38. Harusnya Bahagia

3.6K 443 115
                                    

Kamu boleh mengingat masa lalu, tapi hanya untuk pembelajaran. Bukan untuk di selami kembali, dan cobalah untuk melihat ke depan, karena ada masa depan yang sedang menantimu dengan senyum di sana.

• Naufalyn Alisha Rabbani •






Setelah acara pernikahan Syabil, kemarin lusa. Semua anggota keluarga Sultan tampak lelah. Mereka juga langsung mengurus untuk pernikahan Alisha yang diadakan beberapa hari lagi.

Seperti pagi ini, hari minggu yang lumayan sepi di kediaman keluarga Sultan. Hanya ada suara tawa dari Syabil dan Aldi yang tengah menikmati camilan di siang hari.

Mereka belum berangkat bulan madu saat ini, karena masih lelah akibat pesta resepsi kemarin lusa.

"Enak kan es kopi bikinan Abil?" tanya Syabil dengan senyum yang merekah.

"Pakai banget malah, dan tambah seger karena minumnya di temani istriku yang cantiknya masya allah..." Alvaro mencium pipi kanan Syabil dengan lembut.

"Astagfirullah! Mata dedek!" Alisha langsung menutup matanya dengan ke dua tangan.

Syabil dan Alvaro langsung menoleh ke pintu dapur, detik berikutnya mereka menertawai Alisha.

Alisha menurunkan ke dua tangannya yang menutup mata. "Pacaran aja terus! Hargai yang masih sendiri dong!" ucap Alisha sambil berjalan mendekati Syabil dan Alvaro.

"Kamu juga bentar lagi mau nikah, jadi gak usah iri. Semua akan ada masanya sendiri," jawab Syabil.

"Iyain aja dah!" Alisha mencomot piscok cokelat buatan Syabil yang ada di hadapan Alvaro.

Plak!

"Aduh! Buset!" Alisha mengelus punggung tangannya yang di tabok oleh Syabil.

"Itu punya mas Al! Kamu ambil yang di dalam kulkas aja! Udah kakak siapin!" balas Syabil. Sedangkan Alvaro hanya tertawa melihat Syabil yang ternyata bisa galak.

"Gak ada namanya Bang Alvaro! Jadi yang ada di meja makan ini punya orang yang tinggal di sini dong," jawab Alisha.

"Gak! Beda! Ini punya Mas Al." Syabil menggeser piring berwarna biru muda berisi piscok itu, agar lebih dekat dengan Alvaro.

"Gak apa-apa dek, lagian Mas juga udah kenyang. Biarin Alisha yang habisin," ucap Alvaro dengan lembut. Syabil membuka mulutnya untuk kembali bersuara, namun...

"Bang Alvaro emang the bets deh! Kaga pelit. Abang idaman gue deh! Makasih bang, makasih." Alisha langsung menarik piring tersebut, sedangkan Syabil hanya mengerucutkan bibirnya.

"Sama-sama Sha." Alvaro tersenyum kala melihat Alisha yang langsung menyantap camilannya. Dia tahu, pasti adik iparnya itu kelaparan karena jika di lihat dari kemarin Alisha selalu makan sedikit.

"Kalau Abang perhatikan, dari kemarin kamu makan sedikit ya Sha? Kenapa?"

"Iya benar Mas, Alisha dari kemarin makan cuma dikit, diet ya gara-gara mau nikah?"

Alisha mengangkat satu alisnya. "Enggak!" dia menelan makanan yang ada di dalam mulutnya sebelum menjawab, "Buat apa diet. Badan udah pas begini kok, lagian ni ya diet itu hanya menyiksa aja. Lagian kalau meninggal yang di tanya bukan berapa berat badanmu? Kenapa kamu gendut? Kenapa kamu kurus? Enggak kan? Jadi nikmatin aja rezeki berupa makanan yang Allah kasih."

Syabil dan Alvaro sama-sama tersenyum dengan jawaban Alisha.

"Terus alasan kamu makan sedikit kenapa?" tanya Syabil. Alisha terdiam sejenak.

"Ada masalah sama calon suami kamu?" tanya Aldi.

"Gue gak tahu sih ini masalah atau bukan, cuma..." Alisha menggantungkan kalimatnya.

"Cuma apa?" tanya Syabil penasaran.

"Gue sama Om Ali belum ketemu dan gak ada obrolan lagi tentang hari pernikahan nanti," jawab Alisha jujur.


Syabil dan Alvaro saling melirik, mereka juga paham situasi saat akan menikah. Pasti ada saja masalah yang di ributkan, namanya juga godaan calon pengantin.

"Tapi semua keperluan pernikahannya udah beres kan ya?" tanya Syabil. Alisha mengangguk.

"Ini godaan calon pengantin Sha, pasti ada aja cobaannya kalau mau halal. Semoga kamu dan Ali bisa lewatin ini sampai hari H ya," sambung Alvaro.

"Aamiin, makasih bang," jawab Alisha.

"Sama-sama."

🍃🍃🍃


Alisha berdiri di depan pintu gerbang rumahnya sambil menatap ke rumah Ali. Dia penasaran, kenapa Ali tidak pernah terlihat meski seditik pun.

Bahkan di masjid jug dia tidak melihat.

"Dia gak kabur kan?" ucap Alisha seorang diri.

Bagaimana pun juga, Alisha punya rasa cemas saat dia tak kunjung melihat Ali. Laki-laki itu mendadak seperti di telan bumi saja.

Tidak ada kabar dan tidak pernah menampakan batang hidungnya.

"Cari saya ya?"

"Astagfirullah!" Teriak Alisha karena begitu terkejut saat tiba-tiba suara yang dia rindukan muncul.

"Ngapain lo di sini?" tanya Alisha ketus. Ali tersenyum.

Ali memperlihatkan kantung belanjaannya. "Habis dari mini market, kamu dari tadi lihatin rumah saya terus, mau maling?"

"Buset! Itu mulut kalau ngomong sembarangan! Mana ada anak Sultan maling!" balas Alisha.

"Terus kenapa ? Kangen sama saya gara-gara gak ketemu selama tiga hari ya?"

"Idih! Sampai kunyang punya badan pun, gue gak bakal kangen sama elo!" elak Alisha.

Ali tertawa kecil. "Gengsimu tinggi sekali, tapi gak apa-apa. Kan sebentar lagi saya yang akan kamu lihat dari bangun tidur sampai tidur lagi," jawab Ali.

Tiba-tiba saja detak jantung Alisha berpacu dengan cepat. "Elah! Ngapain bahas itu sih! Gue cuma penasaran aja sebenarnya, kenapa lo gak kelihatan selama beberapa hari ini. Lo juga gak datang pas pernikahannya Ka Syabil, kenapa?"

"Saya sakit, jadi gak datang."

Alisha membulatkan matanya. "Sakit apa? Kok lo gak ngabarin gue? Gue kan calon istri lo. Terus lo udah periksa? Udah sembuh?" Alisha menyerang Ali dengan sederet pertanyaan. Ali terdiam sejenak dan hanya menatap Alisha.

"Eh! Jawab dong! Kenapa malah diam aja! Om Ali!"

"Bagaimana kalau kita batalkan pernikahan ini?"

"Apa?"




























-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Jangan lupa vote and koment 💞

Mohon dukungannya semua 🙏

Dear Jodoh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang