"Bepergian, Yang Mulia?" Firatya heran mendapati Ardeth bersiap pergi dengan busana rapi. Bukan busana kerajaan melainkan setelan jas hitam dengan kemeja putih di dalamnya.
"Ini biasa dikenakan manusia biasa di dunia mereka," pamernya menunjukkan gayanya yang berbeda. "Pernah kulakukan untuk menggoda Eyn Mayra. Sekali. Saat ia berlibur bersama suaminya. Seru, seharusnya kau ada di sana."
"Dan nyaris terbunuh andai Dante tidak mengampuni nyawamu." sindir Firatya dingin. Dalam hati mengagumi wajah dan tubuh sempurna pria itu walau tidak terpikat. Kesetiaannya hanya untuk Zeke Ashtone.
"Kau tahu aku memang tidak sabaran.
Kadang aku berpikir, mengapa tidak kuculik saja? Terlalu lama mengatur strategi perang padahal aku tahu pasti, Dante sering tidak menemani istrinya!" Ardeth terkekeh yang diakhiri senyum menawan. Sesekali masih memastikan setiap detil penampilannya."Silakan, tapi jangan harap kelakuanmu bisa dibanggakan. Rakyatmu akan sangat malu. Seperti bukan ksatria menempuh cara hina begitu!"
Lagi-lagi Ardeth tertawa. Setelahnya ia memperhatikan Firatya. "Kau sendiri? Kebiasaan buruk keluar masuk ruangan pribadiku tanpa permisi. Kuakui ketegaran dan kehebatanmu, Firatya, tapi ingatlah! Pemangsa sepertiku bisa kalap kalau sedang 'lapar'." Sengaja menggiring ratu Mesir itu hingga terpepet di dinding emas dengan lengan kirinya dalam posisi menjebak.
"Pantas Eyn Mayra tak sudi melihatmu."
Ardeth mengerang keras. "Sial!" umpatnya. "Sudahlah, simpan cintamu untuk Zeke Ashtone yang menyedihkan itu." Merasa kesal karena wanita itu paling lihai memutus urat nafsunya. "Lagi pula, aku sudah menyiapkan semua ini untuk Eyn Mayra. Aku akan datang mengunjunginya, sebagai pria terhormat!"
"Sejak kau memutuskan untuk merebut istri orang, kau bukan lagi pria terhormat," ujar Firatya tanpa khawatir menyinggung perasaan raja yang tengah dimabuk cinta itu.
"Jika Eyn Mayra wanita biasa, aku tidak akan tertarik. Hanya dengannya aku bisa memerintah seluruh kerajaan yang kutaklukkan. Kami pun semakin kuat dengan keturunan yang tangguh, penerus tahta yang memang ditakdirkan untuk itu." Ardeth terus meyakinkan Firatya bahwa jalan inilah yang terbaik. "Lupakan persahabatanmu dengan Eyn. Itu hanya masa lalu yang cuma membuatmu lemah. Buktinya, Dante begitu tega menyembunyikan keberadaan Zeke Ashtone darimu meski dia tahu hal ini sangat penting bagimu. Lagi pula, andai kau ikuti keinginan ayahmu untuk memikat hati Dante, kita tidak akan bernasib malang seperti ini. Perang tidak harus terjadi." Ditatapnya lekat-lekat raut dingin wanita itu. "Jujurlah, bagaimana perasaanmu pada Dante? Pernahkah terlintas hasratmu padanya?" pancing Ardeth. Sekali dia mengiyakan, Ardeth akan langsung menuntaskan permainannya. Usahanya memisahkan Dante dengan Eyn Mayra akan jauh lebih mudah. Tidak harus memikirkan cara agar Zeke Ashtone bersedia kembali ke pelukan Firatya.
Pandangan wanita itu sedikit meredup. Jawabnya lirih, "Siapapun segan berhadapan dengan Carlo Dante. Aku menghormatinya. Itu saja, tidak lebih. Selebihnya hanya rasa kagum. Dia selalu mampu melebihi batas kekuatannya bila orang-orang yang disayangi merasa tersakiti. Walau demikian, sikapnya tetap membumi. Tipe pria sejati, lain denganmu."
Mata Ardeth menyipit. Malas rasanya berbicara dengan ratu super dingin macam Firatya. Tiap kali berupaya memojokkan Dante, yang terjadi justru sebaliknya. Debat menyebalkan yang berujung pada hari buruk yang berkepanjangan. Dasar penghilang mood! Batinnya kesal.
"Kelak kau akan menyesali kata-katamu bila sampai kehilangan Zeke Ashtone dan Dante tidak berbuat apa-apa. Camkan itu! Carlo Dante tetap punya kelemahan dan akan kubuktikan sekarang."
"Sekarang?" tanya Firatya tertarik. "Apa rencanamu?"
Senyum Ardeth kembali tersemat di bibirnya. Andai tak licik dan tidak membuka hati hanya untuk Eyn Mayra, mungkin saat ini pria kesepian tersebut sudah bahagia. Terkadang, terselip rasa kasihan di lubuk hati Firatya, menyebabkan sulit meninggalkan Ardeth begitu saja. Sungguh perasaan campur aduk yang menyesatkan jika salah langkah. Ia sadar, Dante mungkin akan membencinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Carlo Dante: A King's Chapter of Life
FantasySepak terjang Carlo Dante ketika masa restorasi kapal induk Saturn Gallant II. Menghadapi komplotan penjahat membutuhkan konsentrasi tinggi dan pengorbanan fisik. Ia harus rela berpisah dari Eyn Mayra selama bertahun - tahun, bahkan dipenjara di Ch...