Assalamu'alaikum
Ada yang menunggu? Hehe
Mohon maaf atas keterlambatannya yaa, beberapa hari memang jarang buka dunia orange gegara paketan sekarat huhu lagi sakit gigi juga makanya nggak terlalu sama hp.
Semoga suka sama part ini ya, insyaAllah saya akan double up InsyaAllah.
Langsung saja
Happy Reading📖
"Sebuah kisah masa lalu yang sudah terlupakan namun kembali datang dengan berbagai alasan"
****
Satu minggu setelah menerima kabar dari kang Ali, saya akan segera pulang hari ini. Alhamdulillah hari ahad membuat saya bisa pulang karena kegiatan libur hari ini.
Tepat pukul sembilan pagi saya sudah siap pulang dengan diantar kang Idris, abdi dalem kepercayaan kang mas. Saya tidak keberatan sama sekali.
"Mas, Mbak. Aziz pamit pulang dulu ya, nanti InsyaAllah Aziz pulangnya pakai bis saja, Mas dan Mbak ndak usah repot-repot," jelas saya menjelaskan kepulangan saya nanti.
Saya tidak ingin merepotkan kang mas dan mbak yu yang sudah banyak membantu saya.
"Sampean serius, Dek? Ndak pa-pa, nanti biar Kang Idris yang jemput sampean," saya menggeleng dengan usulan mbak Firda. Keputusan saya kali ini sudah bulat.
"Ndak usah Mbak, Aziz pakai bis saja," mbak Firda nampak menghela napas, saya tahu mbak Firda khawatir tapi percayalah saya bisa jaga diri.
"Begini saja, Mas kasih nomor Kang Idris ya, Gus. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saja," usulan kang mas buat saya mengangguk, semoga saja saya bisa pulang tanpa merepotkan siapa pun.
"Maturnuwun, Mas," kang mas mengangguk dan tersenyum dengan menepuk pundak saya.
"Aziz pamit dulu Mbak, Mas. Assalamu'alaikum," saya pamit dengan menyalami kedua orang yang saya sayangi ini.
"Iya hati-hati, wa'alaikumussalam," saya mengangguk dan bergegas keluar karena sudah di tunggu oleh kang Idris.
****
Hari ini cuacanya sangat mendukung, cerah dengan tidak terlalu panas. Terlebih hari libur jadi tambah ramai.
Nur sedari tadi sudah sibuk dengan melayani pelanggan, sesekali ia bersenda gurau bersama dengan kedua temannya. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan untuk mereka bertiga.
"Capek tahu ges," keluh Najma dengan sedikit menyeka dahinya yang berkeringat karena panas.
"Banget woy, asli ini mah keteteran banget," tambah Laika yang diangguki oleh Nur dan Najma.
"Ya Alhamdulillah rame, jadi bos kan ndak banyak tanya," mereka bertiga terkekeh tidak terkecuali Nur pun terkekeh karena ucapannya sendiri.
Mereka sedang asik duduk dan sesekali saling lempar candaan untuk mencairkan suasana dan menghilangkan rasa lelah.
"Permisi," mereka bertiga segera menoleh, ada seorang laki-laki yang datang.
"Monggo Mas, ngersaaken nopo?" tanya Laila ramah, beda dengan Nur yang sudah tidak enak hati.
Seseorang yang datang kali ini adalah seseorang yang sudah mematahkan hatinya, bahkan ia tega meninggalkan disaat ia terpuruk kala itu.
Seseorang yang dulu Nur banggakan karena Nur berharap bisa selalu bersamanya dan saling menjaga satu sama lain sebelum semuanya menjadi sebuah kenyataan pahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Rindu
General Fiction"Jika boleh di ibaratkan senyuman itu bak bulan sabit. Lengkungannya semakin memancarkan keindahan. Jika diperkenankan Tuhan rembulan itu akan selalu terngiang kapanpun Jika diibaratkan mentari, sudah sangat menghangatkan meski dari jauh. Maafkan sa...