Beat 30 : Berburu

18 1 0
                                    

"Senang kau kembali." ucap Eyn Mayra menutup buku tua milik Eyn Huza yang belum selesai dibaca, ketika menyadari seseorang muncul tanpa suara dari arah belakang bangku taman. Hanya lampu yang tak seberapa tinggi sebagai penerang, cukup untuk menyembunyikan sosok pria tersebut.

"Saya berjanji pada raja untuk menjaga istana mulai malam ini." Suara Ramshad, tenang seperti biasanya.

Sebentar merenung, lalu terbitlah senyum di bibir sang ratu. "Kau tahu di mana raja? Pamit untuk sebuah kunjungan, namun nyatanya entah ke mana. Kecemasanku beralasan, mengingat tak baik seorang raja terlalu lama meninggalkan istana."

"Yang Mulia tidak bisa pulang untuk menghadapi Ardeth. Ada urusan lain yang lebih besar sehingga menyita perhatian."

Eyn Mayra menarik napas, masih lekat kata-kata Dante tentang aura kegelapan di Dark Kent. "Tidak bisa kubayangkan jika itu terjadi. Sebuah mimpi buruk jika raja Eyn melawan penguasa sejati Dark Kent. Airyn bukan musuh, tetapi ratunya .... "

"Zaghas Ardeth tetap bersikeras, sementara Firatya diperbudak hasratnya sendiri, putus asa cuma bisa menatap punggung Zeke Ashtone. Zeke, pemuda itu tidak akan sudi berpaling selama ratu Mesir itu belum mampu melepaskan pengaruhnya pada Ardeth untuk menjadi penguasa tunggal. Sedangkan lepas dari perjanjian, sangat tidak mungkin. Firatya sudah telanjur berkubang dosa. Niatnya semula meminta perhatian Carlo Dante untuk menemukan kekasihnya, sekarang berubah dengan berduet maut dengan raja Hinnan. Ratu, Ardeth semakin berbahaya, namun entah mengapa Yang Mulia Raja menyerahkan tanggung jawab ini pada saya."

"Kau takut?"

Singkat, namun tajam. Ramshad lebih mengenal ratunya daripada Carlo Dante. Kalimat tersebut seolah pisau yang mengarah padanya. Sungguh, ia takkan sanggup memaafkan diri sendiri jika gagal melindungi ratu dan putra mahkota. Ungkapnya, "Raja sudah mengatakan segalanya, namun terasa belum cukup. Siapapun tahu hanya raja yang sanggup menuntaskan urusannya dengan Ardeth."

"Mungkin karena itulah, suamiku mengutus orang lain untuk membantumu?" Pelan, halus, menduga Ramshad akan luluh dan menceritakan rencana raja. Sangat yakin bahwa pria itu takkan sanggup mengkhianati ratunya.

Eyn Mayra berusaha menemukan raut itu. Kejujuran di mata Ramshad.

Setelah beberapa saat, tanpa harus memaksanya lebih jauh menggunakan telepati, ia yakin, penjaganya itu tak tahu menahu.

"Sudahlah," Eyn Mayra menyerah. "Tidak ada sangkut pautnya denganmu. Lupakan saja."

"Orang lain? Maksud Yang Mulia?"

Telanjur berucap, justru menarik perhatian Ramshad. Eyn Mayra cepat mengubah rona wajah. "Kuharap dia bukan musuh, Ramshad. Orang itu berkata bahwa dia utusan raja. Jika kau temukan dia, siapa tahu, kita bisa tahu rencana raja. Bagaimana mungkin kita dibiarkan tidak tahu tentang taktik mengalahkan Ardeth? Dante memang cerdas, tapi menakutkan. Aku tidak bisa menunggu sementara sesuatu terjadi di sekitarku."

Ramshad mengangguk, memutuskan tunduk pada keinginan ratu.

Sepeninggal Ramshad, Eyn Mayra mendesis pada dirinya sendiri, "Atau, kau sengaja memancing Ardeth dengan aku sebagai umpannya? Dante, jika itu maumu .... "

***

"Berpikir terlalu dalam akan membuatmu terjerumus! Dante bersumpah lelaki Hinnan itu takkan berani menyentuhmu dan anakmu, mengapa kau sangsikan itu?!"

Kecaman si pemuda misterius membangunkan Eyn Mayra dari bunga tidurnya. Dalam mimpi, batinnya berontak, lagi-lagi dihadapkan pada dua pilihan yang sangat berat : menjalani kehidupan apa adanya dan pasrah menerima teror Ardeth, atau melawan pria itu dengan caranya sendiri, sebagaimana Dante kembali meninggalkannya bersama sebuah bayangan.

Carlo Dante : A King's Chapter of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang