Beat 43 : Lost in His Lust

24 1 0
                                    

"Menikahlah denganku."

Eyn Mayra menguatkan pendengarannya. "Apa?" tanyanya lirih.

"Aku ... ingin menikahimu, Yang Mulia. Mencintaimu, menemanimu hingga akhir hayat. Bagaimana menurutmu? Bukankah kau juga ingin mengakhiri kesendirianmu?" Senyum Ardeth merekah begitu menawan sore itu. Sengaja ia menemui Eyn Mayra di puri istana yang lama tak terpakai, tempat sang ratu dulu biasa bertemu secara pribadi dengan mendiang suaminya, Carlo Dante.

"Bukankah ... kau yang merenggut nyawa suamiku? Bagaimana bisa tiba-tiba kau berpikir aku akan menerima lamaranmu?" tanya Eyn Mayra datar, belum sudi berpaling dari jendela balkon untuk hanya sekadar berhadapan dengan Ardeth.

Ardeth menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Tenggorokannya tercekat, bimbang oleh rasa bersalah. Kini Eyn Mayra membencinya selamanya. Beruntung sang ratu tak berniat membalas dendam. Ia hanya sudah tak peduli pada hidupnya lagi, kecuali untuk putra kecilnya, Covar. "Maafkan aku. Sesal selalu datang terlambat. Andai aku sadar sejak dulu bahwa merelakanmu adalah jalan terbaik mencintaimu .... "

"KAU BUTA, ARDETH! KAU PENIPU! Aku sudah hafal bujuk rayumu. Kau tidak lebih dari sekadar penjajah! Pura-pura merasa bersalah membuktikan siapa dirimu yang sebenarnya!"

"Kalau begitu biarkan aku menebus dosa-dosaku! Kau dan kerajaanmu butuh seorang pelindung, Covar butuh sosok seorang ayah. Aku bahkan membebaskan ruang gerak Al Hadiid dan Eyn Huza, dua saudaramu itu. Apa lagi? Adakah yang terlewat yang belum kulakukan untuk membahagiakanmu?"

"Ya! Menghidupkan kembali Carlo Dante! Andai ia hidup lagi, bisakah kau berkata seperti ini? Jadilah pria sejati, Ardeth! Hidup tidak selalu berjalan seperti yang kau inginkan!" tuntut Eyn Mayra sedemikian keras, setelah menjauh dari jendela dan menghadapi pria itu. Lanjutnya, "Covar? Covar tidak butuh ayah sepertimu. Sampai kapanpun dia tetap putra Carlo Dante dan saudara-saudaraku pun tidak perlu berterima kasih padamu! Kau tidak pernah memenangkan perang, jadi jangan bermimpi merebut sesuatu yang bukan milikmu!"

Sebelum wanita itu hendak berlalu, Ardeth terpaksa mengucapkan kalimat yang mengunci langkah Eyn Mayra. "Jika kesabaranku habis, maka Eyn, negerimu yang indah ini akan remuk! Mudah bagiku untuk membangun atau menghancurkannya, Eyn Mayra. Dan semua tergantung padamu. Kupastikan kau menyaksikan penderitaan keluargamu, rakyatmu, satu persatu meregang nyawa sambil menatapmu. Menyalahkanmu mengapa tak sudi mengorbankan diri. Aku tak pernah mengancammu, tapi sudah terlalu lelah membuatmu mengerti, betapa aku ingin mengubah diri. Kumohon, jangan paksa aku berbuat kejam melebihi perang."

Tak lama, wanita itu mengungkap kata-katanya, "Kau tidak membuktikan apapun selain watak aslimu, Raja Hinnan. Sudah kukatakan padamu, jika kau membutuhkan tubuhku, detik ini akan kuserahkan padamu, namun tidak hatiku."

"Terserah. Aku ingin kau siap untuk acara tunangan kita besok pagi. Tidak ada kata tidak."

***

Di tempat lain, saat tengah malam, Eyn Huza sibuk mengamati perkamen peninggalan Dante muda. Ia duduk santai di samping tanah lorong bawah tanah yang belum digali, sementara menikmati segelas teh kental, telinganya menangkap suara langkah kaki yang mendekat.

"Al Hadiid! Kemarilah!" ajaknya, ketika sang adik menampakkan diri.

"Eyn Mayra akan menikah." lapor Al Hadiid, merasa aneh karena tak ditanggapi serius.

"Besok pagi kita mendapat tambahan orang dari desa-desa perbatasan. Aku percaya mereka, tapi pastikan orang-orangmu mengawasi pekerjaan mereka. Aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun!" jelas Eyn Huza, seraya menghirup aroma teh kentalnya.

Carlo Dante : A King's Chapter of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang