Beat 3 : Dari Balik Cadar

43 4 0
                                    

Malam itu mereka berangkat. Meninggalkan helipad di atas gedung penjara tertinggi. Dante duduk di passanger seat di bawah pengawasan anak buah Black Dean yang menodongkan senjata.

Seorang di antara mereka iseng meledek, "Jadi kau Carlo Dante mantan Space DJ Saturn Gallant? Bos! Apa kau tidak salah?! Dia tidak lebih dari seorang kriminal!"

Sindiran anak buahnya justru membuat Black Dean gelisah, khawatir Dante berubah pikiran. "Diam kau! Aku lebih memilih membunuhmu daripada menyingkirkan orang itu. Paham?!"

Menyadari sikap bos-nya yang tak biasa, pengawal bersenjata itu langsung bungkam. Diperhatikannya seorang Black Dean berkeringat? Ada apa gerangan? Pikirnya. Lantas pandangannya kembali tertuju pada Carlo Dante yang tetap duduk tenang. Sama sekali tak terpancing ledekannya barusan.

Perjalanan makan waktu berjam - jam dan menurut hitungan Dante, kecepatan capung besi itu semakin berkurang. Turun di halaman belakang sebuah rumah besar pualam putih gading, Dante masih dalam kawalan ketat meski ia sendiri tak bersenjata. Selanjutnya, lebih banyak pengawal telah menunggu di ruang tengah yang berhias interior mewah.

 Selanjutnya, lebih banyak pengawal telah menunggu di ruang tengah yang berhias interior mewah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia sudah datang?" tanya Black Dean gugup.

"Sejak lima menit lalu. Dia membuat aturan seolah rumah ini adalah miliknya dan melarang kami naik ke tingkat atas." lapor anak buahnya yang lain.

Menggunakan sapu tangan, Black Dean menyeka keringat di lehernya yang nyaris tak terlihat saking ukuran badannya yang kelewat tambun. "Pa - panggil dia." perintahnya terbata.

Lantas pengawalnya menuju ke kaki tangga, bicara sebentar dengan kelompok penjaga dari pihak lain yang diijinkan menguasai lantai atas. Tak lama, mereka memberitahu 'bos' yang lain agar segera turun menemui Black Dean.

"Lagi - lagi memperbanyak relasi? Rupanya kau belum jera. Berapa banyak dari mereka yang akhirnya mengkhianatimu?" Dante mengingatkan.

"Semuanya," jawab Black Dean pahit.  "Tapi aku tak punya pilihan. Wanita itu bilang dia bisa memastikan dirimu ikut dalam misi melawan Clementine."

"Ha ha, sekarang kau tunduk pada wanita? Apa yang membuatmu jadi kurang waras? Memangnya si .... " Dante tertegun, tak percaya pandangannya hingga tak mampu berkata - kata. Detik - detik wanita itu menuruni tangga, firasatnya tajam mengenali jati diri sang bidadari.

Meski wajah itu tertutup cadar, aura dan aromanya sangat jelas mengusik insting seorang Carlo Dante. Seolah waktu terhenti, bayangan masa lalu tiba - tiba tampak di pelupuk matanya melalui paparan cahaya terang. Ingatannya merebak, membawanya kembali pada masa ia menyentuh tiap inci kulit wanita itu. Tapi kini ....

Dante cepat tersadar.

Entah mengapa jantungnya berdetak lebih keras. "Siapa kau?" tanya Dante, begitu keduanya telah saling berhadapan. Apapun alasannya, ia sungguh tidak menghendaki wanita itu berada di tempat ini dan pura - pura tak saling kenal adalah satu - satunya cara melindunginya.

Carlo Dante : A King's Chapter of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang