Beat 14 : Falling Apart

54 1 0
                                    

Rafael memincingkan mata ketika seorang manusia droid bermata satu keluar dari kediaman Clementine. Segera, ia dan Black Dean dalam posisi siaga. Tanda tanya besar muncul dalam benak mereka mengenai nasib Carlo Dante.

"Di mana Dante?" tanya Black Dean mendahului Rafael, tampaknya dia yang paling ingin tahu apakah Dante sudah...mati? Setidaknya para manusia droid itu meringankan tugasnya.

"Memangnya kau peduli?" sindir manusia droid tanpa disadari maknanya oleh Black Dean maupun Rafael. "Bola matanya sangat bagus, begitu pula semua organ dalamnya. Aset yang sempurna. Kami nyaris kehilangan ginjalnya ketika dia melawan dan tertembak. Sekarang, giliran kalian. Bukankah kalian juga datang untuk sedikit 'menyumbang'?"

"Tu-tunggu! Kalian tak menemukan pedang di punggungnya?"

"Apa maksudmu, Fatty? Dia bahkan roboh duluan sebelum tertembak. Lucu, apakah kau kehabisan jagoan, Black Dean? Dia orang terbaik yang kau kirim untuk menghina bos kami, Clementine?"

"K-kau tahu namaku?" Black Dean dibutakan oleh misinya mencelakai Dante sehingga tak sadar bahwa musuh telah mengetahui identitasnya. Jati diri yang sejak dulu ia sembunyikan di balik layar, bahkan sampai hati mengorbankan orang tak bersalah untuk menutupinya.

"Hei, kau! Pergilah! Kami tak ada urusan denganmu. Tinggalkan Si Gendut, maka nyawamu kami ampuni hari ini." Perintah droid pada Rafael menggetarkan lutut Black Dean, berharap manusia serigala itu tak meninggalkannya.

"Ja-jangan tinggalkan aku di sini! Kumohon, akan kuberikan apapun yang kau mau," rengeknya, hampir mendapatkan kaki Rafael yang buru-buru bergeser dan perlahan melangkah mundur.

"Hei, dia milikmu. Selamat tinggal!" Kedua tangan Rafael terangkat dan segera cepat berlalu.

Black Dean menangis ketakutan. "A-apa yang akan kalian lakukan padaku?" Tanpa daya ketika droid itu menyeret sebelah kakinya.

"Sudah kubilang, kami selalu butuh donasi." jawab si manusia droid di sela derai tawanya yang membuat Black Dean pingsan seketika. Di depan Clementine, droid itu meletakkan Black Dean begitu saja seperti sampah. "Tak seorang pun dari kami sudi menerima transplantasi organ manusia laknat ini, Bos. Kita habisi saja dia!" usulnya, disetujui rekan-rekannya.

Clementine tersenyum puas. Tak pernah terbayang olehnya, polos cara berpikir Dante justru memudahkan dirinya mendapatkan musuh yang selama ini terkenal licin dan licik seperti ular. Ia menggeleng, "Dia akan berterimakasih jika kita melakukan itu. Tidak! Aku ingin dia yang menghabisi nyawanya sendiri. Untuk itu, sedikit dosis Stressino akan membuatnya sedikit...gila."

"Lalu, bagaimana dengan Dante? Black Dean bilang ada pedang di punggungnya. Manusia macam apa dia?"

Keingintahuan anak buahnya membuat Clementine mengalihkan pandangannya ke sebuah ruangan di mana Dante dibaringkan di atas meja operasi. Space DJ itu masih dalam keadaan tak sadarkan diri. "Cinta," jawabnya penuh sesal, seolah ikut merasakan penderitaan laki-laki itu. "Dante menerima dan merasakan pedang itu dicabut dari dirinya karena cintanya pada Eyn Mayra. Seorang pria yang akhirnya runtuh setelah kekuatan sejatinya direbut paksa tanpa mampu merebutnya kembali. Kira-kira itu yang akan terjadi jika kau terlalu mencintai seorang wanita. Wanita yang kauanggap sebagai bidadari hidupmu." kata Clementine merenung, mengenang kisahnya sendiri.

"Jadi?"

"Pindahkan Dante ke sana! Rumah itu cocok bagi dirinya untuk menenangkan diri, atau bunuh diri, terserahlah. Yang penting, kita tidak berhutang budi."

"Baik!"

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Carlo Dante: A King's Chapter of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang