Beat 31 : Flashback

13 0 0
                                    

Airyn.

Penguasa sebuah dunia kegelapan yang tiba-tiba menanti seorang ratu.

Dewi penjaga kerajaan Eyn juga negeri lainnya.

Juga ... sahabat putranya.

Bersama Hafiz, dia tumbuh bersama. Bahkan demi prinsip setia kawan, sang putra mahkota rela meninggalkan istana dengan tetap mengusung rasa percaya bahwa penguasa lembah Dark Kent itu tidak bersalah.

Mustahil mempercayai siapapun lagi.

Pada sisi lain, Firatya semakin condong berpihak pada Ardeth setelah pertemuannya dengan Zeke Ashtone gagal menghasilkan sesuatu yang menguntungkan kerajaan Eyn. Bukankah sekalian saja berlumur dosa? Demikiankah isi kepala ratu Mesir itu?

Dante tak habis pikir. Mengapa Firatya begitu mudah melupakan persahabatan demi meluapkan kekesalannya? Hanya demi seorang pria? Mempertemukan wanita itu dengan kekasihnya justru menimbulkan bencana! Lain dengan Namira, kali ini Dante kesulitan menangani Firatya sebab dia punya hubungan khusus dengan Zeke Ashtone. Bila dia celaka dan Zeke tidak terima, akan timbul ancaman lain yang lebih berbahaya.

Virus. Manusia Virus Zeke Ashtone tidak mungkin tinggal diam.

Tapi ... pion-pion harus tetap berjalan.

Menangani Ardeth dan Firatya butuh permainan khusus, dan Dante sudah memulainya sejak hari pertama meninggalkan istana.

Beberapa hari lalu, di kediaman Eyn Huza ....

"Waktumu tak banyak, jika terlalu lama, kau terseret abadi dalam masa itu." Kakak Eyn Mayra itu mengingatkan.

Dante mangangguk. "Pasti. Tarik saja aku jika waktu menipis."

Tanpa menunda lagi, Eyn Huza membuka portal waktu yang diinginkan Dante, lalu menjaga dayanya setelah Dante masuk ke dalamnya.

Firenze, Italia.

"Kejar! Jangan sampai lolos!"

Dua polisi bersenjata lengkap memburu seseorang yang dianggap buron. Umurnya belum genap dua puluh, tapi seantero kota telah menyadari keberadaannya sehingga alarm waspada dibunyikan ketika hari menjelang gelap, tanda seluruh penduduk harus menutup rapat-rapat semua pintu dan jendela.

"Dia di sana!" tunjuk seorang polisi ke arah atap salah satu rumah yang cukup tinggi. "Hubungi yang lain, katakan, kita berhasil menemukannya!" perintahnya, sebelum mengikuti jejak buronan tersebut.

Susah payah menaiki tangga yang mengular mengelilingi bangunan itu, terus berlari, naik turun area yang kurang stabil, akhirnya sadar bahwa mereka sedang dipermainkan. "Kita harus mencari jalan pintas! Anak itu sudah hafal daerah ini." ucap polisi setengah baya sambil terengah-engah, menatap jengkel sosok di seberang mereka yang tertawa menghina.

Teriakan sirene sebuah mobil polisi terdengar kian jelas, memunculkan secercah harapan.

"Dengar, kita tak perlu susah payah." Polisi yang lebih muda memberitahu rekan-rekannya yang baru datang tentang lokasi buruan mereka melalui gelang komunikasi. "Dia di atap gedung Parlor. Kami tidak bisa mendekat." Usai melapor, keduanya tos tangan. "Beres 'kan?"

Namun yang terjadi justru mengagetkan! Bukan polisi yang keluar dari mobil, melainkan pria aneh berpakaian serba hitam dan di pundaknya ia memanggul ... RPG!

Roket panggul itu meluncur ke arah pemuda buron, meledakkan bagian atas gedung, sedangkan kedua polisi tadi melotot tak percaya.

"Apa?! Apa yang sedang terjadi?!" teriak mereka histeris.

Selanjutnya, bukan pemandangan yang sanggup dicerna manusia biasa.

Tahu sasarannya lolos, pria aneh itu membanting RPG-nya, bergerak cepat mengejar, melompat dari satu atap ke atap lainnya tanpa memperhitungkan jarak dan bahaya. Senjata di tangannya sesekali mengarah hendak mencabut nyawa targetnya, namun selalu gagal.

Carlo Dante : A King's Chapter of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang