34. Dia

3.9K 461 139
                                    

Belajar meminta dia pada Dia, ternyata butuh kesabaran yang luar biasa, namun Dia akan memberikan imbalan yang setimpal dengan perjuanganmu.

• Naufalyn Alisha Rabbani •












Alisha berjalan seorang diti menuju rumahnya, dia baru saja kabur dari pelatihan untuk perkemahan di sekolahnya. Dari kejauhan, dia melihat seorang wanita yang hendak terjun ke dasar sungai, lantas dia mendekat.

"Kalau gue sih, gak bakal berani loncat." Wanita itu  menoleh ke arah Alisha

Dia menatap Alisha dengan intens dan pandangan terakhirnya, jatuh pada   tangan yang  menenteng satu kresek putih berlogo mini market.

Ke dua netra Alisha ikut menatap ke bawah jembatan. Wanita itu masih menatap Alisha dengan derai air mata.

"Mau loncat? Kemarin sih, ada kecelakaan di sini, eh bukan kemarin sih, hampir satu bulan. Hahaha udah agak lama tapi gue bilangnya kemarin." Wanita itu masih menatap Alisha.  Sebenarnya Alisha sedikit takut jika memang wanita yang ada di hadapannya ini akan mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

"Kenapa ka? Mau kenalan sama gue?" Alisha  melangkah mendekati wanita itu.

"Gue gak mau jabat tangan lo. Percuma, nanti lo gak nerima uluran tangan gue, lo kan korban ambyar... Cendol dawet... Kata teman-teman gue yang suka liat konser salah satu musisi Indonesia itu." celoteh Alisha.

"Kamu siapa?" tanya wanita itu lirih.

"Gue?" jeda sekian detik. "Anak Sultan." Lanjutnya dengan di akhiri senyum.

"Nama gue, Alisha, panggil aja belakangnya, Sha! Jadi lo ingat huruf hijaiyah, meski harusnya tsa! Sih, cuma mirip lah."

"Gue yakin, lo ke sini karena galau, ambyar lah istilah sekarang. Kenapa? Di putusin suami?" Wanita itu langsung menatap Alisha.

"Hahaha, horor banget tatapan lo, ka," ucap Alisha.

"Eh ucapan gue bener apa salah? Lo kelihatan wanita baik-baik, shalehah. Gak mungkin pacaran, pasti udah nikah. Menurut gue sih. Suami lo eh atau pacar lo itu ninggalin lo?" Alisha mendapat tatapan yang kembali menghunjam hatinya.

"Sorry....sorry..." Alisha mengangkat ke dua tangannya sambil menggerakkan ke kanan dan ke kiri.

"Bukan itu maksud gue," lanjutnya.

"Gue gak bermaksud buat ikut campur, tapi kayaknya lo butuh istirahah deh, lo butuh waktu buat jernihin otak lo yang terlalu sibuk memikirkan hal yang bisa membuat lo stres. I was right, no need to stare like that, ka.  Jantung gue jadi degdegan lihat tatapan lo, serem."
Asma menghela napas.

"Ya udah, nih ada makanan buat lo. if you want to cry, you need energy. So breakfast first, there is bread and milk." Alisha menyodorkan kresek putih berisi roti dan susu itu pada wanita yang ada di hadapannya ini.

Wanita itu tak kunjuny menerimanya, tangan Alisha masih mengapung di udara.

"I won't poison you. Ini aman, gak ada sianida, arsenik, Digoxin, dan yang lainnya, gak ada. Gue gak beli soalnya. Hehe." Alisha  menarik tangan wanita itu  dan memaksa untuk menerimanya.

Dear Jodoh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang