Beat 51 : Who's Gonna Win?

9 1 0
                                    

"TAK SEORANGPUN MEMBERITAHUKU!!" Hafiz menoleh ke belakang, di sana telah berdiri sang ayah yang menatapnya sangat tajam. Dingin hawa lembah Dark Kent seolah tak berpengaruh bagi mereka. Ayah-anak itu mengusung prinsip masing-masing yang mustahil disatukan. Hafiz membenci taktik dingin ayahnya, sementara Dante mengira Hafiz telah lebih tangguh dari sebelumnya.

"Belum belajar apapun, Anak Muda?" Dante membiarkan Hafiz yang terkesan menentang dirinya.

"Satu-satunya yang kupelajari dari dulu adalah keegoisanmu, Ayah! Kau biarkan aku dekat dengan Anna karena tahu siapa dia sebenarnya! Kau tahu dan tetap diam sampai aku sendiri yang mengantarnya padamu!" protes Hafiz keras. Sadar tak ada gunanya mendebat, nada suaranya melunak. "Aku jatuh cinta pada gadis ini, Ayah. Dia berbeda. Andai aku tahu dia sama seperti Airyn .... "

"Apa? Kau akan menjauh darinya? Yakin bisa?"

Dan Hafiz kehabisan kata-kata.

Terlalu banyak kenangan yang tak mungkin diremas dan dibuang begitu saja. Anna adalah gadis pertama yang telah menyatu dengan hatinya. Tapi, mengapa ini semua bisa terjadi? Terlalu banyak teka-teki sehingga sulit rasanya percaya pada apa yang sedang ia hadapi.

"Amarahmu akan terjawab sebentar lagi. Pergilah pada Airyn. Dia menunggumu."

Pondok itu.

Cahaya petir menampakkan jelas bangunan kecil sederhana nan rapuh, sulit dipercaya sebagai tempat tinggal gadis berkekuatan dahsyat. Airyn.

Hampir pemuda itu berteriak menyebut namanya, namun urung ketika melihat keadaannya. "Airyn! Apa yang terjadi padamu?!" Berusaha membangunkan tubuh sahabatnya yang terbaring lemah di atas tempat tidur.

Airyn membuka mata. Memaksakan sebuah senyum di bibirnya. "Hafiz, akhirnya kau datang."

"Katakan, mengapa Anna? Sejak awal kau dan ayahku sudah tahu siapa dia. Kalian mengatur hidupku dengannya. Semua yang kujalani ... palsu!"

"Walaupun bukan aku yang melakukannya, apakah kau akan percaya? Hafiz, tak ada alasan bagiku mengatur hidupmu, dengan siapa kau jatuh cinta. Tetapi sadarkah kau, kekuatan Eyn dalam dirimu-lah yang menarik kehadiran Anna? Atau bahkan sebaliknya. Kalian ditakdirkan bersama, tapi apa yang akan kau lakukan jika dalam pikiran gadis itu, hanya bisa memahami satu kata ... perang?"

"Jadi .... "

"Sudah saatnya kau berhenti menyalahkan ayahmu. Ini memang telah terjadi. Lama Carlo Dante dibayangi oleh ketakutannya, ditinggalkan putranya sendiri. Tapi, sebagai raja, ia harus memilih. Kumohon ... ," Airyn berjuang mengumpulkan tenaganya lagi, walau hanya untuk bicara. "Selamatkan dulu Covar, adikmu. Aku akan membantu Anna meredam kekuatannya, setelah itu, dia akan menghilangkan racun dalam tubuh Covar dan Ardeth. Tapi sebelumnya, Anna harus mengembalikan kekuatanku." Selesai berkata, gadis itu tergeletak lemas, tak sadarkan diri.

Hafiz tahu, ia harus cepat. Ia membaringkan kembali tubuh Airyn dengan hati-hati. "Tunggulah, akan kulakukan sesuatu untukmu."

Berpacu dengan waktu, ia segera menuju tempat Anna terbelenggu oleh kekuatan Dante dan Ardeth.

"Sampai kapan kita harus menahannya?! Aku ... sudah tidak kuat lagi!" seru Ardeth, mulai berlutut, sementara kedua tangannya tak henti menahan cambuk cahaya.

"Jika kau ingin sembuh, kau harus bertahan." Dante kembali membantu Ardeth dan rasanya lega, ketika melihat Hafiz datang dengan langkah dan wajah mantap, sangat tahu apa yang harus dilakukannya.

Hafiz menepuk bahu ayahnya. "Ayah, singkirkan cambuk cahaya. Aku sendiri yang akan mengatasinya."

Dante tersenyum kemudian mengalihkan pandangan pada raja Hinnan di sebelahnya. "Kau lihat? Sudah kubuktikan bahwa kami rela mati demi orang-orang yang kami cintai. Masihkah kau berkata bahwa mencintai tak butuh pengorbanan apa-apa? Ayo, Hafiz, buat Anna kembali padamu."

Carlo Dante: A King's Chapter of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang