"Raja Hinnan memang seksi!"
Bisik-bisik para tamu wanita mengomentari tegap sosok Ardeth yang melangkah sedikit pongah membelah kerumunan undangan acara perkenalan putra mahkota Eyn yang kedua. Entah mengapa kehadiran lelaki itu tiba-tiba menyedot perhatian hampir semua orang, terutama kaum hawa. Penampilannya biasa saja, mengenakan busana raja yang terlihat cukup resmi, namun senyumnya ....
Seolah mengisyaratkan bahwa senyum itu hanya ditujukan pada Eyn Mayra, meski Ardeth terus waspada. Carlo Dante takkan segan menghajarnya di muka umum apabila sengaja menarik perhatian sang ratu. Adegan itu jelas menyisakan aib, sesuatu yang belum siap ia tanggung ketika rencananya baru saja berjalan.
"Senang melihat Anda ... ," sengaja berniat mengecoh Dante dengan mengalihkan pandangan ke arah Eyn Mayra, "Ratu." Menghela napas sejenak lalu lanjutnya, "Cukup lama tak berjumpa, tiba-tiba muncul pangeran kecil yang luar biasa tampan. Hm, siapa namanya?" Telunjuk Ardeth berusaha menyingkap wajah bayi yang sedikit tertutup selimut dalam gendongan ibunya.
"Berani kau sentuh anakku, kujamin kakimu terseok pulang ke negerimu!" ancam Eyn Mayra seraya berdesis, menjauhkan Covar dari sentuhan sang raja Hinnan.
"Oohh, Anda lihat itu?" Ekspresi wajahnya pura-pura menyayangkan sikap Eyn Mayra. "Ratu tidak pernah menyambut baik niat tulus saya."
Dante hanya tersenyum. "Menyambut seseorang yang terus berniat membunuh suaminya? Menurutku sikap ratu sangat sopan terhadapmu, Ardeth. Jika bukan karena acara ini disaksikan rakyat, Eyn Mayra sudah melakukan kehendaknya bila kau belum juga sadar diri. Aku juga akan melakukan hal yang sama."
Ketakutan mencekam batin Ardeth tatkala sorot mata Dante berubah perak, tanda kekuatan Zeal tak segan membabat dirinya jika tetap nekat menyentuh keluarga Dante. Kakinya refleks mundur.
"Kau paham sekarang?" tanya raja Eyn itu sembari kembali tersenyum, matanya pun normal.
"Tidak perlu buru-buru, Yang Mulia. Tenang saja, selama kau memiliki Eyn Mayra di sisimu, kau dan kerajaanmu aman ... untuk sementara, hahahaa!" Seringai Ardeth mengiringi derai tawa halus yang tidak menimbulkan kecurigaan tamu lain.
Kecuali Taja. Sepasang matanya nanar menahan bara di hatinya, terus mengamati raja Hinnan yang mulai bergerak menjauhi sang ratu. Kaki tangan Al Hadiid itu mendekati dua junjungannya.
"Tiada seorang pun yang menyalahkan jika kita mengusirnya sekarang," geram Taja, memastikan Eyn Mayra baik-baik saja.
"Dan membiarkan permainan menjadi membosankan? Ardeth sudah punya rencana. Yang harus kita lakukan adalah membiarkannya merasa menang." cegah Dante, sebelum Taja benar-benar nekat.
"Tapi, sampai kapan? Semua rencana raja Hinnan sangat berbahaya."
"Tugasmu melindungi ratu dan pangeran saat aku tidak ada. Itu saja. Selebihnya bagianku. Bagaimana Ramshad?" Dante menanyakan kabar pengawal istana Eyn Mayra itu. Sejak ditugaskan di Zufras, Ramshad lebih suka menyamar dan menghalau bibit musuh secara diam-diam.
Taja mengangkat bahu. Membenci nihilnya informasi, namun apa daya, Ramshad hanya akan muncul bila diperintah rajanya. "Dia resmi bercerai. Sejak itu kelakuannya berubah. Menjadi lebih pendiam dan susah ditemui. Tidak adakah yang bisa Anda lakukan, Yang Mulia?"
Alis Dante naik, "Apa?" tanyanya pura-pura kaget. "Bukankah itu keahlianmu? Kau terlatih menyatukan dan membina pasukan. Gunakan itu. Lagipula, bayangkan apa yang dipikirkan Ramshad jika aku basa-basi menanyakan prahara rumah tangganya?"
Eyn Mayra tergelak mendengar kata-kata Dante. "Ya, memang aneh."
"Mungkin suatu saat akan kutanyakan tapi tidak secara langsung, kau paham 'kan? Salah langkah, justru akan menyakiti hatinya. Saat ini, biarkan dia sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Carlo Dante : A King's Chapter of Life
FantasíaSepak terjang Carlo Dante ketika masa restorasi kapal induk Saturn Gallant II. Menghadapi komplotan penjahat membutuhkan konsentrasi tinggi dan pengorbanan fisik. Ia harus rela berpisah dari Eyn Mayra selama bertahun - tahun, bahkan dipenjara di Ch...