Beat 44 : You're Mine

16 1 0
                                    

Ada tradisi di Hinnan merayakan hari kelahiran raja mereka, namun pesta besar bukan di Hinnan kali ini, melainkan di istana Eyn. Sedari sepuluh hari sebelumnya, kesibukan sudah terjadi, dan seperti biasa, Eyn Mayra turun tangan mengawasi para tukang masak dan dekorasi. Kebiasaan lama yang masih lekat dalam dirinya, walau telah menjadi ratu. Ia tak segan menggendong Covar sambil berkeliling meneliti kualitas bahan makanan.

"Sini, biar kugendong dia." Ardeth yang kebetulan lewat bersama beberapa ajudannya, langsung mengambil alih Covar dari pelukan ibunya. "Istirahatlah bila kau lelah. Tugaskan seorang koki senior. Aku percaya, mereka mampu melaksanakan tugas dengan baik." saran Ardeth.

"Aku tahu apa yang harus kulakukan, Yang Mulia. Jangan khawatir." tolaknya halus, membiarkan Covar dalam gendongan Ardeth. "Hm, banyakkah tamu undangan dari Hinnan yang hadir?"

Ardeth mengangkat bahu. "Entahlah, walau sudah kuatur jumlahnya, kita tidak bisa menolak kehadiran mereka 'kan?" Perhatiannya tertuju pada Covar, menimangnya penuh kasih sayang, "Hai, Pangeran Kecil, bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak?" Diciuminya tangan mungil putra Carlo Dante itu.

Terlihat tulus, namun Eyn Mayra selalu kesulitan membaca pikiran Ardeth. Oleh sebab itu, sangat sulit memercayai niat baik seorang Zaghas Ardeth. "Kami harus ke aula selatan, setelah itu selesai." ucapnya, hendak mengambil kembali buah hatinya.

"Tidak, pergilah ke sana, aku akan menunggumu. Biar Covar bersamaku."

Terpaksa memenuhi keinginan Ardeth, Eyn Mayra melangkah bersama dua orang dayang menuju aula selatan. Mereka belok ke arah kiri, sehingga tak terlihat lagi oleh Ardeth.

"Yang Mulia, seseorang memberikan ini." Salah satu dayangnya mengulurkan sebuah benda seukuran genggaman tangan berbentuk kubus berwarna hitam metalik. "Dia menunggu di lorong puri tua."

"Siapa?" Mengambil benda itu seraya mengangkat alis karena dua dayangnya yang paling setia ini justru semakin menundukkan kepala.

"Sekarang, Yang Mulia. Waktunya tidak lama." jawab mereka serentak.

Di benaknya hanya ada Dante. Tak berpikir dua kali, Eyn Mayra berlari ke tempat yang dimaksud para dayang. Memang, terdapat jalan tembus yang menghubungkan aula selatan dengan puri tua sehingga menghemat tenaganya, akan tetapi, tanpa ia sadari, ia masuk dalam permainan menantang sekali lagi.

Ardeth terkejut, dua dayang yang mengiringi Eyn Mayra melaporkan padanya bahwa ada orang mencurigakan di sekitar aula.

"Di mana ratu?" tanyanya kemudian, raut wajahnya berubah cemas, sambil menyerahkan Covar kepada para dayang.

"Mengejar penyusup itu, Yang Mulia." jawab seorang di antara mereka.

Seketika itu juga Ardeth bergerak cepat mengutus para pengawal melindungi ratu sekaligus menangkap si penyusup. Ia sendiri menyusuri jalan yang dilalui Eyn Mayra sesuai petunjuk dua dayang, tapi ia kehilangan jejak. Ia hanya bisa memandang sejenak puri tua tersebut sebelum akhirnya mengkode para pengawalnya untuk menyerang masuk.

Lantai berdecit tatkala barisan pengawal memasuki tiap lorong di setiap tingkat bangunan. Mereka berpencar, memeriksa tiap lorong dan sudut ruangan. Kosong!

Di tempat lain, Eyn Mayra melangkah hati-hati hingga tiba di sebuah lorong paling ujung yang belum tersentuh penjaga. Tak ada siapapun di sana.

Di mana Dante?

Sementara itu, para pengawal Hinnan yang kesulitan menemukan calon ratu mereka, mulai berdecak putus asa.

"Ke mana lagi kita harus mencarinya?" Salah seorang melepas helm-nya, kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Carlo Dante : A King's Chapter of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang