Beat 35 : Second Fight

15 1 0
                                    

Di dalam gua, Ardeth meletakkan tubuh Eyn Mayra perlahan di atas pembaringan yang sudah ia siapkan. Sesuai keinginannya, wanita itu pun sadar dari pengaruh mantra.

"Kau?!" Eyn Mayra terkesima. Bukan karena ketampanan Ardeth berikut kekar fisik lelaki itu yang telah bertelanjang dada, melainkan keberadaan mereka di tempat aneh serta cara Ardeth mendekatinya. "Di-di mana kita? Apa yang kau rencanakan kali ini?!" Getar ketakutannya sama sekali tidak meluluhkan hati Ardeth atau setidaknya menaruh belas kasihan sehingga mengurungkan niat untuk menyakitinya.

"Menurutmu? Aku ingin menuntaskan obsesi lama yang terhalang karena ulah Airyn. Dante juga sibuk dengan mainannya, jadi ... ini saatnya. Serahkan dirimu padaku, Eyn Mayra!"

"TIDAAKK!" seru Eyn Mayra meronta. Gagal melepaskan diri dari cengkeram dua tangan Ardeth, Eyn Mayra mengeluarkan cahaya dari telapak tangannya, langsung menyerang dada Ardeth hingga pria itu terlempar jauh sampai ke luar gua, di balik aliran air terjun.

Selanjutnya, yang terdengar adalah derai tawa Ardeth di luar sana. "Pemberontakanmu tak berarti bagiku!" teriaknya. "Baiklah, aku lelah mendekatimu, Eyn Mayra. Bagaimana kalau giliranmu yang berjalan ke arahku?"

Cukup menggunakan kekuatan pikiran, Ardeth memaksa tubuh Eyn Mayra bergerak sendiri tanpa sanggup berteriak. Kedua kaki itu melemah ketika terseok pada setiap jengkalnya. Eyn Mayra benar-benar tersiksa! Hanya Dante yang muncul di benaknya. Saat berada di bibir gua, hatinya berteriak, memanggil suaminya!

"DANTE!!!"

***

"AARRGGH!!" Dante mencengkeram kuat-kuat dadanya sendiri. Sakit yang teramat sangat begitu tak terkendali!

"Yang Mulia!" teriak Ramshad, hampir menggapai berusaha menenangkan namun dicegah oleh Eyn Huza.

"Roh pedang Zeal mengingatkannya pada seseorang. Mungkinkah, Eyn Mayra dalam bahaya?"

"AARRGGHH!! EYN MAYRAA!!"

Seluruh tubuh Dante diselubungi cahaya putih keperakan yang berpendar menyilaukan. Semakin lama kian membutakan sehingga mereka dalam ruangan itu mengangkat lengan untuk melindungi mata. Setelah cahaya itu lenyap, Carlo Dante pun menghilang.

Di tempat lain, Ardeth masih mempermainkan Eyn Mayra. Di depan tirai air terjun, ia tegap melayang dan melalui telepati, mengunci gerakan Eyn Mayra yang bahkan kini telah berhenti sama sekali. 

"Menyerah? Kekuatanmu tidak ada apa-apanya bagiku!" Sambil terus tertawa, Ardeth berniat menembus aliran air terjun untuk mendapatkan Eyn Mayra yang tak jauh darinya. Tangannya terulur, namun sebelum tubuh dan kepalanya melewati arus, tiba-tiba seseorang keluar dari balik air, langsung mencekik lehernya!

"Ugghh! Dante?!" Ardeth kesulitan bernapas. "Bagaimana bisa kau ... a-aku sudah menutup semua portal teleportasi!"

"Kapanpun Eyn Mayra dalam bahaya, aku tetap datang untuknya!" Dante mendorong raja Hinnan hingga terdesak ke dinding tebing. "Aku tidak akan menghabisimu karena masih menghormati rakyatmu, tapi lain kali, pada waktu dan di tempat yang tepat, jangan harap aku akan mengendurkan pedangku dari batang lehermu!" kecam Dante sengit.

Ardeth memaksakan tertawa meski tenggorokannya sakit dan mulai kehabisan napas. "Mengapa tidak kau akhiri sekarang saja? Cepat atau lambat, Eyn Mayra akan jadi milikku! MILIKKU!"

Mata Dante yang  memutih karena pengaruh roh pedang Zeal sedikit menyipit, menangkap kelemahan Ardeth. Pria itu jelas tengah putus asa dan menderita hingga mustahil melawannya. "Jangan khawatir, kita akan kembali bertarung ... bila otakmu sudah beres!" Dilepasnya leher Ardeth seraya ditepuk-tepuknya rahang pria itu. Kemudian terbang melayang dan menjauh. "Seharusnya kau yang mengantarnya pulang, Ardeth. Namun karena kebodohanmu, kujemput dia sekarang, berikut para pengawalku. Kau, pikirkan pidato yang masuk akal untuk rakyatmu besok, jelaskan mengapa tak ada perpisahan untuk Ratu Eyn Mayra."

Carlo Dante : A King's Chapter of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang