tumbuh diantara Nur dan Suaminya nanti.

"Mbak calonmu siapa sih?" tanya Laila

"Ndak tahu aku Lail, lihat saja nanti," pasrah Nur. Ia juga tak tahu siapa calonnya sebenarnya.

"Seriusan belum pernah ketemu?" Nur mengangguk. Memang kenyataanya begitu kan?

"Kalau jelek bagaimana, Mbak?" Sepertinya Laila sedang menggoda calon pengantin ini.

"Lai, jangan ditakut-takutin nanti kabur payah," ejek Najma

"Ya, ndak masalah asal tahu agama. Duh aku ndak senekat itu," singkat Nur dengan kekehannya.

****

Saya sudah siap dengan setelan jas tak lupa celana dan kopiah serta bunga yang dikalungkan umi sebelum saya berangkat menuju tempat mempelai wanita.

Salam RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang