Beat 40 : Cruel Fuel

21 1 0
                                    

Inti Zord tidak hanya mengubah pedang Zeal menjadi hitam legam, kuda perang Dante juga menjadi sasaran utama perubahan wujudnya. Hanya jentikan jari, menghipnotis kuda itu agar mendekat padanya. Zord menanamkan intinya pada kuda malang itu sehingga berubah menyeramkan seiring perubahan warnanya yang semula putih bersih.

Ketika selesai menyiapkan diri, Dante yang telah dikuasai inti Zord menatap nanar dua pasukan perang itu, menganggap mereka semua sebagai musuhnya.

"Siaga!" seru Al Hadiid kepada pasukannya. Tampak Zaghas Ardeth juga melakukan hal yang sama. "Kita tidak menyerang lebih dulu. Biarkan Ardeth memuaskan penasarannya menjajal kekuatan Dante. Kita lihat, masihkah dia bernyali saat ini."

Ardeth yang teringat pada Eyn Mayra, memutuskan memulai pertarungan pribadinya. Ia tahu takkan mendapatkan segala impiannya jika Dante belum tewas. Mengumpulkan segenap kemampuan dan kekuatan sihir yang didapatnya dari Firatya, Ardeth memacu kudanya lebih dulu.

Namun, tak disangka ....

"SERAAAANNGGG!!!" Salah satu jenderal pasukan aliansi mengomando dimulainya perang.

Ardeth terkesima ketika menengok ke belakang, pasukan aliansi malah membelot, membangkang perintahnya sebab tak sabar ingin segera menghabisi Sang Raja Eyn. Tak lama, ia sudah berada di tengah-tengah pasukan aliansi yang melewatinya begitu saja. Deru debu diterbangkan pusaran angin, kedua matanya tak bisa melihat apapun. Lengan kiri terangkat guna menutupi wajahnya yang semakin menghangat, dan ia sangat yakin, telinganya tidak salah dengar.

Itu adalah suara-suara kematian!

Teriakan mereka, satu demi satu menyibak pemandangan yang begitu mengerikan! Carlo Dante yang telah dikuasai inti Zord, membasmi mereka semua dalam waktu singkat! Mayat-mayat tergeletak tak berharga dengan kondisi terpotong-potong, organ dalam terburai dalam merahnya lautan darah! Pasukan penyihir dengan tunggangan binatang anehnya pun dibuat berserakan tanpa jelas wujud asalnya. Benar-benar ladang pembantaian yang keji! Selalu ada pengorbanan dalam perang, tapi kali ini ....

"Bukankah sesuai keinginanmu, Raja Hinnan? Eyn melihat sendiri bagaimana rupa raja mereka. Saatnya kau tunjukkan bahwa Dante memang layak dibunuh!" bisik Firatya melalui telepati ke dalam pikiran Ardeth, dan Ardeth sangat paham apa yang harus dilakukannya.

Sebuah drama.

Biarpun tidak sama persis dengan rencana semula, masih ada celah untuk memulai siasatnya. Saat tempat itu tersingkap seluruhnya oleh hembusan angin, Ardeth melihat Dante mencabut kembali pedangnya dari korban terakhir, yaitu jenderal pengkhianat yang tubuhnya sudah bercerai-berai.

Suara menyakitkan pedang pencabut nyawa itu nyaris membuat Ardeth gentar, namun ia terus memberanikan diri. Jauh di belakangnya, masih setia menunggu pasukannya sendiri, para prajurit Hinnan, dan pada sisi lain barisan ksatria Eyn belum beranjak dari tempatnya. Semua pion dalam posisi yang tepat! Batinnya.

Kini ia memusatkan konsentrasi pada sosok hitam di depannya.

"Aku tidak mengharapkan ini, sungguh!" jelasnya, tetap waspada pada pergerakan pelan makhluk buas yang kini tajam menatapnya. "BAIKLAH, AKU AKAN PERGI!" sengaja mengeraskan suaranya agar didengar pasukan Eyn.

Ketika hendak berbalik, suara Dante mengejutkannya, "Mengapa buru-buru? Bukankah kita belum mulai? Bagaimana kau bisa merebut Eyn Mayra jika berubah menjadi pengecut?! Mari, kita mulai."

"Keadaan kita tidak seimbang. Aku janji, tidak akan mengganggu keluarga dan rakyatmu lagi. Kembalilah ke wujud asalmu, Dante. Lupakan semua kebencian, mulailah hidup damai. Istanaku terbuka lebar untukmu, mulai saat ini dan selamanya."

Dante jelas membenci bagaimana Ardeth mempermainkan bahkan membelakanginya. Trik murahan yang gampang sekali dibaca. "KUBILANG, KITA MULAI SEKARANG!!" teriaknya, mulai menyasar leher si pembuat onar itu.

Carlo Dante : A King's Chapter of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang