Beat 22 : The Hidden Queen

26 2 15
                                    

Airyn menoleh ke samping kanan ketika sosok itu hadir di belakangnya melalui teleportasi. Bahkan ia sudah menduga, apa yang akan dikatakan Carlo Dante padanya. Sebuah tuntutan.

"Raja Hinnan sudah memberitahuku segalanya. Tentang rencanamu mengadu Eyn dengan Hinnan, mencari siapa di antara kami yang terkuat. Sebelum aku meminta pertanggungjawabanmu, katakan, apa maksudmu bertindak bodoh? Kau tahu, aku pasti datang padamu!" tegas Dante naik pitam.

Airyn menuju Dante, kedua kakinya melayang di atas tanah. Di depan raja Eyn, barulah kaki telanjangnya menapak kembali di atas tanah. "Raja terkuat, didampingi permaisuri tercantik yang paling berkuasa, Eyn Mayra. Itulah jabatan yang dituntut Raja Ardeth padaku beberapa waktu lalu. Ia merasa diperlakukan tidak adil olehku. Menurutnya, aku sebagai penguasa Dark Kent, terlalu berpihak padamu, Carlo Dante. Dia juga mulai mengaitkan sikapku dengan putramu, Pangeran Hafiz. Jika aku memutuskan sesuatu yang menguntungkanmu, apakah itu salah?"

Dahi Dante mengernyit. "Maksudmu, aku harus berterima kasih padamu setelah perbuatanmu pada kerajaan Eyn dan Hinnan? Airyn, Raja Ardeth membelenggu istriku! Andai Eyn Mayra tidak sedang mengandung, ia tidak akan bebas dari mantra Namira, aku pun semakin larut dalam keputusasaan yang dalam! Seluruh keluarga istana dan rakyatku akan menderita. Kau harus mengatakan alasan yang lebih baik, atau kehilangan kepercayaan dua kerajaan!"

"Raja Eyn, aku mengharapkan dirimu lebih bijaksana. Kehadiranmu membawa amarah sudah kuduga sebelumnya. Tapi, tidakkah kau ingin tahu, kebangkitan penguasa Dark Kent yang sesungguhnya? Sudah saatnya ia datang memenuhi takdirnya. Setelah sekian lama, aku bisa bernapas lega."

"Kurasa kau sakit, Airyn. Bicaramu melantur. Bukankah kau penguasa Dark Kent? Siapa lagi yang kau bicarakan?"

Tangan kanan Airyn terulur. Dari telapaknya memendarkan cahaya putih yang menampakkan sosok seorang gadis yang belum jelas wajahnya. "Dia lahir dari orang tua yang meninggalkannya. Belum merasakan kekuatan apapun dalam dirinya, tapi segera, setelah waktunya tiba, kekuatannya menjadi tak terbatas. Ia akan memenuhi takdirnya sebagai ratu dengan aku sebagai abdinya."

"Jadi selama ini kau menyembunyikan fakta bahwa bukan kau penguasa Dark Kent yang sesungguhnya? Lalu apa yang akan terjadi jika dia menggantikanmu?"

"Dark Kent harus tetap ada untuk menopang kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Itu saja. Tidak seorang pun yang mengeluh atau menanyakan pergantian kekuasaan. Setelah dia duduk di singgasana, takdir yang lain sudah menunggunya. Aku belum bisa melihat jelas, tapi yang kutahu dia sangat bahagia."

"Bahagia?" protes Dante kian keras. "Lalu bagaimana dengan rakyat Eyn dan Hinnan jika mereka terus berperang? Apa yang kau harapkan? Saat ini dalam kepala Raja Hinnan hanya ada kekuasaan tunggal! Cepat atau lambat dia akan mengorbankan segalanya demi menuruti ambisi yang kau bisikkan padanya. Airyn, bicaralah pada Ardeth. Sebelum terlambat." Nada suara Dante sedikit melunak.

Mata bening gadis itu memancarkan keteduhan. Tak tersirat emosi atau hasrat jahat terjadinya pertumpahan darah. "Raja Hinnan telah membunuh Namira dengan siasatnya."

"Aku yang menghabisi wanita itu, bukan Ardeth!" tegas Dante meluruskan kenyataan.

"Andai ratu sihir itu tak termakan bujukan Ardeth, dia masih bernapas saat ini." sesal Airyn.

"Jangan berdalih, Airyn! Kau yang bertanggung jawab menyelesaikan ini semua!"

"Carlo Dante, Raja Eyn, lihatlah masa depan indah yang kusiapkan untukmu. Kelak, semua kerajaan akan tunduk padamu. Biarkan Ardeth menaklukkan mereka lebih dulu, hingga tiba saatnya kalian berhadapan, kekuatanku akan berpihak padamu. Ardeth tidak mengambil jalan berperang. Dia cukup menguasai para raja dan ratunya. Setelah berhasil, maka rakyat akan mudah takluk dalam kuasanya. Lebih sedikit darah, dan aku menjadi tahu pemimpin mana saja yang berusaha menghancurkanmu. Termasuk ... Ratu Mesir. Firatya. Kau pikir dia bersih? Dia rela menukar apa saja demi bertemu dengan Zeke Ashtone, kekasihnya. Termasuk harga diri dan kerajaannya. Dia berdiri di belakang siasat Ardeth. Bila kau malah bersimpati dan membela Raja Hinnan, kau pasti menyesal kemudian hari. Sekarang katakan, siapa yang kau percaya? Ardeth atau aku?"

Carlo Dante : A King's Chapter of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang