Langit tertutup mega yang menghitam, seiring makin dingin hawa di sekitar anak sungai sebuah hutan, tak jauh dari pemukiman penduduk kota Brenta, Italia. Lingkungan yang sebagian masih menyatu dengan alam, seolah terusik dengan kehadiran seseorang. Kekuatan aura itu membangunkan insting ksatria pemburu yang sejak tadi tengah asyik minum di sebuah pancuran mata air.
Zeke Ashtone. Dan suara itu mengejutkannya.
"Yakin air itu belum terkontaminasi?"
Zeke menengadah, sepasang matanya menangkap sosok 'tamu' yang kian lama terungkap jati dirinya.
"Carlo Dante?" Ia bergumam pelan, meneguk setetes terakhir penghilang dahaganya.
"Seperti yang kau lihat," jawab Dante, sosok yang ternyata tak asing lagi.
Wajah Zeke Ashtone yang semula terpana, lambat laun berubah senang dengan senyum menghiasi bibirnya. Tapi, aura Dante yang berbeda terus membuatnya waspada.
"Kenapa? Ada yang salah? Mungkin, aku mengganggumu?" Dante menangkap gelagat bisu mantan muridnya itu. Dalam waktu singkat, Dante telah berpindah tempat, tepat di depan Zeke Ashtone.
"Teleportasi, kemampuan bangsa Eyn yang mustahil dimiliki manusia biasa. Terakhir kali kau menggunakannya untuk menyelamatkanku dari kejaran polisi saat itu. Rupanya, kerajaan Eyn telah menyerahkan semua kekuatannya padamu?" selidik Zeke tanpa sungkan.
"Mereka bahkan mengangkatku menjadi raja," ungkap Dante, ikut menampung air dalam telapak, lalu meneguknya. "Raja yang salah," lanjutnya.
Zeke Ashtone tersenyum. "Kau salah. Kurasa, bangsa Eyn sudah menunggumu lama. Tidakkah kau menyadarinya? Bahkan Radames, ayah Firatya, mengharapkanmu menjadi pendamping putrinya. Dia tahu, Mesir tidak bertaji bila Eyn memiliki raja sepertimu. Tiap kali memikirkan itu, aku semakin memaklumi tindakan Radames."
"Jadi, kau masih memikirkan Firatya? Penasaran bagaimana akhir ceritanya? Biar kuberitahu, kekasihmu itu, ehm, maksudku ... mantan, dia seenaknya membantu raja kerajaan Hinnan, Zaghas Ardeth. Aku sungguh tak habis pikir karena apa yang diinginkan wanita itu tidak ada di kerajaanku. Kau, Zeke Ashtone, satu-satunya orang yang dia inginkan, justru hidup dengan nyaman sementara dia mengendalikan Ardeth dan mengadu kami berdua."
Mendengar penjelasan Dante, Zeke hanya tertawa. Lelaki berambut putih itu tak menemukan alasan apapun untuk membenci Firatya.
"Apanya yang lucu?" tanya Dante kurang senang.
"Dia memang mencariku, Dante. Tapi dia juga tahu aku tidak tinggal di kerajaanmu. Namun, kau yang tahu tentang keberadaanku adalah satu-satunya orang yang ingin dia tanyai. Hanya saja, permainan tidak akan menarik jika Firatya tidak memainkan beberapa pion sekaligus."
"Apa maksudmu?"
"Kalian yang mengaku mampu membaca pikiran ternyata punya kelemahan," Zeke tersenyum miring, ujarnya, "apalagi kalau bukan taktik? Firatya membiarkan kalian membaca pikirannya tapi justru karena itu, kalian lupa bahwa sebuah rencana sedang ia siapkan sedemikian rapi di balik punggungnya. Sebuah rencana yang tidak akan melukai siapapun, namun cukup untuk menghancurkan harga diri seorang raja. Siapa? Tentu saja Ardeth! Raja Hinnan sangat terlena menikmati aliran kekuatan Firatya sehingga lupa bahwa dalam sejarah, Firatya tidak mungkin memusuhi Eyn. Ayahnya mungkin, tapi Firatya tidak. Singkat kata, wanita itu hanya ingin membuatmu terkesan, Raja Eyn."
"Agar aku memberitahu di mana kau tinggal?"
"Kira-kira begitu." Zeke duduk di atas batu besar, merogoh sebuah apel dari tas kulit di pinggangnya, memberikannya pada Dante. Raja Eyn tersebut menerima dengan suka hati, kemudian memakannya. Zeke mengambil satu lagi dan situasi pun semakin akrab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carlo Dante : A King's Chapter of Life
FantasySepak terjang Carlo Dante ketika masa restorasi kapal induk Saturn Gallant II. Menghadapi komplotan penjahat membutuhkan konsentrasi tinggi dan pengorbanan fisik. Ia harus rela berpisah dari Eyn Mayra selama bertahun - tahun, bahkan dipenjara di Ch...