8. Gengsi

4K 362 36
                                    

"Lo?!" Alisha membulatkan matanya kala sosok Ali yang berada dalam mobil.

"Masuk!" titah Ali dengan nada dingin.

"Ogah! Gak mau gue naik ufo punya lo itu!" tolak Alisha tegas.

Tak lama dari jawaban itu, kaca mobil pintu belakang terbuka. "Sha?" Alisha menoleh, mata kembali membola.

"Kakak?" Syabil tersenyum ke arah adik keras kepalanya itu.

"Ayo masuk, kita pulang bareng," ucap Syabil.

Rahang Alisha terasa jatuh. Bagaimana bisa sang kakak berada pada satu ufo dengan Alien dingin itu?
Ralat, maksudnya mobil.

"Kenapa lo bisa sama Alien ini ka?" tanya Alisha dengan masih menatap tidak percaya. Syabil kembali tersenyum.

"Masuk dulu, nanti kakak jawab." Syabil membuka pintu mobil dan menyuruh Alisha untuk masuk. Dengan sangat terpaksa dan raut wajah masam, Alisa memasuki mobil Ali dan duduk di kursi belakang bersama sang kakak.

Ali menginjak pedal gas dan kembali melajukan kuda besinya dengan kecepatan normal.

"Kenapa jalan kaki?" tanya Syabil pada Alisha yang sibuk menatap layar gawainya.

"Badmood, " jawab Alisha singkat.

"Karena apa?"

"Kepo lo kaya Dora!" jawab Alisha ketus. Syabil tahu sifat adiknya yang memang seperti itu, lantas ia mengeluarkan sesuatu dari tas selempangnya.

"Ni!" Syabil menyodorkan cokelat batangan pada Alisha. Alisha meliriknya, dia tak menjawab namun tangan kananya terulur untuk mengambil cokelat yang ada di tangan Syabil.

Sudut bibir Syabil berkedut, menahan tawa. Adiknya ini benar-benar memiliki gengsi yang cukup tinggi.

"Lo kenapa sama Alien?" tanya Alisha sambil membuka bungkus cokelat berwarna ungu itu.

"Habis ada rapat di kantornya mas Ali," jawab Syabil dengan di akhiri senyum.

"Hoi?" Alisha mengangkat ke dua bahunya dan duduk dengan tegap menatap sang kakak.  "Mas?" Alisha membeo dengan dahi mengerut. Ali melirik kakak beradik itu dari spion depan.

"Iya, kenapa?"

"Lo sama Alien ada hubungan apa?"

"Rekan kerja," jawab Ali. Alisha langsung menoleh ke arah kursi kemudi.

"Kaya kabel listrik aja lo, main nyaut-nyaut!" bentak Alisha.

"Sha, yang sopan dong," imbuh Syabil. Alisha memicingkan matanya.

"Kita rekan kerja, kalau di kantor ya formal, tapi kalau di luar kantor biasa Sha." Syabil menatap Alisha yang menggigit ujung batang cokelat itu dengan lahap.

"Kakak ingatkan sama kamu ya Sha. Kalau panggil orang yang lebih tua dari kamu, itu yang sopan."

"Gue panggil dia sopan kok."

"Alien, kamu pikir sopan?"

"Gue panggil dia itu Om! Puas?!" Alisha menatap tajam sang kakak. Syabil menghela napas pelan.

"Mas Ali belum setua itu sha."

"Bodo amat!" jawab Alisha santai. Sedangkan Ali, dia menggelangkan kepalanya pelan.

Setelah sampai di depan rumah keluarga Sultan. Syabil dan Alisha turun dari mobil Ali, tak lupa. Syabil berterim kasih pada Ali karena telah mengantar dia dan adiknya pulang, namun Alisha enggan untuk berterima kasih, dia langsung membuka gerbang rumahnya dan masuk.

Dear Jodoh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang